Friday, May 28, 2010

Kebijakan Teknologi Maju untuk Keamanan Nasional dan Pembangunan Ekonomi

Kebijakan Teknologi Maju untuk Keamanan Nasional
dan Pembangunan Ekonomi
  Disampaikan dalam Konperensi Internasional tentang
Masa Depan Asia pada 6-7 Februari 1996 di Singapura,
dan dalam Konperensi Pertahanan Asia Pasifik III,
pada 17 Mei 1996 di Tokyo.
Sebelum membahas mata bahasan mengenai kebijakan teknologi maju untuk keamanan nasional dan pembangunan ekonomi, lebih dahulu ingin dijelaskan definisi-definisi kami sendiri tentang teknologi tinggi dan teknologi maju, dan bahkan definisi teknologi itu sendiri.
Kita dapat berawal dari pemahaman, bahwa inti dari suatu produksi sebagai kegiatan ekonomi adalah menambah nilai pada bahan mentah, komponen, atau apapun yang dijadikan bahan awal proses itu. Proses nilai tambah ini dapat dilakukan terhadap perangkat keras, perangkat lunak atau pun perangkat otak. Buku dengan katakanlah seratus halaman dapat memiliki harga yang lebih tinggi daripada buku lain dengan jumlah halaman yang sama, tergantung pada nilai informasi yang terkandung dalam seratus halaman tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam hubungan ini.
Pada umumnya, orang akan mencoba memperoleh nilai tambah sebesar-besarnya, serta biaya dan resiko sekecil-kecilnya. Selanjutnya, tiada satu pun proses nilai tambah yang dapat berlangsung tanpa teknologi. Jelasnya, semua proses nilai tambah, apakah membuat pesawat terbang atau melakukan bedah jantung jalan-pintas (by-pass), adalah bersifat multidisiplin. Dalam kasus bedah jantung, ilmu-ilmu yang bersangkutan adalah teknologi umum bedah, pengetahuan tentang urat nadi, tentang pembiusan, dan lain-lain. Begitu pula, teknologi membuat undang-undang menyangkut pengetahuan komunikasi, informatika, pengetahuan hukum termasuk perumusan hukum, ilmu-ilmu kemasyarakatan, dan lain-lain.
Setelah proses produksi atau nilai tambah selesai, maka barang-barang jadi yang telah dihasilkan diserahkan kepada para pengguna barang-barang tersebut. Hal ini menyangkut serangkaian proses-proses lainnya yang kita dapat sebut jasa-jasa, seperti misalnya pemasaran, penyimpanan, logistik, dan sebagainya. Kesemuanya ini juga perlu dilakukan dengan biaya serendah mungkin. Jasa-jasa inipun memerlukan teknologi-teknologi untuk melaksanakannya. Perusahaan-perusahaan yang mampu menggunakan teknologi-teknologi yang tepat dan berguna untuk menyajikan produk-produk yang sama-sama bernilai-tinggi dengan biaya yang serendah-rendahnya akan lebih berdaya saing daripada perusahaan lainnya.
Ada suatu spektrum teknologi-teknologi yang berhubungan dengan besarnya pasar. Beberapa jenis teknologi penggunaannya sangat terbatas, dengan nilai tambah sangat tinggi yang disebut teknologi maju (advanced technology). Dengan berkembangnya waktu, teknologi-teknologi maju ini dapat memperoleh aplikasi yang lebih luas, dan karena itu, pasarnya lebih besar dan skala ekonomi produksinya lebih besar pula. Pada saat itu mereka akan disebut teknologi tinggi dengan dampak nilai tambah yang tinggi. Apabila di kemudian hari, ilmu pengetahuan telah maju sedemikian rupa hingga teknologi-teknologi ini dapat digunakan oleh semua orang, maka mereka akan kehilangan eksklusivitasnya, dan akan disebut teknologi (biasa) saja. Pada awal revolusi industri, produksi tekstil dianggap teknologi tinggi. Dewasa ini tidak lagi demikian. Sama halnya dengan produksi minuman anggur yang tadinya penguasaan teknologinya terbatas pada beberapa negara saja tetapi dewasa ini telah tersebar ke banyak negara lain yang tadinya bukan produsen minuman anggur.
Namun pada beberapa teknologi tertentu, eksklusivitasnya da-pat dipertahankan hingga jangka waktu jauh lebih lama apakah karena kesukaran penguasaannya atau karena adanya perlindungan hak atas kekayaan intelektualnya. Teknologi-teknologi ini disebut teknologi maju untuk jangka waktu lebih lama. Eksklusivitasnya akan memberikan pemiliknya keunggulan berdaya saing (keunggulan kompetitif) terhadap pihak lainnya.
