Friday, March 18, 2011

DUNIA PENDIDIKAN DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN II

Kaitan Lembaga Pendidikan dan Dunia Usaha





Dalam merealisasikan ide-ide yang telah diutarakan di atas, perlu adanya suatu kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan, dunia industri dan juga dengan lembaga-lembaga penelitian, sehubungan dengan banyaknya keterbatasan yang kita punyai. Kerjasama yang baik tersebut berupa perpaduan perencanaan, program secara nasional, serta penanganan bersama berbagai upaya pemecahan masalah oleh tenaga-tenaga ahli yang ada di ketiga institusi tersebut.


Peranan lembaga pendidikan (universitas), industri dan lembaga penelitian sangat besar dalam memajukan dan memperlancar pembangunan nasional, karena rangkaian tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menciptakan adanya added value dan penerapan teknologi yang sa-ngat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu rangkaian tersebut harus selalu dirangsang dan digalakkan oleh Pemerintah, dengan diberikan dukungan politik baik moral maupun material serta fasilitas yang memungkinkan rangkaian tersebut berhasil dan berdaya guna dalam melaksanakan tugasnya masing-masing maupun secara bersama-sama.


Kerjasama antara ketiga institusi tersebut perlu dirangkaikan karena antara lain: 

(1) terbatasnya sumber-sumber riset; 

(2) kebutuhan untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi; 

(3) kebijaksanaan riset harus lebih didasarkan pada permintaan (demand) daripada penyediaan (supply); 


(4) luasnya obyek riset dan teknologi.


Dengan adanya kerjasama diharapkan: 

(1) jalur komunikasi yang lebih baik, yang memungkinkan selarasnya sumber dan kebutuhan; 


(2) keterlibatan personal dan tanggung jawabnya, ditunjang oleh sistem balas jasa yang sesuai; 

(3) mobilitas personal antara universitas, lembaga riset, dan industri; 

(4) mendapatkan manfaat dari proyek-proyek pembangunan.


Sejauh yang menyangkut kerjasama antara lembaga pendidikan dan dunia usaha (industri), pihak universitas akan memperoleh manfaat berupa: pengetahuan yang lebih mendalam tentang industri-industri yang spesifik dan pengertian tentang masalah-masalah praktis yang dapat memperkaya pengetahuan dan riset; kontak-kontak konsultasi dan pendidikan keterampilan yang dibutuhkan; dan ahli teknologi dari lembaga-lembaga riset perusahaan.


Dengan mengikutsertakan para ilmuwan Indonesia dalam industri, maka akan diperoleh dua hal yang sangat menguntungkan, yaitu pengalaman kerja yang menambah keterampilan dan pengetahuan baru. Oleh karena itu perlu adanya kesempatan melaksanakan praktek industri bagi para calon sarjana baru dalam segala bidang kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga benar-benar kita dapat menghayati situasi dan kondisi kita, kemampuan kita, serta sumber-sumber daya kita yang terbatas dan kebutuhan-kebutuhan kita yang makin meningkat.


Hambatan yang ada antara Universitas dan Industri harus dapat dipecahkan melalui konsultasi dan evaluasi yang terus menerus, dengan berorientasikan pada tujuan adanya industri nasional dan tujuan pendidikan.


Dengan cara demikian, pendidikan dan pengembangan ilmu di perguruan tinggi tetap relevan dan menunjang ke-perluan pembangunan nasional, dan di lain pihak, bahwa proses belajar mengajar di perguruan tinggi berlangsung dengan seproduktif mungkin untuk dapat memenuhi keperluan masyarakat pelaksana pembangunan, yaitu tenaga kerja yang langsung dapat bekerja di dalam pelaksanaan proses-proses nilai tambah dalam arti yang luas dengan tingkat PPN yang tinggi. Pandangan ini didasarkan atas pengalaman sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa lampau dan trend perkembangannya di masa depan.


Dalam mengembangkan SDM "kunci" terpenting sebenarnya terletak pada program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang disebut dengan "link and mach"Link berarti adanya kaitan dengan industri dan ekonomi, sedangkan match adanya kaitan dengan produksi.


