Friday, November 29, 2013

Saturday, October 5, 2013

SDM dan Tantangan Masa Depan II



Arti modal yang luas adalah uang ditambah dengan pengembangan SDM dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang mengenai posisi sumber daya manusia Indonesia, pemerintah membutuhkan 1% dari penduduk Indonesia untuk pengembangan teknologi tinggi, memang benar. Amerika Serikat memiliki sekitar 2,8% dari penduduknya bekerja dalam teknologi tinggi, Jepang memiliki hampir 5%, sedangkan Jerman memiliki antara 3% - 4% dari penduduknya bekerja dan menguasai teknologi tinggi, tapi saya mengatakan Indonesia cukup memiliki 1% dari 184 juta atau 1,8 juta saja. 

Dan sekarang kita baru memiliki 16.000, mereka berkerja di PT IPTN, jadi sudah terlihat kita mulai bergerak ke sasaran itu. Saya juga telah menjelaskan bahwa di dalam suatu sistem ekonomi semuanya mengalami penyusutan, apakah gedung, mobil atau pun investasi apa saja, bahkan uang pun mengalami penyusutan. Kita pernah mengalami, satu dolar senilai Rp 400 sekarang Rp 2.000 yang memperlihatkan penyusutan nilai. Kita mengetahui ini disebabkan antara lain oleh kebijaksanaan devaluasi. 

Semua itu mengalami penyusutan, yang tidak mengalami penyusutan hanyalah modal SDM yang terbarukan yang terampil yang terus-menerus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan SDM terbarukan yang sekali unggul dalam keterampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tetap tidak akan menga-lami penyusutan nilainya. Lihat saja, tidak ada gaji dari seseorang yang tiap tahunnya turun, tetapi selalu naik apakah ia pengawai negeri, pegawai kecil sekurang-kurangnya disesuaikan dengan penyusutan nilai rupiahnya terhadap kekuatan pasar atau inflasi. 

SDM yang unggul akan terus menguasai ilmu pengetahuan dan terus menguasai ekonomi. Jadi kalau kita melihat modal dalam bentuk finansial SDM yang terbarukan dan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jelas SDM yang terbarukan dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dan nilainya terus meningkat. 

Saya pernah mendengar usulan agar sebaiknya kita tidak mengarah menjadi the new industrial society tetapi the new agroindustrial society yang dititik beratkan pada pertanian sebagai keunggulan kita. Saya bertanya apakah bisa dibayangkan bangsa Indonesia dapat tumbuh dan melaksanakan skenario ekonominya tanpa listrik, tanpa telepon, tanpa telex, tanpa telefax, tanpa pesawat terbang, tanpa mobil, tanpa kereta api, tanpa kapal laut, tanpa pelabuhan, tanpa peramalan cuaca, tanpa komputer? 

Tidak mungkin! Semua itu adalah hasil karya SDM yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Karena SDM yang terampil dan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi itu nilainya meningkat terus, maka produk yang dihasilkan juga akan meningkat nilainya secara absolut. Sedangkan unggulan produk pertanian akan banyak mengalami kesu-litan sebagaimana ditunjukkan oleh sulitnya petani untuk menjual beras. 

Negara-negara Eropa dan Amerika tiada henti-hentinya mendiskusikan masalah perdagangan produk pertanian di GATT. 

Jika kita mengunggulkan suatu produk dengan pasar yang terbatas, kelebihan produknya berakibat pada penu-runan harga. Padahal kita membutuhkan dana untuk membeli produk basil tenaga kerja terampil. 

Dari mana kita memperoleh dananya? 

Dari kredit, tidak mungkin. Bank hanya memberikan kredit jika si peminjam adalah creditable. 

Kalau suatu hari minyak dan gas hanya tinggal untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kita hanya mengandalkan keunggulan produk pertanian saja, tanpa menghiraukan apa yang saya namakan produk SDM terbarukan dengan teknologinya, maka jangan heran kita akan menghadapi neraca perdagangan yang negatif dan neraca pembayaran negatif terus menerus. Kalau terjadi, maka runtuhlah sistem ekonomi kita. 