 
Teknologi dan Ekonomi
Kita patut bersyukur, bahwa secara bertahap kita telah menjadi lebih canggih dan karena itu kita mungkin menjadi lebih mampu daripada pada masa lampau untuk bersaing dan menangani ancaman-ancaman baru. Kita telah mengembangkan teknologi-teknologi baru dalam arti kata yang seluas-luasnya. Teknologi-teknologi yang pernah dianggap teknologi maju kini telah menjadi teknologi tinggi atau bahkan teknologi-teknologi madya. Kita telah mengembangkan cara-cara baru untuk menangani kesukaran-kesukaran kita. Perkembangan-perkembangan ini mencakup:
 
  1. sistem-sistem informasi; sistem-sistem proses dan evaluasi data;
  2. prasarana ekonomi makro dan mikro: mekanisme-mekanisme pengembangan manusia dan sumber daya alam dengan biaya rendah;
  3. mekanisme-mekanisme bermutu tinggi dan biaya rendah untuk pengembangan ilmu dan teknologi;
  4. penyempurnaan-penyempurnaan dalam standardisasi yang meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi nasional dan global.
  Semua perkembangan ini telah lebih memudahkan tercapainya peningkatan berlanjut dalam kesejahteraan, pembagian adil kekayaan yang terhimpun, dan persepsi bahwa dewasa ini keadaan lebih baik daripada sebelumnya.
Seperti sudah pernah saya kemukakan sebelumnya, saya dapat membedakan dua jenis kegiatan ekonomi. Pertama adalah; produk manufaktur dan jasa dari bahan mentah dan barang-barang vendor yang saya sebut proses
 nilai tambah. Dan yang kedua adalah menyampaikan barang-barang jadi dan jasa pada konsumen akhir yang saya sebut proses jasa. Tujuan dalam membuat barang dan jasa adalah untuk memaksimumkan nilai tambah dengan biaya yang minim, sedangkan tujuan menyampaikan barang dan jasa pada konsumen adalah untuk meminimumkan biaya tambah dengan pembelanjaan yang minim. Dua jenis aktifitas ini dilakukan dalam segala jenis sistem ekonomi baik yang terencana secara terpusat maupun ekonomi pasar atau variasi antara keduanya.
Untuk memaksimumkan nilai tambah dan meminimumkan biaya tambah, seseorang harus menggunakan teknologi yang semakin canggih serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Dalam pengertian itu, untuk menghasilkan satu produk tertentu, seorang manufaktur memerlukan 50 poin material, jam mesin dan overhead dan menambahkan pula 15 poin biaya dan keuntungan. Jika konsumen ingin membayar 100 poin untuk mengirim barang langsung dari bengkel pabrik, dapat kita katakan nilai tambah melalui proses manufaktur senilai 35 poin, nilai ini disebabkan teknologi. Namun, tidak banyak orang siap mengirimkan secara langsung dari bengkel pabrik, dan biasanya mereka mengharapkan pabrik untuk melakukan aktivitas lain untuk pengiriman produk-produk di lokasi-lokasi yang lebih berkenan bagi konsumen. Untuk melakukan aktivitas ini, seseorang harus memasukkan biaya tambah seperti, biaya transportasi, biaya gudang, biaya pameran, pemasaran, promosi dan sebagainya, serta berbagai tahap distribusi dalam penjualan partai besar atau eceran. Seandainya demikian, maka untuk seluruh biaya tambah plus keuntungan distributor serta pengecer ditambahkan lagi 80 poin, dengan begitu harga yang harus dibayar konsumen akan menjadi 180 poin.
Untuk bersaing secara berhasil, pabrik dapat menentukan tujuannya. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah, katakanlah dari 100 poin menjadi 120 poin; dan untuk mengurangi biaya pengiriman, katakanlah dari 80 poin menjadi 50 pon. Dengan begitu, ia akan mendapatkan peningkatan nilai produk (sampai 120 poin) dan penurunan harga final yang harus dibayar oleh konsumen dari 180 sampai 170 poin (120+50). Kemudian konsumen akan membayar harga yang lebih rendah untuk produk dengan nilai lebih tinggi. Agar hal ini terjadi, pabrik harus meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pemanfaatan teknologi yang terus meningkat.
Sebelumnya saya sudah membicarakan hubungan antara spektrum teknologi dikaitkan dengan luasnya penggunaan dan ukuran pasar. Dan saya juga telah membedakan antara teknologi maju, tinggi dan rendah. Sekarang ingin saya menunjukkan fokus pandangan saya, bahwa ada hubungan erat antara eksklusivitas teknologi dan kemampuan untuk bersaing dengan banyak teknologi maju, eksklusivitas dapat dipelihara selama periode yang cukup panjang, boleh jadi karena kesulitan menguasainya atau karena proteksi hak milik intelektual. Karena ini dalam istilah yang saya gunakan, produksi barang dan jasa berdasarkan teknologi maju dan eksklusif selalu merupakan usaha yang berkeunggulan kompetitif. Dengan kata lain, produk teknologi maju eksklusif merupakan produk yang memiliki keunggulan kompetitif; sebaliknya
 apabila teknologi yang semula maju itu sudah menjadi tersebar luas dan menjadi teknologi biasa atau teknologi rendah, maka kompetisi tidak akan lagi didasarkan pada eksklusivitas melainkan pada biaya. Pabrik yang dapat menggunakannya dengan biaya paling rendah akan memiliki keunggulan di atas yang lainnya. Dan lagi menurut istilah yang saya gunakan, produk tersebut memiliki keunggulan komparatif di atas pesaingnya.