Sebagai contoh, pengalaman Bagian Dirgantara yang didirikan pada awal tahun 1960 di ITB. Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1974, secara makro saya melihat ada link antara industri IPTN dengan ITB. Kalau saja 19 tahun lalu tidak ada kerjasama antara IPTN dan ITB yang waktu itu diwakili oleh almarhum Bapak Prof. Dr. Doddy Tisna Amidjaja, maka link itu ada tetapi match-nya tidak ada. Oleh karena itu, pada tahun 1975 saya dan Prof. Doddy membuat persiapan dengan menandatangani match-nya. Kenapa ? Dasar pemikirannya adalah bahwa apabila Bagian Dirgantara di ITB tidak direkayasa khusus untuk "commercial aeroplane", maka anggapan yang keluar mungkin diarahkan untuk pesawat tempur atau pesawat latih atau untuk hal lain yang sebenarnya mubazir.


Berbeda dengan persyaratan pesawat tempur, persyaratan pesawat komersial pertama adalah keamanan (safety), kedua biaya (cost), dan ketiga misi (mission). Hal yang sederhana ini ternyata mempengaruhi mata pelajaran dalam bidang aerodinamika, stabilitas kontrol, unjuk kerja, pelenturan udara dan lain-lain. Karena saya menyadari hal itu, maka saya tanda tangani kerjasama dengan ITB. Rahasia link and match-nya adalah bahwa setelah penandatangan- an dosen-dosen muda dan guru besar dalam bidang apa saja yang diperlukan diperkenankan bekerja di IPTN dengan diberikan gaji penuh, tetapi tidak boleh dia "ngobyek" di tempat lain. Mereka harus bekerja dalam bidangnya yang diarahkan untuk pesawat komersil dan pesawat angkut militer, dan harus mengajar pelajaran tersebut di ITB. 

Hasilnya adalah mereka menjadi orang-orang yang unggul karena full-time. Prasarana dan sarana seperti buku, laboratorium, dan lain-lain disediakan, karena ada orientasi jangka panjang untuk membuat Tetuko, Gatotkoco dan sebagainya dengan visi yang saya berikan itu. Sebagai akibat dari hal itu, dosen-dosen memberikan kuliah dengan the-latest-state-of-the-art. Demikian pula mahasiswanya dalam ujian akhir atau kerja praktek diberikan penugasan yang ada manfaatnya.


Link and match seperti diuraikan di atas, harus diciptakan pula dalam bidang-bidang ilmu kedokteran, ilmu pertanian, elektronika, fisika, ilmu hukum, ilmu sosial politik, ilmu kedokteran, dan seterusnya.


Sebelum Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro merintis program link and match, saya sering mengatakan bahwa kita harus membuat kebijakan dunia pendidikan yang bersifat "market oriented", tetapi kemudian dipersepsikan seolah-olah saya menganggap manusia seperti komoditi, bisa diperjual-belikan. Sebenarnya persepsi itu tidak tepat, karena saya memanfaatkan perkataan yang saya anggap harus dimengerti oleh ekonom. Tetapi yang lebih tepat adalah istilah yang disebut link and match tadi. Oleh karena itu, sekali lagi saya mohon agar program link and match itu harus diamankan dan disukseskan karena di situ letak "kunci" semuanya.


Dengan sendirinya yang bisa mengamankan link and match adalah pakar-pakar dalam bidangnya masing-masing secara terinci. Karena perbedaannya terletak pada detil, maka kualitas seluruh produk tergantung pada detil dan kualitas detil. Saya ingin menegaskan lagi, bahwa dalam hal kita berorientasi pada SDM saya mohon agar diciptakan kerjasama yang terpadu.


Pada permulaan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pada awal industrialisasi di dunia, pemikiran-pemikiran yang besar memang lahir di lingkungan perguruan tinggi. Kenyataan ini tidak mengherankan karena lingkungan perguruan tinggi dengan pakar-pakarnya yang terpelajar memang merupakan lingkungan yang subur bagi pelaksanaan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dasar dan terapan. Namun dewasa ini dan di masa mendatang, pusat-pusat keunggulan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin tidak lagi berada di lingkungan perguruan tinggi tetapi semakin berpindah ke dunia usaha, khususnya perusahaan-perusahaan besar dan kuat di dalam teknologi maju. 


