Monday, September 28, 2009

Strategi Pembangunan Kelautan

Strategi Pembangunan Kelautan
Disampaikan dalam Seminar Nasional Kawasan Timur Indonesia
dan Teknologi Kelautan, di Ujung Pandang pada 14 Juli 1996.
 
Kita harus menyadari, jikalau tokoh-tokoh pendiri Republik Indonesia itu selalu berbicara mengenai Kawasan Nusantara dan Wawasan Nusantara, maka seorang ilmuwan ahli dirgantara Amerika Serikat dari NASA, setiap kali membaca peta mengenai iklim terbentuknya awan di dunia berdasarkan foto dari angkasa luar, tiap kali itu pula ia terpesona melihat kawasan yang dinamakan Kawasan Nusantara.

Mengapa ia terpesona? Karena ia melihat di bumi yang berputar itu, di bawah khatulistiwa, ada suatu benua yang berwarna hijau dan biru muda dan sebelah Utara Timur berwarna biru tua, itulah Pasifik; dan sebelah Barat Selatan berwarna biru tua, itulah Lautan Indonesia; di bagian Timur Selatan berwarna coklat, itulah Australia; di bagian Barat Utara berwarna coklat ituah Asia; dan suatu benua besar warnanya hijau dan biru muda itulah yang dikenal dengan nama Kawasan Nusantara dan diberi nama Benua Maritim Indonesia.
 
Benua Maritim Indonesia

 
Kawasan Nusantara itu diberi nama Benua Maritim Indonesia, karena besarnya seperti benua tetapi sifatnya maritim. Bukan itu saja, ternyata dengan satelit, suhu permukaan dari bumi ini bisa diukur. Pada suhu yang paling tinggi dengan rata-rata 28o berasal dari dalam Benua Maritim Indonesia dan suhu dari kawasan yang lain lebih rendah. Alasan-nya jumlah kalori yang jatuh di atas permukaan bumi di tempat yang lain disedot oleh laut, di mana di laut Pasifik ada Kutub Utara dan Lautan Indonesia, di Selatan ada Kutub Selatan dan jumlah airnya banyak sekali.

Seperti Benua Afrika terdapat Sahara, demikian pula di Amerika terdapat hutan tropis, sama dengan hutan tropis yang ada di Indonesia. Bedanya dengan lautan, karena perputaran bumi, suhu dari hutan tropis tidak bisa pindah. Tetapi pada lautan, karena perputaran bumi, letak bulan dan matahari, sesuai dengan kriteria yang dipenuhi, sehingga membuat air, baik yang berada di Lautan Pasifik, Lautan Indonesia maupun yang ada di Benua Maritim Indonesia, tiba-tiba bergerak ke Timur, dan air yang suhunya tinggi tiba-tiba ke luar dari Benua Maritim Indonesia menuju ke Timur dan bertabrakan dengan arus dingin dekat Chili yang datang dari Kutub Selatan, maka ilmuwan-ilmuwan dari NASA mencatat terjadinya efek El-Nino. El-Nino mengakibatkan berubahnya iklim, bukan saja di Pasifik, tetapi di seluruh dunia.

Oleh karena itu kesimpulannya, ternyata Benua Maritim Indonesia adalah sebab utama bagi perpindahan jumlah kalori yang berada di perairan, rata-rata dalamnya air Benua Maritim Indonesia kurang lebih 100-150 meter kecuali laut Banda, oleh karena itu suhunya tinggi. Ternyata bukan itu saja, tetapi karena suhunya tinggi banyak hutan-hutan tropis yang berada di atas Benua Maritim Indonesia seperti dapur yang membuat awan yang terus ke luar menembus ke angkasa luar, dan itu salah satu sebabnya mengapa Benua Maritim Indonesia mendapat perhatian khusus dari ilmuwan-ilmuwan di seluruh dunia yang sangat peduli akan ramalan cuaca dan iklim.

Bisa satu tahun sebelumnya dapat diketahui apakah akan terjadi musim kemarau yang sangat panas, ataukah akan terjadi musim hujan yang akan menghasilkan banjir. Ramalan cuaca itu sasarannya ialah agar supaya para petani dan nelayan menyesuaikan dengan perubahan iklim, agar proses pertumbuhan ekonomi di manca negara dan dunia bisa dipelihara setinggi mungkin, agar supaya juga pertanian, peternakan, dan perikanan, bahkan industri tidak mengalami kerugian yang bisa merugikan ekonomi daerah, nasional, regional, bahkan ekonomi global.