 
Contoh yang saya gunakan disini menunjukkan pengertian, bahwa kemampuan pabrik untuk meningkatkan daya saingnya (dari 180 poin menjadi 170 poin) terdiri dua elemen:
 
  1. Penambahan dalam keunggulan kompetitifnya (dari 100 poin menjadi 120 poin);
  2. Peningkatan dalam keunggulan biaya komparatif (dari 80 poin menjadi 50 poin).
  Selanjutnya akan berguna bagi kita yang berkecimpung dengan kebijakan-kebijakan teknologi yang menunjang keamanan nasional dan pembangunan ekonomi, untuk memperhatikan ancaman baru ini dan menanganinya. Jika tidak, ancaman ini seperti halnya semua ancaman lainnya, akan hilang bersamaan dengan menghilangnya umat manusia itu sendiri.
Namun, ancaman-ancaman baru dan perkembangan-perkembangan baru hanya merupakan dua sisi mata uang yang sama, dan hal ini merupakan proses pembangunan manusia. Pada akhirnya, manusialah yang merupakan pemeran utama dan menjadi fokus perhatian utama kita. Dengan demikian, sampailah pada mata bahasan utama kita.
Ancaman-ancaman
Pertama-tama, sangat penting untuk diingat bahwa keamanan nasional dan pembangunan ekonomi serta ancaman-ancaman terhadapnya hanya timbul dalam rangka interaksi antara sumber daya manusia dan sumber daya alam. Kami akan memusatkan bahasan kami pada analisis reaksi manusia pada ancaman terhadap keamanan nasional dan pembangunan ekonominya. Dalam hubungan ini, ada gunanya untuk membedakan antara ancaman-ancaman "internal" yang timbul dari dalam suatu masyarakat itu sendiri, dan ancaman-ancaman "eksternal" yang bersumber dari luar masyarakat. Terlepas dari sumbernya, ancaman-ancaman tersebut dapat berakumulasi dan bereskalasi menjadi konflik, dan bahasan reaksi manusia terhadap konflik itulah yang akan merupakan pokok analisis kami.
Ancaman Internal
Ancaman-ancaman internal terhadap keamanan suatu masyarakat dapat timbul dari sekurang-kurangnya tiga sumber.
Yang pertama berhubungan dengan ada atau tiadanya pembangunan ekonomi yang berlanjut. Dalam hubungan ini kita dapat mengenali rasio antara
 laju pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk sebagai salah satu indikator konflik yang disebabkan oleh kebijakan ekonomi. Dalam hubungan ini kita catat, bahwa apabila rasio tersebut jauh lebih besar dari satu, maka konflik dalam masyarakat karena sebab-sebab ekonomi akan lebih kecil karena laju pertumbuhan pendapatan per kapita cukup tinggi sehingga dapat memberikan peningkatan yang berlanjut dalam kesejahteraan bagi masyarakat.
Sebaliknya, juga merupakan pengalaman kita bersama bahwa apabila rasio tersebut hanya sedikit di atas satu atau kurang dari satu maka akan timbul ancaman-ancaman terhadap keamanan nasional. Rasio pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan penduduk yang besarnya hanya sedikit lebih tinggi dari satu akan menimbulkan kestabilan yang tidak mantap dalam proses pertumbuhan kesejahteraan masyarakat yang sangat peka terhadap goncangan-goncangan yang kecil sekalipun. Dan rasio yang sangat banyak di bawah satu akan berarti suatu kemunduran yang berlanjut dalam kesejahteraan orang seorang yang selanjutnya akan mengakibatkan kerawanan dan ketidakstabilan masyarakat yang berlanjut.
Sumber kedua ancaman internal adalah keadilan dalam pembagian kekayaan nasional yang terhimpun. Persepsi adanya keadilan akan jauh lebih sedikit menimbulkan ancaman-ancaman internal terhadap keamanan daripada persepsi ketidakadilan. Tentu, kadar keadilan yang dirasakan berbeda dari negara satu ke negara lainnya dan ditentukan oleh faktor-faktor khusus suatu masyarakat seperti: kebudayaan; keharusan-keharusan menurut hukum sebagaimana ditentukan oleh undang-undang dasar; sifat mekanisme yang menerjemahkan dan melaksanakan kepentingan orang-seorang; mekanisme ini berbeda tergantung apakah negara yang bersangkutan merupakan suatu demokrasi konstitusional, suatu kerajaan konstitusional atau absolut, atau suatu diktator; sifat mekanisme pelaksanaan skenario ekonomi masyarakat; dan ketrampilan dan kemampuan manusia.
Sumber ketiga ancaman internal adalah persepsi mengenai kecenderungan (trend) kenyataan dewasa ini dibandingkan terhadap situasi pada awal proses realisasi atau pelaksanaan cita-cita bersama mengenai masa depan yang lebih baik diukur dari sudut keadilan dalam pembagian pendapatan dan tanggung jawab sosial, dari sudut keadilan hukum, dan dari sudut kesejahteraan ekonomi dan sosial. Apabila kenyataan hari ini dipersepsikan jauh di atas kecenderungan ke arah realisasi cita-cita bersama ini, kemungkinan timbulnya ancaman-ancaman akan lebih kecil daripada apabila kenyataan-kenyataan hari ini dinilai jauh kurang daripada yang seharusnya. Dalam hubungan ini kita perlu pula mencatat, bahwa masyarakat negara-negara tertentu di Eropa bertendensi melakukan redefinisi garis awal proses ini dengan mengubah cita-cita bersamanya sebagaimana terkandung dalam undang-undang dasar mereka.