Benar bahwa pada awalnya, pengembangan kawasan industri elektronika terkemuka di California, Amerika Serikat yang kita kenal dengan nama Silicon Valley (Lembah Silikon) sangat ditentukan dan diberi inspirasi oleh Stanford University, Palo Alto di dekatnya. Namun setelah perusahaan-perusahaan elektronika, baik di dalam maupun di luar Silicon Valley, seperti Apple Computer, INTEL, Hewlett-Packard dan IBM berkembang maju dan menjadi kuat dan besar, maka perkembangan lebih lanjut di dalam industri elektronika semakin banyak ditentukan tidak oleh perguruan tinggi tetapi oleh perkem- bangan di dalam kemampuan ilmu pengetahuan dan penelitian di dalam perusahaan-perusahaan itu sendiri, baik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok.


Perkembangan ini berkaitan erat dengan keharusan perusahaan untuk bertahan hidup dan bahkan unggul di dalam persaingan, tidak saja di dalam pasar nasional atau regional, tetapi bahkan di pasar dunia (global market). Perusahaan-perusahaan yang unggul di dalam teknologi, yang mampu menyediakan produk-produk sesuai dengan tuntutan pasar, dapat memperoleh volume penjualan yang cukup besar untuk membiayai penelitian dan pengembangan teknologi. Semakin ketat dan semakin semestanya persaingan, semakin besar skala lingkaran sebab-akibat antara volume penjualan dan anggaran perusahaan untuk penelitian dan pengembangan; baik untuk menghasilkan teknologi-teknologi perangkat keras dan perangkat lunak yang dituntut oleh pasar, maupun untuk mengembangkan ilmu-ilmu dasar yang diperlukan untuk mendukung perkembangan teknologi tersebut. 

IBM misalnya, mampu membiayai sejumlah 30.000 ilmuwan yang bekerja di bidang fisika, ilmu material dan bidang-bidang yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan produk-produk IBM. Untuk itu, IBM perlu menyisihkan 5 sampai 10 persen dari volume penjualannya bagi penelitian dan pengembangan.


Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pada skala sebesar itu tidak mungkin dilakukan oleh perguruan tinggi. Terlebih lagi jika melihat fenomena yang terjadi belakangan ini. Kian ketatnya persaingan di dalam pasar semesta, telah mendorong semua perusahaan multinasional untuk menjadikan dirinya lebih besar dan lebih kuat. Hal itu ditempuh, antara lain, dengan menggabungkan diri dengan atau mengambil alih perusahaan-perusahaan sejenis dan atau dengan bekerja sama dengan pesaing-pesaingnya di dalam mengembangkan produk-produk tertentu. 

Seperti kerjasama yang terjadi di dalam industri permobilan antara Daimler-Benz dengan Mitsubishi, dan di dalam industri elektronika antara American Telephone dan Telegraph (AT&T) dengan Nippon Electric Company (NEC) dan antara IBM dan Hitachi, serta penggabungan perusahaan di dalam industri energi antara Asea (Swedia) dan Brown Boveri (Swiss) yang kemudian mengambil alih Combustion Engineering (Amerika Serikat).


Penggabungan serta kerjasama ini semakin meningkatkan trend perkembangan ke arah pertumbuhan pusat-pusat keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar perguruan tinggi. Berbeda dengan perguruan tinggi, pusat-pusat keunggulan ilmu dan teknologi ini lebih enggan berbagi hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya dengan dunia luar, kecuali jika dapat didukung oleh penjualan perangkat lunak dan perangkat keras yang dapat dihasilkan dengan hasil-hasil pengembangan ilmu dan teknologi tersebut.


Sejalan dengan perkembangan ini berlangsung pula perkembangan lain. Pusat-pusat keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi industri yang semakin berkembang tadi semakin memerlukan manusia-manusia yang unggul di dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

Oleh karena itu, peru- sahaan-perusahaan yang ingin mempertahankan keunggul- annya di dalam persaingan di pasar semesta, sangat berkepentingan bahwa materi yang diajarkan di dalam sistem pendidikan baik secara umum maupun secara terperinci, selalu sesuai dengan keperluan dan pemikiran strategi jangka pendek, menengah dan jangka panjang perusahaan-perusahaan itu. 

Tidak hanya itu. Perusahaan-perusahaan unggul tersebut akan pula berusaha membantu perguruan tinggi agar dapat melaksanakan proses pndidikannya dengan seproduktif dan seefektif mungkin. Semua ini dilakukan dengan cara memberikan sumbangan-sumbangan pada pergu- ruan tinggi, baik untuk pendidikan dan pengajaran secara umum dan untuk pengajaran di bidang-bidang tertentu, maupun di dalam hal-hal tertentu, untuk peningkatan metoda-metoda pendidikan, sehingga perguruan-perguruan tinggi dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pendidikannya.