Inilah faktor pendorong yang membuat adanya kerjasama an-tara Indonesia dengan Eropa, Jepang, Australia, dan juga Amerika Serikat pada umumnya dalam bidang Iptek dan khususnya mengenai kelautan yang ada kaitannya dengan ramalan cuaca dan iklim. Ternyata orang-orang Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan Australia, semua menyadari bahwa konsumsi dari umat manusia, dalam abad yang akan datang, sebagian besar adalah protein yang harus bisa direkayasa dan dikembangkan dari dalam laut.

Dan, semua mengetahui dan menyadari, bahwa khususnya ikan tuna bertelor masuk ke Benua Maritim Indonesia. Apabila sudah besar ikan tuna mengeram dan melahirkan ikan tuna kecil, keluarnya tuna yang beratnya 10 kg ke luar dari Benua Maritim Indonesia, tergantung dari upayanya sendiri. Ada yang mengeram ke  Samudera Pasifik, Lautan Indonesia, memasuki Atlantik kemudian ikan tuna itu ke laut untuk mencari makanan sebagai pemburu (hunter), mencari ikan-ikan kecil, dan setelah beberapa tahun , beratnya mungkin mencapai 40-50 kg lalu kembali mencari jalannya untuk masuk ke Benua Maritim Indonesia untuk melaksanakan tugasnya bertelur, mengeram dan sebagainya. Ini kehidupan  ikan tuna.

Sekarang saya ceritakan apa yang saya lihat di Australia. Orang-orang Australia itu memperoleh kesempatan ketika tuna kecil yang beratnya 10 kg keluar dari Benua Maritim Indonesia, mungkin terdapat antara Bali dan Jawa, atau Bali dan Lombok, atau antara Selat Timor ke luar, masuk ke Samudera Indonesia, di situlah oleh kapal-kapal Australia ikan itu ditangkap hidup-hidup lalu dibawa ke Australia. Di antara lautan Australia dan Kutub Selatan, ternyata ikan tuna itu tidak bisa hidup dalam kedalaman lebih dari 35 meter, karena tekanan airnya terlalu tinggi, sehingga tidak bisa bernapas.

Oleh karena itu, kapal Australia menangkap ribuan ikan tuna terus digiring pada sebuah "empang" yang besar sekali, ribuan hektar yang dikelilingi oleh jala-jala yang dalamnya 35 meter sehingga tuna itu tidak bisa ke luar dari tempat tersebut. Di situ tuna ditaruh dalam kandang, dan bukan itu saja, Australia membeli ikan-ikan dari man-canegara yang harganya murah untuk makanan ikan tuna.


Ikan tuna, karena tidak berburu makanan, maka ia tidak kehilangan energi. Kalau berburu mencari makanan pertumbuhannya pelan dan dagingnya keras. Tetapi, karena tidak berburu, maka energi yang dimilikinya ternyata dalam 4-6 bulan bisa membuat tuna yang beratnya 1 kg sudah menjadi 10 kg dan dagingnya empuk dan enak sekali. Tuna itu kemudian dijual di mancanegara dengan nilai yang lebih tinggi daripada tuna yang harus hidup berburu.

Dr. Hasjim Djalal adalah pakar yang unggul dalam bidang hukum kelautan, oleh karena itu saya sangat setuju bahwa beliau nanti supaya memberikan pengarahan dan ikut memikirkan apakah yang dilakukan oleh pakar-pakar kelautan kita di Australia itu sesuai dengan undang-undang hukum laut internasional.

Saya hanya memperhatikan kompleksnya masalah kelautan, bagaimana kaitannya dengan ekonomi nasional, regional dan global. Saya memperlihatkan betapa pentingnya, bukan saja undang-undang yang ada kaitannya dengan over fishing, mumpung ikan-ikan tuna itu belum tertangkap semua, sekarang ada beberapa yang lolos, kalau yang mati lebih banyak dari pada yang lahir, maka habislah tuna itu pada abad yang akan datang. Jadi yang harus kita atur itu agar supaya yang hidup lebih banyak dari pada yang mati, dan kalau mati, matinya di dapur.