Masalah yang dihadapi negara maju sekarang pun ialah neraca perdagangan dan neraca pembayaran yang sudah mulai tidak stabil. Saya tidak mau menggurui, saya tidak mau menjelaskan ekonomi secara rinci karena saya anggap hal ini sudah sama-sama kita pahami. Saya hanya mengulanginya secara ringkas mengapa saya menggaris bawahi bahwa modal dalam arti yang luas ini harus memperhatikan 3 jenis, yaitu finansial, SDM dan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Oleh karena itu saya tidak henti-hentinya menyerukan pentingnya pendidikan karena kaitannya dengan SDM tersebut. 

Sumber: Prof. B.J. Habibie

Saturday, September 7, 2013

SDM dan Tantangan Masa Depan I

Di dalam proses pendidikan dan strategi industrialisasi ada sesuatu yang bersifat irreversible (tak dapat dibalik kembali).

Kesalahan pilihan dan strategi di masa kini akan berakibat fatal bagi kelangsungan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, ukuran tepat atau tidaknya pilihan yang kita ambil tidak bisa hanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan jangka pendek, tetapi secara cermat harus memperhitungakan kemungkinan-kemungkinan perkembangnnya di masa depan.

Seperti telah diutarakan dimuka, tantangan pendidikan di Indonesia, selain menuntut upaya peningkatan dan pelebaran kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, yang tak kalah pentingnya adalah bagimana mencari keterkaitan dan kecocokannya dengan dinamika industrialisasi.

Tuntutan yang terakhir ini amat logis jika dihubungkan dengan upaya memberdayakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat mendasar. Sebagaimana telah disinggung di atas, tantangan utama pembangunan Indonesia adalah bagaiamana mengatasi problema kemiskinan serta tingginya jumlah pencari kerja. Tantangan ini hanya bisa dihadapi, jika ada upaya-upaya perluasan kesempatan kerja yang seiring dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat itu sendiri sesuai dengan dinamika yang ada. Perluasan kesempatan kerja tidak dapat dilepaskan dari teknologi dan peranannya dalam proses peningkatan nilai tambah dan penurunan biaya tambah dalam peningkatan hasil produksi.

Sasaran kita adalah meningkatkan nilai tambah dan mengurangi biaya tambah dengan mengusahakan perluasan kesempatan kerja sebesar-besarnya. Bertolak dari demikiran ini kita harus menggunakan energi sumber daya manusia secara berdayaguna untuk menggerakkan pembangunan. Manusia adalah potensi nasional, kita harus melakukan investasi yang diperlukan untuk mempelajari serta menggerakkan tenaga manusia untuk pembangunan.

Upaya untuk mengembangan potensi sumber daya ma-nusia ini tidak cukup hanya dilakukan secara teoritis melalui pendidikan buku saku dan diktat saja. Para teknisi dan insinyur muda harus memiliki kesempatan untuk bersen-tuhan langsung dengan solusi masalah-masalah nyata dalam inkubator-inkubator pengembangan teknologi serta perusa- haan-perusahaan industri yang padat teknologi. Mereka harus terbiasa dengan proses-proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Saya juga sudah menjelaskan bahwa arti kapital (modal) dalam ekonomi adalah luas sekali.

Manusia yang tidak mempunyai uang tidak mempunyai keterampilan, tetapi apabila mempunyai hubungan yang baik dengan direktur utama dari suatu perusahaan, hubungan yang baik itu merupakan modal yang kuat baginya, sehingga dapat dengan mudah mendapatkan informasi dan memanfaatkan infomasi secara optimum untuk mengembangkan usahanya. Walaupun tanpa modal finansial tanpa keterampilan, tanpa pengalaman, tetapi mempunyai hu-bungan baik, maka orang tersebut sebenarnya juga mempunyai modal.

Saya telah menggaris bawahi bahwa dalam 25 tahun yang lalu modal dalam arti yang luas itu terbatas hanya pada modal yang berhubungan dengan uang (finansial). Oleh karena itu sebagian besar permasalahan dilihat dari kacamata seorang banker yang melihat modal sebagai finansial. Saya telah berusaha menjelaskan bahwa dalam 25 tahun yang akan datang, mekanisme yang telah dikembangkan 25 tahun yang lalu dengan institusi-institusi yang sudah ada kita kembangkan bersama-sama. Kita harus tetap mengembang kannya tentunya dengan berbagai koreksi.

Sumber:

Prof. Habibie

Tuesday, February 5, 2013

Saturday, February 2, 2013

Friday, January 11, 2013

Wednesday, January 2, 2013

Ilmuwan Top Indonesia

Daftar Ilmuwan dan Pemikir Top Indonesia