Keuntungan Kerjasama antara Lembaga Penelitian, Universitas dan Industri


Masalah ini sebenarnya sangat luas dan mempunyai ka-itan yang mendasar, di satu pihak kita perlu menengok ke belakang lagi tentang fungsi dan tugas universitas serta hasil dan pengabdian yang disumbangkan untuk pemba-ngunan negara, sedangkan di pihak lain kita perlu menelusuri bagaimana industri kita tumbuh serta berkembang dalam negeri ini untuk memegang peranan dalam pembangunan serta kesejahteraan nusa bangsa. Apabila kita analisis semua itu, maka kita akan menemukan beberapa titik singgung yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan baik untuk universitas maupun untuk industri dalam negeri.


Perlu saya tegaskan bahwa universitas adalah tempat yang paling tepat untuk mendidik para sarjana, yaitu manusia-manusia Indonesia yang mempunyai disiplin untuk mengadakan riset, sebagai tenaga ahli yang dapat berpikir sistematis, kritis dan rasional, yang mampu mengolah ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat disumbangkan untuk memperlancar pembangunan sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Peranan universitas sangat besar, karena dari sinilah awal dari kemajuan-kemajuan teknologi itu dimulai. Universitas sebagai lembaga penelitian dapat menjadi tempat pemusatan tenaga-tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, yang akan mengurangi kemungkinan para sarjana berpandangan sempit dan terbatas, maka diperlukan pandangannya diperluas dan diperkaya oleh rekan-rekannya yang melihat dan meneliti materi yang sama dari sudut pandangan yang berlainan. Dengan demikian kemungkinan akan terjadi inovasi-inovasi yang akan lebih tinggi, karena kemungkinan mendapatkan inspirasi akan bertambah besar. Sebaliknya, materi penelitian yang sama merupakan landasan berpijak bersama yang pokok bagi disiplin-disiplin yang berdekatan.


Peranan lembaga penelitian, universitas dan industri sangat besar dalam memajukan dan memperlancar pembangunan nasional, karena yang dapat menciptakan rangkaian tersebut merupakan suatu rangkaian adanya added value dan penerapan teknologi yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu rangkaian tersebut harus selalu dirangsang dan digalakkan oleh Pemerintah, dengan diberikan bantuan politik baik moral maupun material serta fasilitas-fasilitas yang memungkinkan rangkaian tersebut berhasil dan berdaya guna dalam pelaksanaan tugasnya masing-masing maupun secara bersama-sama.