Ancaman Eksternal
Mengenai ancaman-ancaman eksternal terhadap keamanan nasional suatu negara, kita temukan sekurangnya dua sumber.
 
Yang pertama adalah kestabilan keamanan nasional negara-negara tetangga. Apabila ancaman-ancaman internal terhadap keamanan nasional tetangga suatu negara tidak dapat ditanggulangi dengan berhasil, ancaman-ancaman tersebut akan menimbulkan ancaman-ancaman eksternal terhadap negara tersebut.
Kedua, pertanyaannya adalah apakah tetangganya mengalami ancaman-ancaman internal terhadap keamanannya sebagaimana dibahas di muka tadi yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Apabila ancaman-ancaman tersebut ada dan tidak berhasil diselesaikan, maka ancaman-ancaman internal terhadap keamanan tetangga suatu negara dapat menjadi ancaman eksternal terhadap keamanannya sendiri. Karena itu, sumber kedua ancaman eksternal terhadap suatu negara adalah ketidakstabilan tetangganya yang disebabkan oleh kendala-kendala terhadap sumber daya manusia dan sumber daya alamnya.
Ada kemungkinan, misalnya, bahwa suatu negara tanpa sumber daya alam yang berarti dan yang sumber daya manusianya telah jenuh (saturated), mengalami kesukaran-kesukaran dalam pembangunan ekonomi nasionalnya yang dapat berkembang menjadi suatu sumber ancaman eksternal terhadap keamanan tetangganya. Contoh lain adalah suatu negara dengan sumber daya manusia yang sangat maju dan canggih tetapi dengan sumber daya alam yang sangat marjinal dan yang karena itu memiliki ratio laju pertumbuhan ekonomi terhadap laju pertumbuhan penduduk hanya sedikit di atas satu. Apabila bersamaan dengan itu, laju pertumbuhan penduduk nol atau negatif, maka negara ini akan memiliki masalah tambahan berupa penduduk yang semakin menua yang bebannya akan semakin harus ditanggung oleh penduduk berusia muda yang proporsinya semakin kecil. Karena tingkat kesejahteraan ekonomi te-lah cukup tinggi, negara ini akan memiliki biaya ekonomi yang sa-ngat tinggi dengan dampak negatif pada kemampuan daya saingnya. Contoh ketiga adalah suatu negara yang telah maju dengan sumber daya manusia yang bersifat campuran (mixed), tetapi yang sumber daya alam kurang lebih habis terpakai. Kendala-kendala terhadap pembangunan ekonomi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan ini juga merupakan suatu ancaman eksternal terhadap keamanan tetangganya.
Jelas kiranya bahwa dalam pandangan kami, ancaman-ancaman internal terhadap suatu keamanan suatu negara yang tidak teratasi merupakan sumber utama ancaman-ancaman eksternal terhadap keamanan tetangganya, khususnya tetangga-tetangga dekatnya. Apabila ancaman-ancaman ini dibiarkan berakumulasi dan bereskalasi menjadi konflik, maka mereka akan menjadi ancaman-ancaman eksternal terhadap keamanan ne-gara lain, khususnya tetangga dekatnya.
Saya juga membedakan antara ancaman internal yang timbul dari dalam masyarakat itu sendiri dan ancaman eksternal yang berasal dari luar masyarakat. Dan saya sudah mengenali sumbernya masing-masing. Tiga sumber ancaman internasional yang telah teridentifikasi yaitu:
 
  1.  tidak adanya peningkatan kesejahteraan yang berkesinambungan;
  2. adanya persepsi ketidak-adilan dalam distribusi kekayaan nasional yang telah terakumulasikan;
  3. adanya pendapat umum yang tersebar luas bahwa tidak ada kemajuan dalam mewujudkan pandangan bersama tentang masa depan yang lebih baik.
Ada dua sumber ancaman eksternal terhadap keamanan nasional suatu negara ialah:
 
  1. Ketidak-stabilan keamanan nasional negara tetangga yang tidak terpecahkan terus menerus disebabkan tiga alasan tersebut di atas baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama;
  2. Upaya negara tetangga untuk mengeluarkan pertumbuhan ekonomi per-kapita yang secara marjinal negatif atau positif yang disebabkan oleh ketidak-seimbangan dalam sumber-sumber alam atau sumber daya manusia, dengan melakukan tekanan atau menampilkan ancaman pada negara lain.
