Thursday, June 18, 2009

Sumber Daya Manusia Modal Utama Pembangunan IV

Pengentasan Kemiskinan Syarat Mutlak Pembangunan

Inilah yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Sekarang syukur alhamdulillah Indonesia tidak lagi menanggung beban kemiskinan seberat sebelumnya, hanya tinggal 30% penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. 

Negara-negara yang sedang berkembang umumnya memiliki masalah kemiskinan, karena kebanyakan penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Apakah kendala terbesar dalam masyarakat yang miskin? Ketrampilan mereka rendah, dan kemampuan ekonomi mereka rendah. Bahkan dengan sejumlah kecil uang yang dimiliki sebagai modal, uang itu bisa keluar, keluar dari sistem dan masyarakat. Mengapa? Karena sifat uang itu tergantung pada tingkat risiko dan pertumbuhan. 

Uang akan lari ke dan diserap oleh masyarakat yang berisiko rendah dan lebih mudah pertumbuhannya. Jika uang berada di dalam masyarakat yang tidak aman, tinggi risikonya, dan menjanjikan pertumbuhan nol, maka uang itu akan pergi dari ma-syarakat itu dan akan lari ke masyarakat dengan tingkat keamanan dan pertumbuhan tinggi dan risiko rendah. 

Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan harus dientaskan agar mereka dapat masuk ke dalam sistem pendidikan untuk mendapatkan ketrampilan tinggi dan sistem pelatihan yang baik untuk memperoleh nilai tambah dan kualitas iman yang tinggi di hatinya, sebab mereka sehari-hari menghadapi pemenuhan kebutuhan catering yang rendah dengan kualitas yang tinggi. Masyarakat seperti Malaysia dan Indonesia sekarang ini masih berbicara tentang garis kemiskinan. 

Saya tidak tahu persis berapa jumlahnya, tetapi saya yakin, bahwa masih ada masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan di Malaysia berdasarkan definisi Anda. Sebulan yang lalu saya menggunakan definisi baru yang akan dipergunakan untuk pembangunan jangka panjang 25 tahun mendatang di Indonesia. 

Tetapi, saya kira saya tidak perlu berbicara lebih jauh lagi tentang kemiskinan, karena kemiskinan itu hanyalah satu dari beberapa dimensi. Sekarang saya akan berbicara tentang kualitas minimum sumber daya manusia di bawah pelayanan minimum sumber daya manusia. 

Apakah kualitas minimum itu? Ada lima kriteria yang harus didefinisikan dan digunakan sebagai acuan (reference) untuk mengkuantifikasikan nilai minimum kualitas sumber daya manusia, yaitu:




1. Kualitas iman;
2. Kualitas pikir;
3. Kualitas kerja;
4. Kualitas kreasi;
5. Kualitas hidup.

Lima kriteria tersebut harus dapat dicapai oleh masyarakat yang sudah menikmati hidup di atas garis kemiskinan, dan ini saya sebut sebagai kualitas minimum sumber daya manusia. Tetapi, saya tidak ingin berbicara tentang garis minimum kualitas sumber daya manusia saja, saya ingin juga berbicara tentang pelayanan minimum sumber daya manusia.

Mengapa?

Garis minimum adalah dimensi kesatu, kualitas minimum adalah dimensi kedua, dan pelayanan minimum adalah dimensi ketiga. Ketiga dimensi itu berarti ketiga perbedaan kelas masyarakat.

Umat Islam Indonesia insya Allah pada suatu hari akan mencapai 95% yang bisa ditemukan di Indonesia, di Malaysia, dan di masyarakat manapun. Di antara 95% umat Islam itu ada kelas menengah: kelas menengah atas dan kelas menengah bawah.

Kualitas sumber daya manusia itu ada tiga dimensi: yang kelas atas bisa menjadi kelas bawah yang kelas bawah bisa bergeser menjadi kelas atas, dan ada yang antara kelas atas dan kelas bawah. Di dalam 95% umat Islam itu saya yakin ada 5% kelas atas yaitu mereka yang kaya, milyuner; dan yang 90% terdiri dari mereka yang masih hidup di bawah garis kemiskinan serta di bawah kualitas hidup minimum.

Karena itu saya tertarik untuk berbicara dan memperkenalkan tentang garis kemiskinan, dan kualitas minimum dan pelayanan minimum sumber daya manusia.

Jadi, jika Anda lihat semua sistem yang saya jelaskan tadi, timbul pertanyaan:

Untuk apa semua ini?

Kemana kita pergi?

Dan kita ingin mempunyai neraca perdagangan yang positif ?

 Setiap orang ingin mempunyai neraca perdagangan yang positif, setiap orang ingin memiliki neraca berjalan positif setiap orang ingin memiliki devisa luar negeri yang terus meningkat, setiap orang ingin memiliki rekening yang yang berproyeksi luas, dan setiap orang ingin memiliki pasar terbuka yang luas di seluruh dunia, persoalannya adalah bagaimana? Sungguhlah itu sangat sulit.

Dan saya katakan, bahwa saya tidak setuju dengan pasar yang benar-benar terbuka. Anda tahu sangat sulit menjual beras ke Jepang, begitu juga menjual panenan sayur mayur dari Prancis ke Jerman atau sebaliknya. Bahkan kesulitan ini juga terjadi di Pasar Bersama Eropa. Satu melon saya beli di Jepang, dengan harga yang sama saya bisa mendapatkan 20 melon di Indonesia.

Kita juga tidak menutup mata terhadap kenyataan neraca perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat dalam produk otomotif. Bahkan dalam perdagangan atau menjual apa saja pemerintah Jepang membuka pintu pasarnya, dan pada kenyataannya tidak ada yang bersedia masuk.

Mengapa Jepang mau membuka pasarnya? Karena produk Jepang tidak takut bersaing dengan produk asing.

Sebab setiap orang Jepang tanpa kecuali, mereka mengandalkan pada kualitas sumber daya manusia. Dan mereka tahu, bahwa satu satunya hal yang tidak akan mengalami depresiasi adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia berbeda benar dengan mobil, buah-buahan, dan sebagainya, mereka semua bisa mengalami depresiasi.

Segala sesuatu akan mengalami depresiasi kecuali sumber daya manusia yang berkualitas yang akan selalu mengalami apresiasi.

Bersambung

No comments:

Post a Comment