Rangkaian ikatan antara lembaga penelitian, universitas dan industri sangat dibutuhkan, karena antara lain:
  • terbatasnya sumber-sumber riset
  • kebutuhan untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi
  • kebijaksanaan riset harus lebih didasarkan pada permintaan (demand) dan penyediaan (supply)
  • luasnya obyek riset dan teknologi.
Dengan adanya kerjasama dengan lembaga riset, maka industri mengharapkan memperoleh antara lain:
  • suatu redefinisi peranan mereka, sehingga mereka lebih berorientasi pada kebutuhan dan permintaan
  • jasa-jasa konsultasi dan nasehat dalam bidang-bidang paten, proses desain dan perkembangan-perkembangan produksi, kontrol kualitas dan lain-lain.
  • fasilitas testing
  • bantuan dalam negosiasi dengan supplier proyek dan peralatan
  • peramalan tekno-ekonomik
  • pertukaran informasi teknis
  • memberi jalan untuk berhubungan dengan lembaga riset di luar negeri dan sebagainya.
Dari adanya kerjasama dengan Lembaga Riset, maka Universitas mengharapkan untuk memperoleh antara lain:
  • pengetahuan yang lebih mendalam tentang industri- industri yang spesifik dan pengertian tentang masalah- masalah praktis yang dapat memperkaya pengetahuan dan riset.
  • kontak-kontak konsultasi dan pendidikan ketrampilan yang dibutuhkan
  • ahli teknologi dari lembaga-lembaga riset perusahaan.
Keuntungan yang diharapkan oleh Lembaga Riset dari adanya kerjasama dengan industri adalah antara lain:
  • kemungkinan yang lebih besar untuk lembaga-lembaga dalam mencapai tujuan utama mereka, yaitu memberikan sumbangan yang efektif pada industrialisasi dan modernisasi
  • pengembangan dari teknologi yang tepat, misalnya yang relevan dengan keadaan lapangan kerja lokal, sumber-sumber alamiah, tersedianya modal kebijaksanaan Pemerintah.
  • mengetahui evolusi dari suatu kebijaksanaan riset yang dilaksanakan oleh industri.
Dari adanya kerjasama dengan Universitas, maka Lembaga Riset mengharapkan antara lain:
  • penggunaan fasilitas riset di Universitas, yang menghasilkan penggunaan yang lebih baik dari sumber- sumber yang langka
  • kerjasama staf di mana Universitas memiliki ketrampilan yang tidak ada pada Lembaga Riset
  • pertukaran staf ahli, terutama atas dasar kerjasama proyek
  • dapat mempengaruhi penyempurnaan kurikulum, karena kemajuan-kemajuan yang ada dalam bidang riset dan teknologi.
Beberapa faktor yang mendorong diadakannya kerjasama antara Lembaga Riset, Universitas dan Industri antara lain adalah:
  • jalur komunikasi yang lebih baik, yang memungkinkan selarasnya sumber dan kebutuhan oleh sistem
  • keterlibatan personal dan tanggung jawabnya, ditunjang balas jasa yang sesuai mobilitas personal antara Lembaga Riset, Industri dan Universitas mendapatkan manfaat dari proyek-proyek pembangunan.
Di samping faktor-faktor yang mendorong tersebut, ada juga beberapa faktor yang menghambat adanya rangkaian kerjasama itu, antara lain adalah:
  • tujuan, cara berpikir dan pendekatan terhadap persoalan yang berbeda
  • skala waktu operasi yang berbeda
  • tingkat pendidikan yang berbeda,
  • perbedaan dalam penggunaan keuangan di perguruan tinggi dan lembaga riset, industri dan lembaga riset lebih terbuka terhadap tekanan pasar.
  • ikatan artifisial antara disiplin akademis yang meng- hambat penanganan multidisipliner dari persoalan- persoalan yang praktis.
  • pengasingan dari lembaga yang dibiayai oleh Pemerintah dan persoalan-persoalan industri.
  • strategi nasional dan kebijaksanaan pemerintah tentang perkembangan industri yang masih perlu ditingkatkan.
  • pengelolaan yang berbeda dengan sasaran yang berbeda pula.
Industri dalam negeri harus dapat menjadi tulang punggung dari kegiatan riset dan teknologi yang dilaksanakan oleh tenaga-tenaga ahli yang trampil, hasil dari pengolahan Universitas. Semuanya ini harus berorientasikan pada sasaran-sasaran perjuangan Bangsa Indonesia dan Pem-bangunan Nasional.


Industri nasional harus dapat digalakkan dengan memanfaatkan teknologi-teknologi yang berkembang di Indonesia untuk memproduksikan barang-barang kebutuhan pokok Bangsa Indonesia, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan untuk pembangunan. Dengan mengikut-sertakan para ilmuwan Indonesia dalam industri, maka akan diperoleh dua hal yang sangat menguntungkan, yaitu pengalaman kerja yang menambah ketrampilan dan pengetahuan baru dalam proses implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu perlu adanya kesempatan melaksanakan praktek industri bagi para calon sarjana baru dalam segala bidang kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga benar-benar kita dapat menghayati situasi dan kondisi kita, kemampuan kita, serta sumber-sumber daya kita yang terbatas dan kebutuh- an-kebutuhan kita yang makin meningkat.


Ketrampilan ilmuwan-ilmuwan Indonesia harus kita tingkatkan bersama-sama dari hari ke hari, dari Repelita yang satu ke Repelita berikutnya menuju ke tingkat ketrampilan yang sesuai dan setaraf serta berlaku di dunia pada umumnya. Ketrampilan ini hanya dapat ditumbuhkan kalau kita bekerja secara terus-menerus secara konsisten, sesuai dengan program nasional dan dengan mengusahakan sarana-sarana yang dibutuhkan. Ini merupakan suatu konsekuensi yang mutlak dan harus dipahami oleh mereka yang berwenang mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 


