Monday, March 12, 2012

TRANSFORMASI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI IV



TRANSFORMASI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI UNTUK HARI DEPAN BANGSA Bag III

Pembiayaan Transformasi Bangsa 
 
Proses transformasi Amerika Serikat sebagaimana dilukiskan di muka, dan pengalaman negara industri moderen lainnya seperti Jerman dan Jepang, menunjukkan bahwa pasar dalam negeri merupakan satu-satunya daya penggerak bagi transformasi suatu bangsa dari yang bertumpu pada ekonomi pertanian menjadi bangsa yang bertumpu pada pertanian dan industri. 

Hingga dewasa ini, di negara-negara tersebut, setiap perkembangan teknologi baru, baik berupa teknologi angkasa luar, teknologi energi, teknologi kesehatan dan lingkungan, serta teknologi komunikasi dan komputer, maupun teknologi lainnya yang diperlukan dalam rangka transformasi masyarakatnya, dibiayai dengan penjualan ke pasar domestik, termasuk pembelian pemerintah (government procurement). Indonesia tidak bisa merupakan perkecualian dari bangsa-bangsa lainnya di dunia ini. 

Karena itulah dalam konsepsi tentang transformasi teknologi dan industri negara-negara berkembang dipersyaratkan secara mutlak perlunya suatu pasar domestik bagi kemungkinan berlangsungnya transformasi tahap pertama, kedua dan ketiga. Dan mengapa pula dikemukakan bahwa syarat yang perlu dan cukup bagi suatu industri menjadi suatu wahana transformasi adalah adanya pasar dalam negeri yang dapat dikuasai? Ini berarti bahwa sumber pembiayaan bagi trans- formasi kita menjadi bangsa industri modern adalah dana yang dihimpun melalui penjualan ke pasar dalam negeri ditambah dengan modal yang disediakan oleh pihak-pihak yang bersedia ikut serta dalam usaha industrialisasi di Indonesia. 

Sebagaimana berlaku untuk bangsa-bangsa lain, terhadap pertanyaan "Apa yang menjadi penggerak usahanya menuju suatu kehidupan yang lebih baik bagi bangsanya?" Jawabannya tidak bisa tidak, "penggeraknya harus bangsa itu sendiri." Seluruh bangsa harus menjadi penggerak usaha kita dalam melaksanakan industrialisasi. Secara langsung atau tidak langsung, konsumsi barang dan jasa seluruh bangsa Indonesia harus diarahkan untuk menumbuhkan usaha industrialisasi, usaha transformasi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang modern.  

Dengan mengandalkan pasar dalam negeri yang besar dan makin tumbuh itu, akan terjadi peningkatan dalam kualitas hidup manusia melalui peningkatan kualitas kerja. Hal serupa telah terjadi di negara-negara yang sekarang merupakan negara industri maju. Kesempatan membuat produk berkualitas tinggi akan melahirkan kualitas kerja yang meningkat. 

Kualitas kerja yang tinggi akan meningkatkan pendapatan dan daya beli. Daya beli yang meningkat memperluas pasar, kesempatan kerja, dan produksi lebih lanjut. Ini berarti bahwa pelaksanaan secara konsekuen penggunaan pasaran dalam negeri sebagai penggerak industrialisasi akan menciptakan pendapatan dan pasar yang lebih tinggi lagi. Dengan demikian, penggunaan pasar dalam negeri akan menciptakan daya gerak yang makin besar bagi industrialisasi. 

Asalkan kita bersedia menjadi suatu masyarakat yang cinta pada dirinya sendiri, dan karena itu, bersedia berkorban untuk menumbuhkan industrinya sendiri, maka dengan disiplin teknologi dan industri modern yang diterapkan dalam industri wahana transformasi, industri wahana itu akan berkembang menjadi makin produktif, tumbuh menjadi makin efisien, dan dengan demikian, makin lama makin unggul. Perkembangan ke arah ini sudah makin jadi kenyataan.  

