Friday, March 2, 2012

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN PEDESAAN III

Teknologi untuk Pedesaan 

Pada hakekatnya pembangunan merupakan suatu proses modernisasi yang menyangkut perubahan-perubahan dalam sikap mental dan peningkatan kemampuan kita untuk membuka diri terhadap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari yang sederhana dan konservatif sampai kepada teknologi tinggi. Ini berarti bahwa peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sarana penting untuk mempercepat proses pembangunan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan evaluasi tentang potensi pembangunan, yaitu sumber daya manusia, alam energi dan lingkungan untuk selanjutnya dimanfaatkan bagi pembangunan.

Sesungguhnya khasanah ilmu pengetahuan dapat kita peroleh dari lingkungan kita sendiri ataupun diimpor dari luar negeri dalam suatu pandangan yang bersistem. Apabila ilmu pengetahuan bersifat universal, maka teknologi yang diterapkan haruslah bersifat khas; yaitu sesuai dengan kebutuhan setempat pada waktu tertentu.

Jadi, pembangunan memerlukan penerapan ilmu pengetahuan yang mutakhir, namun teknologi harus dapat melembaga di dalam masyarakat. Salah satu ciri khas yang terpenting dari teknologi tepat guna seperti yang dicantumkan dalam GBHN ialah padat karya, yaitu yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

Penelitian, pengembangan serta pemasyarakatan teknologi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dan saling berkaitan satu sama lainnya. Ini berarti bahwa teknologi yang diterapkan bagi pemba-ngunan Indonesia merupakan paduan proses politik, ekonomi, sosial dan budaya, di samping proses teknologi itu sendiri.

Seperti telah diketahui sedikit-dikitnya dari 140 juta penduduk Indonesia, 81,20% bermukim di pedesaan. Dari prosentase tersebut + 63% dari rakyat Indonesia bekerja dan menggantungkan dari pada sumber penghidupan di pedesaan. Oleh karena itu teknologi tepat guna sering dianalogkan dengan teknologi pedesaan.

Oleh karena itu, falsafah yang harus mendasari upaya pengembangan teknologi pedesaan adalah falsafah memodernkan masyarakat pedesaan tanpa ia kehilangan identitasnya, tanpa ia kehilangan tradisi dan cara hidupnya. Hanya jika pekerja yang berasal dari lingkungan pedesaan dapat dibiasakan menggunakan teknologi-teknologi baru, termasuk yang modern, untuk lebih menyempurnakan pengetahuan dan nilai-nilai tradisionalnya, agar keutuhan kehidupan di desa dapat diamankan sambil dapat dilancarkan industrialisasi yang dengan segala manfaat dan kerugiannya, sehingga dapat membawa masyarakat termasuk lingkungan pedesaan pada taraf hidup yang lebih tinggi.

Potensi yang terbesar adalah sumber daya manusia de-ngan segala imaginasinya untuk menjinakkan teknologi guna memanfaatkan sumber kekayaan alam yang tersedia itu. Kita membangun untuk manusia, demikian pula teknologi. Dengan penerapan ilmu pengetahuan dalam pembangunan, ia harus melihat manusia sebagai dasar dan sekaligus modal pembangunan.

Sebagian besar dari sumber kekayaan alam Indonesia belum terjamah oleh tangan bangsa Indonesia sendiri. Selain itu besarnya penduduk di daerah tersebut dapat merupakan suatu potensi yang berguna bagi pembangunan akan tetapi sekaligus juga bisa merupakan beban berat bagi kita, apabila kita tidak pandai-pandai memanfaatkannya.

Perlunya upaya pengembangan teknologi di pedesaan barangkali akan tampak lebih jelas jika diingat bahwa pada setiap masyarakat, umumnya berlaku suatu tendensi bagi masyarakat pedesaan untuk bergerak menuju kota-kota mencoba mencari pekerjaan di sektor industri. Karena sektor pertanian pada suatu saat tertentu tidak lagi mampu memberikan pekerjaan dan penghasilan yang cukup bagi penduduk desa. Ini berarti bahwa sektor industri akan lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja yang berasal dari lingkungan pedesaan. Selanjutnya, ini berarti bahwa pola pengembangan industrialisasi dan pola kehidupan di kota-kota tidak dapat dilepaskan dari pengaruh asal-usul para pekerjanya tersebut.


Karena sumber pencaharian pokok di pedesaan adalah pertanian dan karena usaha pertanian sangat dibatasi oleh lingkungannya, maka para pekerja yang berasal dari desa cenderung mempunyai adat-istiadat dan kebiasaan hidup sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan lingkungannya masing-masing. Padahal, kehidupan di kota, di sektor industri dan sektor jasa dilandaskan pada prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan yang cenderung bersifat lebih universal. Dan pembenturan antara kedua macam cara dan kebiasaan hidup ini dapat menimbulkan keretakan dalam keutuhan cara-cara dan kebiasaan hidup pedesaan yang dibawa serta oleh para pekerja yang berasal dari lingkungan pedesaan itu.