Ketrampilan yang kita tuju tidak dapat dicapai dengan begitu saja hanya karena lulusan sekolah, hanya karena mendapat gelar sarjana, hanya mendapat gelar doktor. Orang yang lulus sekolah baru mengetahui aturan-aturan permainan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia baru masuk ke ambang pintu medan permainan. Ia bagaikan seorang yang baru masuk lapangan golf, lengkap dengan pakaiannya, lengkap dengan sepatunya, dengan alat-alat pemukulnya dan dengan pengetahuan tentang bagaimana cara bermain golf. Belum tentu ia mahir main golf. Kepandaiannya main golf bukan ditentukan oleh pakaiannya, sepatunya, peralatannya dan sebagainya, tetapi ditentukan oleh faktor apakah dia secara terus menerus mengembangkan kemahirannya dengan bermain secara konsisten dan teratur.


Demikian pula dengan seorang ilmuan. Seorang akan menjadi ilmuwan yang baik bukan karena dia mendapatkan gelar doktor, bukan pula karena peralatannya yang serba lengkap, tetapi karena dia berhasil menyelesaikan problema-problema dengan baik, berhasil menjawab setiap tantangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang maupun yang akan datang. 

Artinya penilaian sebagai seorang ilmuwan yang berhasil, sebagai seorang ahli yang terkemuka dalam bidangnya, bukanlah dilakukan berdasarkan jumlah gelar-gelar kesarjanaan yang diperolehnya, bukanlah ditentukan oleh berapa banyaknya pelajaran yang diperolehnya, tetapi terutama ditentukan oleh keberhasilannya memecahkan problema-problema yang sulit dan sekaligus mempunyai arti dari sudut kepentingan masyarakat dan pembangunan nasional. Untuk dapat berhasil seperti itu, setiap ilmuwan, baik yang masih ada di Universitas maupun di luar Universitas, harus banyak praktek mengamalkan ilmunya dan juga menambah ilmu baru serta ketrampilan baru dalam wadah industri.


Oleh karenanya industri dalam negeri sangat menguntungkan dilihat dari berbagai sudut, dan tentunya juga dari sudut pandang peningkatan ketrampilan para ahli Indonesia sendiri. Faktor-faktor pendorong untuk mengadakan kerjasama antara Universitas dan Industri harus dilihat dari motivasi yang saling menguntungkan ke dua belah pihak, dan lebih jauh lagi menguntungkan pembangunan nasional. Oleh karena itu, perlu adanya hubungan yang baik antara investor dan industri.

Perkembangan sektor industri nasional di masa yang akan datang akan menjadi sangat penting, karena mempunyai fungsi yang makin luas dan makin kompleks, antara lain:
  1. Industri nasional akan menjadi tulang punggung pengolahan sumber sumber daya alam Indonesia.
  2. Industri nasional merupakan suatu alternatif penyediaan lapangan pekerjaan, sebagai akibat pertambahan penduduk.
  3. Industri sebagai penggerak Pembangunan Nasional.
  4. Industri tempat pengujian dan penerapan teknologi.

Lembaga Pendidikan dan Tantangan Masa Depan


Menghadapi tantagan seperti itu, apa yang dapat dilakukan perguruan tinggi kita terutama dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan industri dan ekonomi Indonesia menyongsong era industrialisasi dan tahap tinggal landas?

Dari gambaran tentang konsep produktivitas prestasi nasional (PPN) sebagaimana telah kita uraikan, jelaslah bahwa perguruan tinggi mempunyai peran yang sangat besar di dalam penentuan tingkat PPN dan pertumbuhan PPN. Dalam hal ini, pembangunan ekonomi dan industrialisasi tidak hanya memerlukan keahlian di dalam menyelesaikan masalah-masalah teknologi dan rekayasa tetapi juga kemahiran di dalam bidang ekonomi makro, ekonomi industri, perdagangan internasional, moneter, pemasaran, pembelanjaan, akuntansi manajemen, masalah psikologi, kepemimpinan, masalah sosiologi, masalah kesehatan, bahkan masalah yang berhubungan dengan hukum, termasuk hukum kontrak. 

Dalam perkataan lain, pembangunan ekonomi dan industri memerlukan ilmu pengetahuan dalam keseluruhan spektrum yang diberikan di dalam sebuah perguruan tinggi. Melalui penyelenggaraan proses pendi-dikan dan pengajaran, perguruan tinggi dapat melahirkan tenaga-tenaga yang secara langsung dapat bekerja dengan produktif di dalam masyarakat karena dibekali dengan ma-teri ilmu pengetahuan yang relevan dan dengan nilai-nilai dan sikap hidup yang diperlukan untuk perkembangan dan kemampuan daya saing suatu bangsa di dalam kancah kerjasama dan persaingan semesta yang merupakan tanda-tanda zaman di masa sekarang dan di masa mendatang.