Produk dalam negeri makin mampu memenuhi kebutuhan kita terhadap peralatan angkutan darat, angkutan laut, angkutan udara dan sistem serta peralatan komunikasi, baik untuk keperluan sipil maupun untuk keperluan pertahanan-keamanan. Untuk armada angkatan laut, misalnya, diperkirakan dalam tahun 2000 dibutuhkan 286.640 ton. Jika setiap kapal rata-rata berbobot 400 ton, maka terdapat permintaan sebanyak 716 buah kapal yang dapat dipenuhi industri dalam negeri. Di bidang industri energi kesempatan bagi produksi dalam negeri juga besar. 

Menurut studi yang dibuat oleh BPPT bekerjasama dengan perusahaan Bechtel, di tahun 2000 dibutuhkan antara 42.000 sampai 60.000 MW. Sekiranya 10% dari kebutuhan itu akan dipenuhi dengan tenaga nuklir, maka sedikitnya 6.000 MW sampai 7.000 MW akan dipenuhi dengan tenaga nuklir. Sekadar catatan, persediaan energi sekarang berjumlah antara 9.000 hingga 10.000 MW. Dengan memperhatikan perbedaan antara kebutuhan dan permintaan efektif, diperkirakan bahwa permintaan energi dalam negeri sampai tahun 2000 akan berjumlah ribuan MW. Padahal penyediaan 1 MW merupakan bisnis sejumlah 1,2 juta dolar Amerika. Bisa dibayangkan berapa milyar dolar devisa yang harus dialokasikan dalam sektor ini. Dan kita, 
bangsa Indonesia sendiri akan harus mem-bayar konsumsi energi itu. 

Terpulang pada kita sendiri apakah kita akan juga berperan sebagai produsen, walaupun untuk sebagian. Terpulang pada kita sendiri untuk ikut memainkan peranan yang wajar dalam kesempatan berusaha yang tersedia ini, sesuai dengan kemampuan. Produsen Indonesia dewasa ini diperkirakan akan mampu memenuhi 20% sampai 30% pasar energi dalam negeri. Ini berarti terbuka kesempatan berusaha untuk nilai sebesar 4 milyar dolar Amerika selama 15 tahun. Atau berarti terbuka peluang usaha untuk suatu volume basis sebesar 700 juta dolar atau 700 milyar rupiah setiap tahunnya. 

Namun yang lebih penting, ini juga berarti suatu kesempatan belajar bagi produsen Indonesia untuk menyempurnakan kete-rampilan dalam salah satu wahana transformasi teknologi bangsa. Kesempatan nyata memenuhi pasaran dalam negeri juga terdapat di dalam bidang industrti wahana transformasi lainnya. Dengan tetap akan dikembangkannya sektor pertanian harus ditingkatkan pula produksi pupuk, produksi racun hama, dan sarana produksi pertanian lainnya. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia akan telap membelanjakan modal swasta dan pemerintahnya untuk mendirikan dan mengoperasikan pabrik pupuk, pabrik racun hama, dan pabrik sarana produksi pertanian. 

Pasar dalam negeri untuk pabrik petrokimia, pabrik kertas, pabrik gula dan pabrik lainnya juga akan meluas. Tetap akan dikembangkannya sektor pertanian juga berarti meluasnya pasar dalam negeri untuk industri mesin pertanian. Namun kemampuan kita memanfaatkan dengan baik semua kesempatan nyata ini tergantung pada kendala ma- nusia. Itulah yang akan dibahas selanjutnya. Kendala Manusia Terbatasnya manusia Indonesia yang terampil dan yang berorientasi ke nilai-nilai masyarakat modern merupakan kendala yang paling kritis. 

Mengatasi kendala ini merupakan tantangan paling berat dan paling lama dalam perju-angan kita menjadi bangsa Indonesia modern. Proses industrialisasi membutuhkan tenaga terampil di segala lapisan tenaga kerja: tenaga pimpinan, manajerial, dan teknis, pada semua tingkat. Saya gunakan perkataan "keterampilan" ini dalam arti yang luas, meliputi kemahiran seseorang melaksanakan teknik-teknik dan norma bekerja yang berlaku di dalam bidang spesialisasinya; dan mencakup semua bidang keahlian dan semua tingkat keahlian. Kemahiran teknis saja tidak cukup. 

