Saturday, June 6, 2009

Sumber Daya Manusia Modal Utama Pembangunan II

Investasi Sumber Daya Manusia 

Syarat Utama Tetapi transformasi menuju industrialisasi tidaklah secara otomatis akan menjamin keberhasilan pembangunan. Agar proses industrialisasi berjalan efektif tanpa mengorbankan dimensi-dimensi pembangunan lainnya, pembangunan industri dilakukan seiring dengan pembangunan sumber daya manusia dan didukung oleh kemampuan teknologi yang semakin meningkat; dikembangkan seiring dengan pola pembangunan potensi wilayah secara merata; diselaraskan dengan nilai-nilai budaya dan perkembangan masyarakat; dan harus diperhatikan sisi keserasian dan keterkaitannya dengan kelestarian lingkungan, demi kesinambungan pembangunan. 

Berpikir dalam kerangka ini, mengisyaratkan bahwa tumpuan pembangunan pada masa depan akan bergeser, dari semata-mata mengandalkan faktor-faktor keunggulan komparatif menuju keunggulan sumber daya manusia bermutu tinggi. Itulah alasannya, mengapa kita harus meningkatkan investasi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia dan penguasaan teknologi. 

Dalam keyakinan ini, upaya pengembangan sumber daya manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang hendak diperjuangkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya menuju kemandirian bangsa. Bahkan dapat dikatakan, bahwa pembangunan Iptek di Indonesia merupakan inti dari proses pembangunan bangsa. Kesadaran demikian sebenarnya tidak hanya berlaku di Indonesia saja. 

Dengan semakin besarnya peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kemakmuran suatu bangsa, telah menumbuhkan kesadaran di kalangan ilmuwan dan pelaku pembangunan untuk melihat kinerja pembangunan sebagai proses peningkatan penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendorong produktivitas prestasi nasional. 

Namun, satu-satunya hal yang saya ketahui bahwa semua ini hanya mungkin dapat diwujudkan jika Anda menunjukkan kinerja yang baik dan sukses, bukan Anda menunjukkan kinerja yang baik itu untuk meraih Hadiah Nobel, melainkan karena Anda mendapatkan kesempatan yang baik dari negara atau organisasi yang baik bagi Anda dan baik bagi kelompok ilmuwan untuk berkiprah. 


Saya yakin kebanyakan penduduk Malaysia yang menganut agama Islam tahu tentang hal ini, bahwa kinerja yang baik itu untuk apa dan apa arti Hadiah Nobel. Saya yakin umat Islam di Malaysia pun tahu, bahwa dahulu kira-kira 25 tahun lalu mayoritas umat Islam di Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan, mereka masih menghadapi kesulitan untuk bisa hidup sejahtera, belum cukup sandang pangan dan terbebas dari kesulitan saat menghadapi penyakit, namun sekarang mereka dapat menghargai ilmuwan dan insinyur yang mengabdikan diri pada penguasaan dan pengembangan teknologi untuk mengentaskan mereka dari garis kemiskinan. 

Rencana pembangunan bertahap yang telah kami susun itu kini telah terwujud serta hasil-hasil nyatanya telah ditunjukkan kepada dan telah dinikmati oleh masyarakat, namun ini tidak berarti bahwa ini hanya mungkin terjadi disebabkan oleh kinerja ilmuwan dan insinyur yang teguh dan tekun mengabdikan diri dalam Iptek dengan mengabaikan kemiskinan, ini adalah pendapat yang keliru. Jika kita hanya mengejar teknologi dan mengabaikan kemiskinan, maka kita akan menderita dan harus membayar lebih mahal dalam teknologi. Tetapi jika Anda mengatakan, bahwa itu disebabkan dedikasi manusia sehingga kita bisa mencapai pengembangan Iptek yang berkesinambungan. 

Namun kita masih "menderita" dan karena itu kami ingin mengentaskan masyarakat dari garis kemiskinan. Berdasarkan pengertian ini, begitu saya membantu Presiden Soeharto pada tahun 1974, kami rumuskan kebijakan pembangunan nasional dengan pemanfaatan penguasaan teknologi untuk menanggulangi keterbelakangan dan kemiskinan sebagai sum-bangan positif Iptek untuk memperbaiki taraf kehidupan bangsa kami dan umat manusia. 

Untuk itu, sejak semula kami telah bertekad untuk lebih mengutamakan pada sumber dinamika pembangunan yang berasal dari dalam negeri. Dalam kaitan ini yang terasa mendesak untuk dipecahkan adalah bagaimana mengaktualisasikan potensi dan aneka ragam kekayaan alam Indonesia menjadi kekuatan nyata pembangunan dengan kandungan nilai tambah yang lebih tinggi. 