Bagaimanakah sebaiknya peran penting perguruan tinggi ini dilaksanakan? 

Bagaimanakah sebaiknya hubungan antara perguruan tinggi dan dunia pelaksana pembangunan khususnya dunia industri swasta?


Untuk menjawab pertanyaan itu, baiklah kita membedakan antara dua aspek dalam setiap sistem pendidikan. Aspek pertama adalah aspek paedagogi, yaitu aspek yang menyangkut cara-cara dan metoda-metoda belajar-mengajar dalam rangka pengalihan pengetahuan dan nilai-nilai dari pengajar kepada anak didik. Aspek kedua menyangkut substansi yang diajarkan atau dialihkan. Sejak semula kita perlu melakukan pembedaan yang jelas antara kedua aspek tersebut serta peranan perguruan tinggi dan dunia pelaksanaan pembangunan di dalam kedua aspek pendidikan tadi.


Dalam hal ini saya berpendapat agar perguruan tinggi Indonesia memberikan perhatian lebih banyak pada aspek-aspek paedagogi pendidikan; yaitu pada masalah-masalah yang berhubungan dengan bagaimana proses pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi dapat berlangsung de-ngan seefektif dan seefisien mungkin. Bersamaan dengan itu, agar dunia pelaksana pembangunan baik swasta maupun pemerintah diberikan peranan yang sebesar-besarnya di dalam penentuan materi atau substansi ilmu pengetahuan yang diajarkan dan diteliti di kalangan universitas. 

Menurut hemat saya, harus dibatasi keterlibatan para ahli paedagogi dalam menetapkan materi yang perlu diajarkan. Jauh lebih tepat jika substansi dan susunan mata kuliah ilmu pengetahuan yang diberikan di perguruan tinggi ditentukan oleh mereka yang di dalam hidup sehari-harinya berhadapan langsung dengan persoalan pemecahan masalah yang menyangkut perkembangan atau pun kelangsungan hidup perusahaan atau negara, baik masalah yang dihadapi sekarang, nanti atau jauh di masa depan.


Di dalam beberapa tulisan saya sejak akhir tahun tujuh puluhan dan awal tahun delapan puluhan, saya selalu menganjurkan agar pengembangan teknologi di Indonesia menggunakan falsafah "mulai dari akhir dan berakhir pada awal". Dalam arti bahwa pengembangannya harus dilakukan dengan membangun industri-industri mulai dari puncak-puncak piramida industri, yaitu dari perusahaan yang membuat produk akhir yang langsung dapat dipasarkan, dan kemudian disusul dengan upaya mengembangkan perusahaan di bawahnya yang membuat material dan komponen.


Pengembangan pendidikan tinggi perlu disesuaikan de-ngan pola pengembangan ini. Karena terbatasnya dana, prasarana dan tenaga terampil di dalam perguruan tinggi, maka sebaiknya, untuk sementara waktu, kita harus berani melakukan pemusatan-pemusatan tertentu.

Tidak perlu semua keahlian dimiliki oleh hanya satu universitas. Hal itu tidak realistik dan tidak optimum dipandang dari sudut pemanfaatan dana, dari sudut pengembangan prakarsa, dari sudut kreativitas, dan dari sudut produktivitas dalam melaksanakan tugas perguruan tinggi. Seperti halnya di dalam dunia usaha dan dunia industri, juga di dalam dunia perguruan tinggi diperlukan adanya persaingan sebagai pemacu peningkatan diri. Namun sebaliknya tidak dapat dibenarkan pula pengembangan semua universitas ke arah keunggulan di dalam semua bidang ilmu.


Di mana pun di dunia ini, terdapat beberapa bidang ilmu yang tidak mungkin diajarkan di semua tempat dan perlu dikonsentrasikan pada beberapa pusat saja, karena memerlukan prasarana dan biaya operasional yang sangat besar. Di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang, misalnya, fisika energi tinggi hanya dapat dilaksanakan di beberapa tempat saja. Untuk seluruh Eropa, misalnya, hanya dibuat satu akselelator saja yaitu pada CERN di Swiss.