Saya pernah bertemu dengan seorang ilmuwan dalam bidang kehidupan laut pada tahun 1980-an. Waktu itu saya dengarkan dan saya tahu itu penting untuk diketahui oleh Bapak Presiden. Yang diperlihatkan pada saya adalah sebuah film mengenai Benua Maritim Indonesia pada umumnya, khususnya Laut Banda yang di tengah-tengah ada yang hijau dan biru muda serta biru tua. Sewaktu film itu menunjukkan kedalaman 300 meter, nampak sepi tidak ada kehidupan, kosong.

Tiba-tiba, jutaan ikan datang karena terjadi angin topan di atas Lautan Banda, akibatnya sirkulasi air bukan saja berputar di permukaan tetapi juga di dasar laut, sehingga dasar laut menjadi ramai sekali dan banyak ikan yang memburu makanan yang naik ke permukaan dan dari situlah kelihatan keindahan Benua Maritim Indonesia. Kesimpulannya: pertama, tempat ini tadinya kosong, itu berarti penduduk per meter persegi sangat tidak padat tidak seperti Jawa, mungkin seperti Irian Jaya.

Apakah penduduknya padat? Memang selalu begitu ataukah karena tidak bisa diatur dengan peraturan internasional mengenai polusi, dan over fishing, dan sebagainya?

Kedua, di dalam Benua Maritim Indonesia itu, ternyata masih banyak kehidupan yang belum dikenal umat manusia itu sendiri yang sebenarnya bisa merupakan informasi genetik dari kehidupan di dunia ini yang bisa memberikan informasi kepada manusia itu sendiri untuk merekayasa pembuatan obat-obatan atau pun makanan dan sebagainya.

Semuanya itu berhubungan dengan kepentingan umat manusia. Oleh karena itu, kita berkepentingan agar supaya kita bisa mengatur lautan ini, khususnya Benua Maritim Indonesia, sebagai contoh ikan tuna dan siklus kehidupannya sepanjang masa.

Benua Maritim Indonesia peranannya bukan saja untuk pertanian, kehutanan dan perikanan, karena ramalan cuaca dan iklim, tetapi juga pe-ranannya di dalam kehidupan di dalam laut itu sendiri ternyata juga memegang peranan yang sangat penting.

Pada 47 tahun yang lalu, tepatnya bulan Desember tahun 1949  Indonesia diakui oleh dunia sebagai negara yang berdaulat dan bangsa yang merdeka. Kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh Presiden RI Bung Karno adalah supaya putra-putri Indonesia yang berbakat diberikan beasiswa ke mancanegara untuk belajar, mengerti, mengembangkan dan menerapkan teknologi maritim dan kelautan dan teknologi dirgantara untuk kepentingan nasional. Alasannya adalah kedua teknologi tersebut harus dikuasai oleh bangsa Indonesia secara mandiri, dan melalui penguasaan itu bisa dipercepat dan direalisasikan bersatunya bangsa Indonesia dipandang dari sudut kepentingan ekonomi budaya dan pertahanan.

Oleh karena itu, pada 20 Juli 1995 putra-putri Indonesia mempersembahkan pada Bangsa Indonesia hasil rancang bangun, yaitu kapal penumpang tipe Kerinci berpenumpang 500 orang yang diberi nama Palindo Jaya. Kepanjangannya adalah Palwo Indonesia Jaya. Dalam bahasa Jawa kuno Palwo artinya kapal. Kapal itu diberikan nama Palindo Jaya 500, karena kapasitasnya 500 penumpang. Presiden Soeharto sebagai Mandataris MPR, pada 20 Juli 1995 menerima pengesahannya.

Cita-cita dari seluruh bangsa yang dicetuskan oleh Presiden Republik Indonesia pertama dan direalisasikan oleh Presiden Indonesia kedua menjadi kenyataan, dan yang melaksanakan itu adalah generasi penerus, tidak lain kakak kelas dari para mahasiswa yang mengambil inisiatif untuk melaksanakan seminar kelautan ini.
Semua itu hanya mungkin terjadi kalau kita tidak banyak berbicara, tidak banyak pikir dan tidak kenal lelah dalam membuat terobosan-terobosan yang menguntungkan dalam pembangunan.

