Sunday, October 18, 2009

PENGALIHAN TEKNOLOGI: PT IPTN SEBAGAI MODEL IV

PT IPTN Sebagai Model Alih Teknologi 

Dari contoh PT IPTN yang memproduksi berbagai jenis pesawat terbang dan helikopter, dapat kita lihat bahwa alih teknologi dan keahlian teknis dapat diperoleh dari luar ne-geri secara berencana dan terarah.

Berdasarkan program pengalihan teknologi tersebut, pada mulanya pesawat-pesawat itu didatangkan secara built-up. Tetapi pesawat-pesawat berikutnya didatangkan secara CKD dan dirakit di Bandung. Sehingga jam kerja bangsa Indonesia makin lama makin meningkat dengan jumlah pesawat terbang dan helikopter yang diproduksi oleh PT IPTN. Dalam pada itu, atas dasar "progressive manufacturing plan" bagian-bagian pesawat terbang yang dibuat di Indonesia pun makin banyak digunakan, sehingga setelah empat tahun jumlah jam kerja bangsa Indonesia pada hasil-hasil PT IPTN telah mencapai sekitar 60%, dan dalam sepuluh tahun telah mencapai 100%.

Pengalihan teknologi atas dasar progressive manufacturing plan ini, tidak saja menjamin mutu standard internasional yang diperlukan bagi hasil industri bernilai tinggi, tetapi memberikan kesempatan kerja bagi putera-putera Indonesia dengan gaji yang dapat diandalkan. Sudah tentu dalam proses ini tak pernah dipikirkan untuk membuat sendiri bagian-bagian yang sensitif (rawan) seperti motor, avionik, elektronik dan lain sebagainya. Seperti halnya juga dengan pabrik-pabrik pesawat terbang lain, bagian-bagian ini lebih menguntungkan kalau dipasok oleh perusahaan-perusahaan khusus lain.

Proses pengalihan teknologi menurut contoh PT IPTN tentu hanya dapat terlaksana karena adanya pengertian dari perusahaan-perusahaan yang menjadi partner kita di luar negeri. Mereka bersedia bekerjasama untuk kepentingan ekonomi kedua belah pihak. Dengan cara ini PT IPTN sampai saat ini telah menjual sebanyak 325 unit pesawat terbang dan helikopter di Indonesia dan negara-negara sahabat (1980, red).

Seperti telah sering saya utarakan, bahwa salah satu jalan utama untuk menuju pemerataan dalam pembangunan ialah melalui penerapan teknologi yang mampu memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan nilai tambah dalam proses produksi oleh dan untuk bangsa Indonesia.

Untuk memperjelas hal ini, saya ajukan dua model. Model pertama ialah model PT IPTN yang boleh dikatakan merupakan proses peningkatan jam kerja dan nilai tambah bangsa Indonesia melalui suatu proyek antara suatu perusahaan swasta di luar negeri, masing-masing yang membuat pesawat terbang NC-212 dan NBO-105, melalui program yang kita sebut progressive manufacturing plan tadi.

Pada saat mula beroperasi, nilai-tambah yang diproduksi PT IPTN hanya berjumlah 10 persen dari nilai hasil produksinya. Dewasa ini persentase tersebut telah meningkat menjadi 100 persen. Mutu hasil produksi PT IPTN sama dengan mutu produksi mereka. Ini berarti bahwa PT IPTN telah mencapai kemampuan bersaing di pasaran inter- nasional.

Model kedua ialah bentuk-bentuk kerjasama di bidang riset dan teknologi, seperti yang telah kita tandatangani dengan Amerika Serikat, Jerman Barat dan Perancis yang di kemudian hari ingin kita perluas dengan negara Jepang. Intisari model ke dua ini terletak pada kemungkinan kegiat- an riset dan teknologi secara bersama-sama dan untuk kepentingan ekonomi ke dua belah pihak.