Ada tiga contoh ialah:
 
  1.  Suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusianya jenuh dan dikarenakan ini negara tersebut memiliki kesulitan dalam pembangunan ekonominya lebih jauh;
  2. Suatu negara dengan sumber daya manusia yang maju dan canggih, tetapi memiliki sumber daya alam yang sangat marginal dan dikarenakan ini negara tersebut memiliki rasio tingkat pertumbuhan ekonomi dan penduduk sedikit di atas satu. Sebab lainnya adalah tingkat pertumbuhan penduduknya adalah nol atau negatif maka negara ini mempunyai problem tambahan berupa keharusan membawa penduduknya yang berusia tua sebagai beban yang terus-menerus harus dipikul oleh meningkatnya proporsi orang-orang berusia muda yang lebih kecil di antara penduduknya. Karena tingkat kesejahteraan ekonominya yang sudah tinggi negara ini akan memiliki ekonomi biaya yang sangat tinggi dengan hasil yang negatif pada kemampuan bersaingnya;
  3. Suatu negara yang sudah maju dengan sumber daya manusia yang canggih, tetapi sumber daya alamnya sudah kurang-lebih menyusut.
Menurut observasi saya dua jenis tanggapan terhadap ancaman eksternal adalah mungkin:
 
  1. Konflik militer atau konflik ekonomi;
  2. Kompromi atau konsensus untuk memelihara status quo baik di bidang militer atau ekonomi.
Konflik pada giliran selanjutnya akan dapat menjurus pada respons balik lebih jauh yaitu konfrontasi atau kerjasama.
Dalam kompromi militer atau perang dingin, ancaman dicegah dari eskalasi perang atau konflik militer melalui konsensus untuk menjaga paritas (permusuhan) militer tanpa suatu peperangan. Dalam kompromi ekonomi, ancaman dicegah dari menjurusnya konflik terbuka dengan cara memelihara keseimbangan kekuatan antara kekuatan-kekuatan ekonomi. Respons balik terhadap kompromi ini juga ada dua, konfrontasi atau kerjasama. Dengan kata lain, dalam pandangan saya, baik konflik maupun kompromi keduanya dapat menjurus pada kon-frontasi militer atau ekonomi atau kerjasama militer atau ekonomi.
Apa yang dapat dilakukan negara-negara tetangga ini untuk menghadapi ancaman-ancaman eksternal ini?
Pada dasarnya, terdapat dua macam reaksi yang mungkin dilakukan. Yang pertama adalah konflik, berupa konflik militer dan/atau ekonomi. Reaksi kedua yang mungkin terjadi adalah konsensus, juga militer atau ekonomi. Konflik militer atau ekonomi dapat mengakibatkan reaksi-reaksi lain yang lebih lanjut. Konflik dapat menimbulkan konfrontasi, baik konfrontasi militer atau konfrontasi ekonomi. Atau mereka dapat justru menimbulkan kerjasama, juga militer atau ekonomi.
Konflik dan Konfrontasi
Lazimnya konflik militer menimbulkan perang atau konfrontasi militer lainnya. Reaksi ini menimbulkan beban-beban yang berat, tidak hanya berupa kehilangan sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam perang, tetapi juga beban berupa biaya pengembanan dan penggunaan senjata dan sistem-sistem senjata yang diperlukan dalam operasi-operasi militer. Konfrontasi militer juga telah mengakibatkan pengembangan teknologi-teknologi maju dalam arti yang telah kami gunakan sebelumnya, yaitu teknologi-tenologi untuk suatu tujuan yang sangat terbatas, yaitu teknologi-teknologi untuk pengembangan senjata, sistem-sistem senjata dan prasarananya untuk memenangkan perang di darat, udara serta di atas dan di bawah permukaan laut.
Karena tujuannya yang sangat terbatas, peralatan perang secara ekonomis sangat mahal. Pertama dan terutama, peralatan perang memiliki "pasar" yang sangat terbatas: pasarnya terbatas pada anggaran militer negara yang bersangkutan sendiri dan anggaran-anggaran militer sekutunya serta lain negara yang tidak dipandang sebagai suatu ancaman oleh negara produsen senjata tersebut. Karena itu, skala ekonomi industri-industri yang terlibat dalam pengembangan dan produksi senjata dan sistem-sistem senjata, lazimnya kecil dan biaya satuan produk-produknya, lazimnya tinggi. Lagi pula sistem-sistem senjata tidak memiliki manfaat ekonomi karena maksud uta-manya adalah penghancuran. Bahkan jika mereka dapat dikembangkan lebih lanjut untuk penggunaan non-militer, penggunaan ini akan terpaksa dibebani biaya pengembangan awal yang tinggi dari tujuan-tujuan militernya semula. Karena itu teknologi-teknologi maju yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan militer sangat
 mahal, tidak hanya karena mereka kecil skala ekonominya dan tidak bermanfaat ekonomi secara langsung, tetapi juga karena sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan dan penggunaan alat-alat perang merupakan beban terhadap produktivitas dan efisiensi ekonomi negara.
Dengan demikian, konfrontasi militer menciptakan atau memperparah defisit neraca pembayaran dan neraca berjalan, menguras cadangan devisa dan menimbulkan stagnasi dan keruntuhan ekonomi. Karena alasan-alasan itulah maka konfrontasi militer sebagai suatu reaksi lebih lanjut terhadap konflik yang disebabkan oleh ancaman-ancaman eksternal harus dihindarkan.