Demikian pula halnya di Indonesia, terdapat beberapa bidang ilmu pengetahuan yang karena besarnya prasarana, biaya operasional dan personalia yang diperlukan, perlu dipusatkan di satu tempat saja. Contohnya adalah bidang ilmu dan teknologi dirgantara, bidang ilmu dan teknologi kelautan, mikro elektronika, dan bidang biologi molekuler. Sebaliknya, di dalam bidang-bidang lainnya seperti falsafah, pertanian, biologi, kedokteran, hukum dan ekonomi beserta beberapa sepesialisasi khusus di dalamnya, seperti penyakit dalam, jantung, bedah syaraf, ekonomi pertanian, manajemen internasional, hukum perdagangan dan paten dan sebagainya, dapat dan perlu dikembangkan pusat-pusat keunggulan di berbagai universitas dengan tingkat persaingan dan kerjasama yang sehat di antara mereka.


Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa materi dan praktek ilmu-ilmu tadi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan, dalam arti perkembangan mental-rohani manusia yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan sikap hidup masyarakat sekitarnya. Mempertimbangkan hal ini, ilmu-ilmu tersebut perlu dikembangkan di beberapa tempat dan perlu melakukan interaksi yang erat dengan kebudayaan masyarakat sekelilingnya.


Mengingat semakin mendesaknya keperluan para pelaksana pembangunan, baik swasta maupun pemerintah, akan tenaga-tenaga terampil, termasuk untuk keperluan pengembangan ilmu dan teknologi di luar perguruan tinggi, maka substansi ilmu pengetahuan dan rekayasa yang diajarkan di dalam perguruan tinggi harus memperhatikan program-program pembangunan nasional yang dilaksanakan di dalam dunia nyata, baik yang sedang maupun yang akan dilaksanakan atau bahkan yang baru merupakan kemungkinan jauh di masa depan. Dalam kaitan ini, materi ilmu pengetahuan yang diberikan di dalam berbagai strata di perguruan tinggi harus berkaitan dengan materi yang di-berikan di dalam pendidikan keahlian di berbagai jenjangnya.


Selain itu, universitas perlu mengembangkan metoda-metoda pendidikan dan pengajaran sehingga dapat menjalankan fungsinya secara lebih efektif dan efisien, dan dapat menghasilkan lebih banyak lulusan dengan mutu yang lebih tinggi dan yang langsung dapat bekerja serara efektif dan produktif di dalam pembangunan.


Seperti dilakukan di negara-negara maju, industri swasta perlu meningkatkan penyediaan dana bagi perguruan tinggi baik berupa sumbangan dana, peralatan serta bahan-bahan pendidikan, maupun dalam bentuk pesanan penelitian. Jika hal itu terjadi, benar-benar merupakan langkah maju ke arah pengembangan hubungan baik antara dunia perguruan tinggi dan dunia usaha yang patut kita hargai.


Akhirnya, perlu kiranya dipikirkan masalah khusus yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia dewasa ini dan di masa-masa mendatang.


Globalisasi produksi dalam bentuk kerjasama dan penyatuan perusahaan-perusahaan besar, dan globalisasi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui terbentuknya pusat-pusat keunggulan yang tidak dibatasi dalam satu negara tetapi bersifat antar negara, akan terus berlangsung. Akibatnya adalah bahwa daya tarik pusat-pusat keunggulan industri serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat multi-nasional di Seattle, New York, Frankfurt, Osaka, dan pusat-pusat lainnya akan semakin besar. Daya tarik itu akan mempengaruhi manusia-manusia unggul, tidak saja di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia.


Agar Bangsa Indonesia dapat tumbuh menjadi negara industri maju pada abad mendatang, terserapnya putra-putri Indonesia ke dalam pusat-pusat keunggulan internasional tadi perlu kita hindari. Oleh karena itu di samping perlu memberikan perhatian yang lebih besar pada kebudayaan dalam arti nilai-nilai dan sikap hidup tertentu, se-perti kerja keras, disiplin, kejujuran, prakarsa dan kewiraswastaan, dalam rangka peningkatan produktivitas prestasi nasional, sistem pendidikan Indonesia, termasuk perguruan tinggi di dalamnya, perlu mengembangkan pendidikan dalam nilai-nilai kebangsaan, kesadaran nasional dan perjuangan bangsa

No comments:

Post a Comment