Dalam pada itu, tercatat perkembangan yang cukup menggembirakan pada model pertama itu, yaitu pada akhir 1982 PT IPTN telah dapat menyelesaikan disain dan prototipe pesawat terbang yang dibuat sendiri, bermesin 2 dan berkapasitas 35 penumpang.

Apakah artinya faset dari model pertama ini?

Jawabnya:
  1. Program yang jelas harus ada.
  2. Ia harus dipersiapkan secara konsisten.
  3. Pesawat-pesawat pertama didatangkan secara built-up.
  4. Mulai dari pesawat ke tiga dan seterusnya, jam-kerja bangsa Indonesia, langkah demi langkah terus ditingkatkan sehingga tercapai 100% dari total man-hours yang diperlukan per pesawat.
  5. Pemerintah memberikan perlindungan pasar dalam negeri sehingga penjualan terus meningkat.
  6. Akhirnya dengan kondisi yang berlaku sekarang, perkembangan PT IPTN sebagai suatu industri pesawat terbang yang dapat diandalkan di kawasan Asia Pasifik secara realistis dapat diharapkan. 

PT IPTN akan membantu mengupayakan agar ilmu dan teknologi akan tetap ditujukan kepada pembangunan bangsa. Terlihat dalam arah perkembangan sepuluh tahun yang lalu dan sepuluh tahun mendatang bahwa kegiatan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara tidak hanya berdampak intern pada karyawannya saja, tetapi juga mempunyai pengaruh ke luar yang luas tidak saja pada perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengannya, tetapi juga pada dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dan pada dunia pendidikan yang merupakan pusat-pusat keunggulan kehidupan bangsa.

Dalam dasawarsa yang akan datang, pelaksanaan produksi dalam negeri atas dasar teknologi canggih serta integrasi teknologi ke dalam wujud produk baru akan diting- katkan dan disempurnakan dengan semakin mempertinggi produktivitas dan efisiensi.

Upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi ini mengharuskan dilaksanakannya peningkatan disiplin serta penyesuaian mental, tidak saja di dalam tubuh PT Industri Pesawat Terbang Nusantara sendiri, tetapi juga di dalam perusahaan-perusahaan yang terkait dengan PT IPTN dalam wahana industri penerbangan.

Ini memang merupakan tantangan besar yang harus dihadapi secara ulet, sabar, konsisten dan pantang menyerah. Yang kita hadapi adalah suatu usaha untuk mengubah visi dan mentalitas bangsa, yang tidak semudah membalik telapak tangan. Namun demikian kita harus terus bergiat untuk mentransformasikan diri kita menjadi bangsa yang menghayati dan menerapkan nilai-nilai kemajuan, nilai-nilai efisiensi dan produktivitas. Jika proses transformasi itu mem- tuhkan waktu satu-dua generasi. Dan kalau kita melakukan transformasi bangsa itu mulai saat kita tinggal landas pada tahun 1994, maka perubahan mentalitas bangsa yang menunjang terbentuknya masyarakat industri dan pertanian modern baru akan dapat dimantapkan sekitar tahun 2026.

Batas waktu hingga tahun tersebut mungkin terlihat panjang. Tapi sesungguhnya amat pendek. Jarak waktu yang kita butuhkan untuk mensejajarkan diri dengan bang- sa-bangsa lain yang telah maju sungguh lebih singkat dibandingkan dengan waktu transformasi yang tersedia bagi negara-negara maju. Karena bangsa-bangsa lain terus bergerak maju, maka tak ada jalan lain bagi kita kecuali dengan melakukan proses evolusi yang dipercepat (accelerated evolution). Dan itu hanya dimungkinkan jika kita sungguh-sungguh memperhatikan masalah pengem-bangan sumber daya manusia.

Saya sampaikan itu semua untuk memberikan motivasi. Dan saya rasa kawan-kawan yang sekitar saya yang ikut, dalam industri strategis, industri Hankam, perguruan tinggi dalam bidang engineering yang juga swasta, sama saja. Mereka juga melaksanakan itu.

Bersambung

No comments:

Post a Comment