Sebagaimana halnya dalam "konfrontasi perang atau militer", di sini pun pihak-pihak yang bertikai didorong untuk mengembangkan teknologi-teknologi maju berorientasi pada senjata, sistem-sistem senjata dan prasarana militer untuk mempertahankan suatu visi tentang keseimbangan militer pada tingkat yang semakin tinggi sambil mempertahankan status quo. Akibatnya serupa dengan yang terjadi dalam konfrontasi militer. Sumber daya ekonomi dialihkan pada pengembangan teknologi-teknologi maju untuk senjata, sistem-sistem senjata dan prasarana militer yang tidak bermanfaat untuk ekonomi, dan menumbuhkan ekonomi biaya tinggi. Bahkan apabila teknologi-teknologi ini diadaptasi untuk penggunaan non-militer, mereka telah terlanjur berbiaya tinggi karena biaya-biaya pengembangan militer sebelumnya.
Memang benar bahwa dalam rangka perluasan pasar, peningkatan skala ekonomi dan penurunan biaya satuan, selalu diupayakan dilakukannya adaptasi teknologi-teknologi maju militer menjadi teknologi-teknologi non-militer tinggi dalam waktu sesingkat mungkin. Tetapi sebagaimana halnya dalam kasus perang, juga dalam kompromi militer, hal ini dibatasi oleh biaya pengembangan awal dan luas pasar yang terbatas oleh sumber daya yang tersedia bagi sekutu dalam Perang Dingin. Kesemuanya ini menimbulkan beban berat pada ekonomi negara yang dapat menjurus pada stagnasi dan keruntuhan ekonomi. Inilah yang terjadi pada Uni Soviet dan sekutu-sekutunya dalam Perang Dingin. Oleh karena itu, konsensus militer semacam ini bukan merupakan suatu reaksi yang baik terhadap konflik dan perlu dihindarkan.
Konfrontasi militer sebagai respons balik terhadap konflik menyebakan beban yang berat tidak hanya berupa hilangnya sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam peperangan, tetapi juga dalam bentuk biaya untuk pengembangan dan penggunaan senjata dan sistem senjata yang diperlukan dalam pelaksanaan operasi militer. Memang benar, bahwa konfrontasi militer dapat menggerakkan pembangunan teknologi maju — menurut terminologi yang saya gunakan di sini. Namun, senjata dan sistem senjata adalah sangat mahal dan juga tidak memiliki keuntungan ekonomis karena tujuan utamanya adalah pengrusakan atau penghancuran. Lagi pula, diversi (beragamnya) penggunaan yang tidak ekonomis terhadap sumber-sumber daya merupakan beban terhadap efisiensi dan produktivitas ekonomis suatu negara. Konfrontasi militer menciptakan atau memperbesar defisit dalam neraca pembayaran maupun dalam defisit transaksi berjalan, berkurangnya cadangan devisa luar negeri dan dapat menjurus pada stagnasi dan kebangkrutan ekonomi; karena alasan ini konfrontasi militer sebagai respons lebih jauh terhadap konflik yang disebabkan oleh ancaman eksternal harus dihindarkan.
Jenis kedua konflik yang disebabkan oleh ancaman-ancaman eksternal terhadap keamanan adalah konflik ekonomi. Di sinipun, reaksi lebih lanjut dapat berupa konfrontasi. Dalam hal ini, konfrontasi ekonomi dapat mendorong negara-negara terentu menutup pasarnya bagi produk-produk negara-negara lain. Sebagaimana halnya di dalam perang, juga dalam konfrontasi ekonomi, negara akan mengorbankan produktivitas dan efisiensi ekonominya dengan membatasi skala ekonomi industrinya.
Sebagaimana halnya di dalam konfrontasi militer, konfrontasi ekonomi juga memerlukan pengembangan teknologi-teknologi tinggi. Namun, berbeda dari konfrontasi militer, pengembangan teknologi-teknologi tinggi dalam konfrontasi ekonomi memiliki manfaat ekonomi dan sosial yang lebih tinggi dan karena itu skala ekonominya lebih besar dengan biaya yang relatif lebih rendah. Lazimnya, konfrontasi ekonomi menimbulkan produktivitas dan efisiensi yang tinggi. Namun, karena konfrontasi, pengembangan teknologi-teknologi tinggi juga dapat menimbulkan biaya ekonomi tinggi. Dan dalam jangka panjang, konfrontasi ekonomi akan menimbulkan biaya tinggi dalam ekonomi pihak-pihak yang bertikai. Karena itu, konfrontasi ekonomi bukan merupakan reaksi yang paling optimal terhadap konflik.
Konflik dan Kerjasama
Reaksi yang sama sekali lain terhadap konflik adalah konsensus atau kompromi. Sebagaimana kompromi militer, dalam kompromi ekonomi pun bisa ada respons balik konfrontasi. Dalam skenario konfrontasi di bawah kompromi militer pihak-pihak yang bermusuhan juga didorong untuk mengembangkan teknologi maju yang berorientasi pada senjata, sistem senjata dan infrastruktur militer untuk memelihara persepsi keseimbangan militer pada tingkat yang selalu lebih tinggi. Akibat respons ini adalah serupa dengan akibat konfrontasi militer.