Gejala pertama yang perlu diperhatikan ialah tingkat pertumbuhan yang tinggi dari penduduk, pola penyebaran penduduk yang pincang antara Jawa dan luar Jawa. Gejala selanjutnya ialah rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya tingkat pendapatan, tidak meratanya pembagian pendapatan, rendahnya gizi, tingginya morbiditas, banyaknya pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan formal dan melek huruf, kurang lebih 60% dari warga desa hidup dalam pemukiman yang kurang memenuhi segi-segi ukuran kesehatan dan sebagainya. Kesemuanya itu menciptakan apa yang dinamakan sindrom "kemiskinan dan kemelaratan". Kunci dari keseluruhan itu terletak pada manusia Indonesia sendiri dan lingkungan yang mendukungnya.

Tidak dapat diragukan lagi bahwa untuk merubah suatu potensi menjadi suatu kenyataan dan ke luar dari dilema di atas, diperlukan input teknologi, ketrampilan teknis, ketrampilan manajemen yang disertai kerja keras, disiplin tinggi dan perubahan sikap mental bangsa.

Teknologi Peningkatan Produktivitas Pedesaan 
Sekarang kita mencari daya upaya untuk mencapai dua tujuan yang saling melengkapi:
(1) Meningkatkan produktivitas sektor pertanian sehingga mencapai tingkat yang akan menyediakan pangan serta hasil budidaya lainnya untuk keperluan keluarga petani dalam persentase yang kurang sementara persentase yang lebih tinggi untuk kaum bukan petani dengan tingkat konsumsi per kapita yang lebih tinggi; dan
(2) Meningkatkan tingkat produktivitas dari pekerjaan non-pertanian di daerah pedesaan untuk tenaga yang berlebihan akibat peningkatan produktivitas usaha pertanian.

Pada waktu itu dihasilkan beberapa kesimpulan.

Pertama, bahwa setiap usaha untuk meningkatkan produktivitas daerah pedesaan membutuhkan cara pendekatan sistemis yang melibatkan pertimbangan secara terpadu bukan saja mengenai teknologi pertanian namun juga tentang ketersediaan aneka sumber daya energi, air dan aneka sarana produksi pertanian lainnya; serta masukan yang dibutuhkan perindustrian dan sebagainya, dan mengenai pengangkutan; serta juga mengenai aneka upaya untuk meningkatkan asimilasi budaya dan sosial terhadap manajemen; serta mengenai pola-pola pemukiman penduduk, dan sebagainya.

Kedua, bahwa pada masing-masing sistem itu akan dapat dicapai penyempurnaan dengan menerapkan teknologi yang lebih layak dengan menggunakan sumber daya genetika yang disempurnakan cara-cara budidaya yang lebih sempurna, budidaya berjenjang (terracing) dan teknik pengairan yang disempurnakan serta juga dengan menerapkan teknologi panen yang tepat guna dapatlah dicapai peningkatan produktivitas pertanian serta meningkatkan pendapatan kaum penduduk. Penyempurnaan pemukiman daerah pedesaan akan dapat dicapai dengan disempurnakannya jasa kesehatan, sarana pendidikan, serta penyempurnaan fasilitas komunikasi dan sebagainya.

Dan ketiga, telah disimpulkan bahwa karena diperlukan pendekatan gaya sistemis terhadap masalah ini perlu dicari dua lokasi, yang satu di pulau Jawa dan yang lainnya di daerah transmigrasi untuk memantau dan mengkaji penerapan pendekatan sistemis itu untuk meningkatkan produktivitas daerah pedesaan.

Motivasi yang melatarbelakangi minat serta peranserta Pemerintah berkenaan dengan soal produktivitas daerah pedesaan itu. Pada tingkat abstraksi yang lebih umum, usaha pembangunan nasional di Indonesia ini ditujukan kepada peningkatan standar kehidupan, memperluas lingkupan lokasi seluruh kegiatan pembangunan, dan mengusahakan pemerataan pembagian pendapatan rakyat, serta meningkatkan kestabilan ekonomi dan politik yang merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan usaha pembangunan di segala bidang.


Dalam usaha mencapai beraneka sasaran kami itu, kami dihadapkan dengan kenyataan bahwa hampir 80% penduduk kita berkediaman di daerah pedesaan dan melakukan kegiatan yang rendah tingkat produktivitasnya, baik dalam hal tanaman pangan, peternakan, dan budidaya bahan baku untuk keperluan industri pedesaan. Dan bahwa produktivitas rendah memberikan pendapatan yang rendah pula, sedangkan pendapatan yang rendah itu berarti daya-beli yang rendah pula, yang menimbulkan tingkat penghidupan yang rendah.