Kami pun telah bertekad untuk mengabdikan diri kami bagi negara Republik Indonesia untuk menempatkannya pada posisi untuk menguasai, mengembangkan, mengaplikasikan dan mengendalikan teknologi secara berkesinambungan, bukan untuk mendapatkan Hadiah Nobel, tetapi agar negara kami dapat sejajar dengan negara maju dan dapat mengembangkan kerjasama internasional yang dedicated kepada bangsa kami dan dunia. 

Dan syukur alhamdulillah, ketika kami memulai skenario pembangunan ini pada awal dekade 1970-an, lebih dari 90% bangsa kami masih hidup di bawah garis kemiskinan, tetapi kini hanya tinggal 30% saja. Hidup bangsa Indonesia kini sudah berada pada tingkat kualitas tinggi. Pada sepuluh tahun lalu garis kemiskinan ditanggulangi melalui pemenuhan kalori. Bahwa setiap orang membutuhkan kira-kira 1800 sampai 2800 kalori per hari. Jika angka itu dibagi dengan 24 dan dibagi lagi dengan 60, berarti setiap orang membutuhkan kira-kira 1,25 sampai 1,96 kalori per menit. 


Tetapi pemenuhan kebutuhan kalori mereka terpenuhi dengan lemak. Pada jaman sekarang para pakar memberikan definisi yang berbeda tentang kebutuhan tubuh kita, baik kadarnya maupun jenisnya, berapa banyak kalori dibutuhkan manusia minimum? Termasuk kebutuhan manusia akan protein. 

Orang kaya bisa dengan mudah memperoleh pemenuhan kebutuhan kalori dan protein, tetapi sebaliknya orang miskin memperoleh kebutuhannya banyak dari lemak, mereka sulit untuk dapat mengupayakan variasi makanan, jadi walau pada prinsipnya tidak ada perbedaan kebutuhan yang perlu dikonsumsi tubuh, tetapi status kaya miskin membuat banyak perbedaan antara umat manusia itu sendiri. Sebagai umat Islam kita percaya, bahwa setiap manusia itu sama fitrahnya, tetapi hanya lingkungan yang bisa mengubah manusia, termasuk umat Islam, lingkungan mengubah kita menjadi Muslim yang baik atau yang buruk. 

Walau saya bukan konsumen analisis Al-Qur’an dan As-Sunnah, saya tidak pernah bingung memahami ajaran-ajaran tentang teknologi yang bersumber dari al-Qur’an. Namun demikian, jangan lupa bahwa dalam hidup ini manusia membutuhkan standar-standar tertentu. Karena itu manusia menjadi berharga manakala ia tahu setiap strategi yang dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi dan dinilai dengan kacamata halal bukan haram. 

Apakah halal itu? Bagi saya halal adalah umpamanya, di dalam suatu masyarakat Anda mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan hukum yang ketat yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan produk yang dihasilkan dalam masyarakat itu sesuai dengan strategi yang memanfaatkan teknologi atau Sunnatullah berdasarkan hukum atau peraturan dari Allah yang menyuruh kita untuk menjadikannya sebagai rujukan (referensi) dalam kehidupan ini. 

Juga bisa disebut halal manakala pekerjaan atau produk itu tidak saja didasarkan pada hukum Allah, tetapi juga tidak membahayakan (menimbulkan mudarat). Halal adalah sesuatu yang paling indah dalam kehidupan ini. Namun, standar halal dalam pengertian ini tidak sama di antara umat Islam dilihat latar belakang budaya, umpamanya antara umat Islam di Asia Tenggara dan di Timur Tengah. Umat Is-lam di Asia Tenggara menggunakan hukum yang disebut hukum adat, sehingga jika Anda pergi dan tinggal di Timur Tengah Anda harus menyesuaikan diri dengan hukum yang berlaku di sana, karena banyak hal-hal yang berbeda di sini dan di sana. 

Anda boleh jadi melakukan sesuatu yang halal menurut hukum adat di sini, tetapi mungkin saja menjadi haram menurut hukum di Timur Tengah. Selain itu jika Anda mau mengubah hukum agama, peraturan pemerintah, peraturan adat, dan budaya karena mungkin Anda merasa tidak cukup, maka Anda tidak dapat dibenarkan untuk memasukkan perubahan begitu sederhana saja. Bagi kita umat Islam perubahan itu harus sesuai dan berdasarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah, sebab dalam hidup ini kita harus memperteguh keimanan dan dalam setiap kali kita salat kita harus bertanggung jawab kepada Allah. 

Adalah satu tugas kita sebagai ciptaan (hamba) Allah, di mana saja, juga di Indonesia, bahwa kita harus memberikan pencerahan, karenanya kami perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga bermanfaat bagi negara saya Republik Indonesia, bermanfaat bagi Malaysia, bermanfaat bagi Timur Tengah, dan juga bagi seluruh dunia. Oleh karena itu, untuk menjadi manusia yang dapat memberikan manfaat, manusia harus diarahkan menuju sistem nilai tambah.

Bersambung

No comments:

Post a Comment