Dalam skenario konfrontasi di dalam kompromi ekonomi yaitu upaya untuk memelihara keseimbangan kekuatan antara kekuatan-kekuatan ekonomi, kedua pihak yang bertikai akan menolak untuk memperluas pasar jika hal ini diperkirakan akan dapat meningkatkan kekuatan ekonomi pihak lainnya. Dan karena itu tidak menyeimbangkan status quo. Lagi, respons balik yang lebih baik adalah kerjasama ekonomi.
Di sinipun terdapat dua versi, kompromi militer atau kompromi ekonomi. Dalam "kompromi militer", situasinya adalah konflik menuju perang, tetapi perang atau konfrontasi militer dihindari oleh konsensus untuk mempertahankan status quo tanpa suatu perang. Hingga akhir-akhir ini, contoh terbaik kompromi militer adalah Perang Dingin. Contoh-contoh masa kini dalam kawasan kita adalah konflik di Semenanjung Korea dan yang terjadi antara Republik Rakyat Cina dan Cina Taipei.
Konsensus ekonomi adalah upaya mempertahankan status quo, yaitu keseimbangan kekuatan antara adidaya ekonomi. Dalam reaksi terhadap konflik semacam ini, pihak-pihak yang bertikai menolak memperluas pasar dalam
 rangka kerjasama apabila hal ini dipandang akan meningkatkan kekuatan ekonomi pihak lawan sehingga mengganggu status quo. Karena itu, alternatif ini dibatasi oleh kesukaran-kesukaran yang disebabkan oleh kendala-kendala yang terlihat dan tidak terlihat yang sukar diatasi. Meskipun demikian, dalam kompromi/konsensus ekonomi pun dapat diperoleh kemajuan, yaitu dengan pelaksanaan evolusi yang dipercepat yang dapat dikendalikan dan beresiko rendah. Hal ini menyangkut pelaksanaan cepat suatu proses akselerasi langkah-demi-langkah yang memperhitungkan sifat ekonomi dan teknologi proses yang bersangkutan yang tekendali dan berisiko rendah.
Reaksi lain terhadap konflik adalah kerjasama: ekonomi atau militer. Benar, bahwa dewasa ini orang lebih mudah membayangkan dan memberikan contoh mengenai kerjasama ekonomi daripada kerjasama militer karena reaksi yang lebih lazim terhadap ancaman militer dan konflik militer adalah konfrontasi militer. Namun, sebelum runtuhnya Uni Soviet dan Blok Soviet, terdapat kerjasama militer pada skala global antara sekutu masing-masing pihak dalam Perang Dingin. Dewasa ini, dengan berakhirnya perang dingin, tidak ada kerjasama militer pada skala global dengan tingkat kemapanan pengaturan-pengaturan keamanan di kedua belah pihak seperti yang terdapat terdahulu. Sebaliknya, dapat diberikan contoh-contoh kerjasama militer pada skala yang lebih terbatas. Juga menarik untuk dicatat, bahwa Perang Dingin terselesaikan bukan karena berhasilnya pihak tertentu mengalahkan lawannya tetapi karena keruntuhan ekonomi Uni Soviet dengan akibat disintegrasi sistem interdependensi ekonomi antara Uni Soviet dan sekutunya dalam Perang Dingin.
Kerjasama ekonomi menjurus pada penggunaan sumber-sumber yang lebih optimum. Alasannya ialah bahwa pasar yang diciptakan oleh kerjasama ekonomi adalah lebih luas daripada yang ditimbulkan dari konfrontasi ekonomi. Skala ekonomi di dalam kerjasama ekonomi jauh lebih besar dan biaya produksi per unit yang ditimbulkan jauh lebih rendah daripada di bawah konfrontasi ekonomi. Hal ini selalu menjadi alasan yang paling memaksa bagi kerjasama ekonomi regional maupun multilateral. Kerjasama ekonomi memungkinkan kesempatan terbaik untuk mengeksploitasi kegotongroyongan (upaya saling menutupi kekurangan) dan interdependensi dengan sesama mitra yang saling menguntungkan dan bagi penciptaan sinergi. Kerjasama ekonomi memungkinkan kesempatan untuk menggunakan kekuatan pihak lain, bahkan kekuatan dari pihak-pihak yang bermusuhan untuk hal-hal yang saling menguntungkan.
Kerjasama ekonomi juga memungkinkan bagi pembentukan pusat-pusat keunggulan desain, produksi, distribusi dan keuangan yang menjurus pada penciptaan produk-produk yang secara kompetitif unggul dan handal dengan biaya yang lebih rendah yang menguntungkan semua pihak yang bekerjasama. Produk-produk yang secara kompetitif unggul adalah produk yang menjual produk serupa dalam jumlah lebih banyak disebabkan kualitas yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Sedangkan produk yang secara kompetitif handal adalah produk yang dapat diandalkan suatu negara dalam bersaing dengan negara lain. Posisi yang terbaik tentunya adalah mengandalkan produk-produk yang secara kompetitif unggul dan tidak mengandalkan pada produk-produk yang tidak memiliki keungulan kompetitif atau keunggulan komperatif.