Maka kami berhasrat mendobrak lingkaran setan dari tingkat pembangunan yang rendah dengan secara nalar memperkenalkan serta memanfaatkan teknologi yang lebih maju. Namun dengan teknologi yang lebih sempurna tidak selalu harus dimaksudkan apa yang disebut orang "tekno- logi tepat-guna"., yaitu jenis teknologi yang serba primitif yang konon lebih sesuai untuk daerah yang agak terbelakang.

Sebagaimana sudah saya tegaskan pada kesempatan lain teknologi yang sesuai untuk meningkatkan produktivitas di daerah pelosok yang serba terpencil tidak usah terpencil pula dari tingkat ilmu pengetahuan tingkat tinggi. Dan berdasarkan pada pandangan inilah kami telah mengadakan penggunaan eksperimental dari cara-cara fotovoltaik untuk membangkitkan tenaga listrik untuk keperluan pengairan desalinasi (mempertawarkan air asin) dan komunikasi di daerah pedesaan. Cara yang lain untuk pembangkitan tenaga listrik ialah dengan cara gasifikasi ataupun umumnya gasifikasi segala macam limbah pertanian juga sedang diujicoba.
Dalam segala usaha kami ini, tujuannya ialah membuat masyarakat pedesaan menjadi swasembada pada tingkat konsumsi dan standar penghidupan yang lebih tinggi dan dengan demikian memperluas pasaran untuk segala jenis barang produksi perindustrian baik di dalam atau di dekat daerah pedesaan.

Sementara itu tenaga kerja yang tidak lagi terpakai dalam sektor pertanian, karena telah ditingkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, akan diserap oleh sektor industri, yang kegiatannya meningkat dengan bertambah pasarannya di daerah pedesaan. Dengan penerapan strategi semacam inilah, kita harap akan dapat dilaksanakan transformasi penduduk daerah pedesaan menjadi penduduk dengan tingkat produktivitas serta pendapatan yang lebih tinggi. Jika upaya ini berhasil mencapai tujuan, maka strategi ini akan mentransformasi 80% dari penduduk Indonesia menjadi dasar yang ampuh untuk pembangunan sektor perindustrian Indonesia yang ingin kami pacu.

Dengan ikhlas saya ingin memperkenalkan teknologi yang lebih maju di daerah pedesaan untuk menjadi pertimbangan untuk diterapkan di setiap subsistem daerah pemukiman pedesaan, termasuk : pertanian industri pedesaan, sektor perindustrian umum, pembangkitan tenaga listrik, perumahan, pendidikan, jawatan kesehatan pedesaan, komunikasi dan lain sebagainya. Sungguh mutlak penting bahwa semua ini dilaksanakan secara sistematis dan terpadu, karena sekadar mengalihkan tenaga kerja dari sektor pertanian hanya dengan meningkatkan teknologi pertanian, tanpa pada bersamaan waktu diciptakan kegiatan ekonomis lainnya dengan menerapkan teknologi yang lebih sempurna hanya akan berakibat timbulnya masalah sosial yang lain.

Dalam keseluruhannya itu yang terpenting dalam melaksanakan program-program pembangunan ialah kemampuan dan ketrampilan manusia-manusia Indonesia itu sendiri dalam upaya mengelola sumber-sumber alam secara ekonomis dan berencana dengan memperhatikan lingkungan hidupnya.

Dengan kata lain, tidak perlu dan tidak boleh teknologi pedesaan diartikan seolah-olah merupakan teknologi "kampungan". Jangan lagi dikira bahwa pemecahan masalah-masalah di pedesaan dapat dicapai hanya dengan memakai teknologi-teknologi yang produktivitasnya rendah. Sebaliknya, perlu dipikirakan bagaimana memanfaatkan teknolo- gi yang paling mutakhir bagi penyelesaian masalah di lingkungan pedesaan.

Dalam segala kegiatan itu, sifat serta mekanisme proses alih teknologi pada setiap peristiwa harus diberi perhatian penuh. Harus diusahakan keseimbangan antara segala usaha untuk meningkatkan tingkat pendidikan, dengan upaya untuk merancang mesin yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.

Saya yakin bahwa berkat keahlian serta pengalaman selama ini, akan dapat mencapai keputusan yang cukup matang, mengenai campuran yang lebih sesuai antara teknologi lokal yang telah disempurnakan dengan teknologi maju yang disesuaikan pula. Saya sadar bahwa tantangan yang kita hadapi cukup berat, namun saya yakin pula akan sanggup menanggulanginya.

Bersambung

No comments:

Post a Comment