Proses industrialisasi juga bertumpu pada nilai-nilai tertentu. Manusia Indonesia modern harus makin menghayati nilai-nilai efisiensi, produktivitas dan disiplin kerja. Manusia Indonesia harus makin berorientasi pada prestasi. Manusia Indonesia harus makin sadar bahwa peningkatan dalam taraf hidupnya tergantung pada kinerjanya (performance), baik diukur menurut jumlah maupun mutu. Manusia Indonesia harus makin berprinsip bahwa standar mutu kehidupannya tergantung pada apa yang ada dalam dirinya dan bukan pada 
kekayaan alam yang berlimpah, iklim tropis yang menguntungkan, dan faktor-faktor lain di lingkungannya. 

Hanya dengan mentalitas atau orientasi nilai demikian kita dapat menjadi bangsa yang unggul. Bagi banyak negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang dan berbagai negara Eropa, proses pembentukan bangsa itu memakan waktu bertahun-tahun, malahan berabad-abad, kadang kala diselingi dengan berbagai revolusi. Dan sebagai suatu catatan penting, perlu saya kemukakan di sini bahwa perjuangan negara-negara sedang berkembang dari Selatan untuk mencapai berbagai macam tatanan internasional baru (new international order) pada dasarnya adalah suatu perjuangan melunakkan kondisi-kondisi historis yang pada saat ini mengurangi kecepatan ataupun menghambat kemungkinan tercapainya sukses dari usaha-usaha mereka dalam pembangunan bangsa dalam arti yang saya uraikan tadi. 

Negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang baru diberi kesempatan 50 tahun untuk secara bebas menentukan sendiri identitasnya dan mengembangkan sendiri potensinya sebagai suatu kesatuan ekonomi, kultural dan politik, tidak bisa diharapkan dapat berdiri atas dasar yang sama dengan negara-negara yang telah melewati ratusan tahun dalam pembangunan bangsanya. 

Persoalannya ialah apakah kita lebih menyukai dan akan merasa lebih enak hidup dalam suatu dunia yang penuh dengan ketidak-samaan, keti- dak-pastian dan ketidak-amanan atau apakah kita akan merasa lebih aman hidup dalam suatu dunia yang terdiri dari negara-negara yang merasa dirinya mantap, kurang lebih sama kuat dan yang saling berhubungan satu sama lain dalam jalinan ekonomi, politik, dan kultural yang saling menguntungkan. 

Kaitan Riset dan Produksi Satu hal jelas: untuk dapat menjadi suatu negara-bangsa yang merdeka secara ekonomis, negara itu harus mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukannya sendiri atau yang diperlukan oleh dunia pada umumnya sehingga kelebihan produksinya dapat ditukarkannya dengan barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukannya tapi tidak mampu dihasilkannya sendiri. Pemilikan sumber-sumber daya alam seperti energi, mineral, lahan, sumber-sumber hasil pertanian, dan lain-lain, sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan ini. 

Tetapi ini bukanlah kuncinya. Tanpa ketramplian untuk mendapatkan, memiliki serta mengembangkan teknologi, pemilikan sumber-sumber alam dalam jumlah yang berlimpah-limpah pun tidak merupakan jaminan tercapainya kedudukan sebagai suatu bangsa. Sebaliknya, jika kemampuan untuk memperoleh dan mengembangkan teknologi itu ada, maka langkanya sumber-sumber alam bukanlah merupakan halangan dalam pembangunan bangsa. Inilah yang dibuktikan oleh Jepang. 

Sebagaimana semakin dipahami oleh kita di Indonesia, Jepang adalah suatu bukti nyata dari kemampuan suatu negara yang sangat kekurangan dalam sumber-sumber alam untuk menjadi suatu kekuatan ekonomi karena mempunyai tenaga kerja yang berkeahlian tinggi, yang sangat tekun dan rajin dan mampu menyerap dan mengembangkan teknolo- gi-teknologi yang diperlukan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan di seluruh dunia. 


Sumber: Prof. B.J. Habibie 

Foto: Oleh: Ruhiyat dan Arip Nurahman 

"Perkembangan Industri dan penciptaan lapangan kerja baru membutuhkan infrastruktur yang memadai" ~Arip, Universitas Pendidikan Indonesia~

No comments:

Post a Comment