Ini hanya mungkin kalau Anda membantu agar Trilogi Pembangunan itu lebih meningkat kekuatannya, memerlukan stabilitas yang diperlukan untuk memelihara pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi tetap berorientasi pada pemerataan yang bijaksana dan merakyat. Hal ini penting hanya bisa kita laksanakan dan diamalkan tidak melalui suatu ucapan-ucapan (statement) yang indah, tetapi melalui karya-karya yang nyata, tetapi berguna untuk bangsa Indonesia khususnya dan umumnya untuk umat manusia.
 
Strategi Pembangunan Kelautan 
Mengenai maritim, ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: pertama, maritim yang hanya berkisar di atas permukaan air. Kedua, maritim yang berkisar dari permukaan sampai dasar laut. Dan ketiga, maritim yang berhubungan dengan apa yang ada di bawah dasar laut.

Hanya 155 km dari Ujungpandang, yaitu Pare-pare, disitu ada pusat unggulan yang bisa kita tangkap dari satelit. Apakah itu namanya Landsat, Spot atau nanti satelit dari Jepang, atau satelit mana pun juga yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan remote sensing. Dari Pare-pare kita menangkap apa yang ada di atas darat, di atas laut. Di dalam laut dan di bawah dasar laut sementara belum bisa. Oleh karena itu, kita memiliki 3 (tiga) kapal riset yang bernama Baruna Jaya milik BPPT dan yang ke-empat sedang dalam proses. Sambil berlayar, salah satu kapal itu bisa melakukan pemetaan dasar laut, sehingga kita bisa memiliki informasi yang lebih lengkap dari bentuk dasar laut itu. Tetapi bukan itu saja, kapal yang lain bisa membuat peta. Armada Baruna Jaya itu sasarannya 12 kapal, kapal ke-empat sedang dalam proses.

Teknologi di permukaan dan di dasar laut itu banyak sekali variabel yang harus diukur. Bukan saja arus dan suhu laut, tetapi kadar garam dan mineral-mineral lain yang menentukan kehidupan dari plankton, dan sebagainya. Adanya sirkulasi dari arus, bukan saja dari Barat ke Timur, dan sebaliknya atau dari Utara ke Selatan atau seba-liknya, tetapi juga dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.

Dunia sudah mengetahui, bahwa ada teori namanya conveyor belt.

Tahukah Anda apa itu?

Bahwa laut di atas Jepang dekat Alaska arusnya datang dari dalam laut ke permukaan memasuki Benua Maritim Indonesia, terus arus yang datang dari India ke luar masuk permukaan, nanti sampai di selatan Afrika baru bergabung,  langsung naik ke Utara sampai Atlantik dan Greenland, dari situ dari permukaan masuk lagi ke dalam, dan rupanya merupakan suatu siklus tersendiri.

Dan orang mengetahui bahwa siklus ini sebenarnya mengatur kadar CO2 karena di dalam laut itu banyak sekali makhluk-makhluk mati dengan sendirinya dan mengendap di bawah dasar laut karena tekanan yang tinggi dan ada garam, mereka jadi han-cur dan bukan membusuk melainkan menjadi karbohidrat dan ini juga menentukan kadar CO2.

Ternyata ada perpindahan antara CO2 dengan udara dari permukaan laut. Kalau permukaan laut sedang penuh dengan karbon, maka terjadi gangguan dari CO2. Oleh karena itu, orang banyak mempersoalkan masalah ozon dan pencemaran apakah benar-benar masalah polusi ataukah masalah conveyor belt itu tiba-tiba sudah sampai waktunya untuk masuk ke permukaan yang mengganggu jalannya CO2 di udara dan di laut itu. Ba-nyak sekali teori dan itu disimulasi dengan komputer. 

Saya hanya memperlihatkan sedikit, bahwa betapa kompleksnya disiplin Iptek yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan upaya pencapaian kebenaran dari masalah kelautan itu, khususnya dipandang dari sudut kehidupan dan kepentingan manusia. Ini baru masalah di dasar laut, di bawah dasar laut lain lagi.