Kerjasama ekonomi menjurus pada pengembangan teknologi yang wajar termasuk teknologi tinggi berdasarkan konsep interdependensi, dan memungkinkan pembentukan pusat-pusat keunggulan dengan pemanfaatan biaya terendah dalam sumber daya manusia dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bersama keterampilan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya finansial dan teknologi untuk menciptakan produk global yang terbaik (perangkat keras, perangkat lunak, dan perangkat otak) dengan kualitas tinggi dan biaya rendah. Karena itu kerjasama ekonomi, bahkan antara lawan-lawan adalah jauh lebih baik untuk respon konflik. Kerjasama ekonomi menjurus pada tingkat yang lebih tinggi dalam stabilitas politik dan ekonomi pada taraf nasional, regional dan global.
Kesimpulan umum analisis kita adalah bahwa baik konfrontasi militer, konfrontasi ekonomi, maupun konsensus atau kompromi bukan merupakan reaksi yang terbaik terhadap konflik, dan bahwa kerjasama ekonomi, bahkan antara pihak-pihak dalam konflik, adalah reaksi yang terbaik terhadap konflik. Reaksi terbaik kedua adalah kerjasama dalam skenario konsensus ekonomi. Semua reaksi-reaksi lain terhadap konflik akan menjurus pada timbulnya ancaman-ancaman internal terhadap keamanan dan pembangunan ekonomi ne-gara-negara berkonflik sendiri yang dapat menimbulkan keruntuhan ekonomi.
Dunia masa depan harus menuju kerjasama ekonomi baik dalam skenario konflik maupun skenario konsensus. Dan sebagaimana dijelaskan sebelumnya, hal ini sebenarnya telah terjadi dengan terjadinya evolusi menuju ke pasar tunggal di Uni Eropa dan diadakannya kesepakatan-kesepakatan kerjasama ekonomi regional dan subregional lainnya. Namun perlu dicatat, bahwa semua bentuk kerjasama ekonomi ini dapat menjurus ke bentuk ancaman baru yang dewasa ini tidak selalu terlihat atau diakui. Ancaman ini adalah ancaman yang ditimbulkan oleh kenyataan adanya ketidakseimbangan kekuatan ekonomi antara pihak-pihak yang bekerjasama.
Liberalisasi hubungan ekonomi antar-negara dapat menimbulkan kesukaran-kesukaran bagi negara yang lebih lemah secara teknologis dan ekonomis, dan hal ini mengangkat masalah keadilan ke permukaan. Apakah adil apabila negara-negara yang dewasa ini lebih lemah dikalahkan dalam persaingan oleh negara-negara yang ekonominya sudah kuat dan teknologinya sudah sangat berkembang? Apakah sesuai dengan visi yang disepakati bersama tentang masa depan yang lebih baik diukur dengan pembagian pendapatan, kekayaan dan tanggung jawab yang adil untuk membiarkan sejumlah besar orang kehilangan pekerjaan karena pembebasan ekonomi yang terlalu cepat demi perluasan pasar dan tercapainya skala ekonomi yang lebih besar? Bijaksanakah untuk membiarkan apa yang sekarang terjadi pada tingkat (misalnya, di Jepang) dan tingkat regional seperti di Eropa, juga terjadi pada tingkat global?
 
Kerjasama: Spektrum dan Motivasi
Jelasnya, kerjasama militer atau ekonomi bukanlah pilihan untuk negara-negara yang bermusuhan dalam suatu konflik militer, namun kerjasama ini akan terbatas pada setiap pihak dan sekutu-sekutunya. Skala dan volume kerjasama semacam ini terbatas pada sumber-sumber daya yang dapat diperoleh bagi setiap pihak yang bertikai melalui upaya peperangan.
Namun, boleh jadi ada bidang-bidang kerjasama ekonomi antara pihak-pihak dalam konflik ekonomi antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini ada banyak bidang kerjasama dalam produksi dan penjualan barang-barang konsumen yang tidak strategis, yang tahan lama maupun yang tidak tahan lama seperti tekstil, aparel, peralatan dan produk-produk elektronik konsumen lainnya. Dan meskipun kerjasama dalam hal barang-barang konsumsi strategis seperti bahan bakar, makanan dan perlengkapan transportasi akan lebih terbatas. Barang-barang tersebut pada prinsipnya dapat menjadi pokok persoalan dalam negosiasi bilateral.
Meskipun bidang kerjasama antara para pihak yang bermusuhan terbatas, hal itu dapat diperdalam dan diperluas secara bertahap dan sistematis sejalan dengan pendalaman dan perluasan rasa saling pengertian dan saling percaya . Para pihak dapat memulai kerjasama dalam hal-hal yang terbatas dan proyek-proyek yang menggunakan teknologi rendah. Dengan menggunakan suatu metafora saya katakan, jika kerjasama dalam satu produk dapat disebut satu titik kontak maka satu titik kontak ini nantinya akan dapat diperluas menjadi satu garis kontak (kerjasama di dalam satu kelompok produk yang serupa) yang mungkin nantinya berkembang menjadi garis-garis hubungan (kerjasama dalam banyak kelompok produk yang tidak berkaitan). Dengan kata lain, kerjasama dapat diperdalam secara bertahap dengan meningkatkan kecanggihan teknologi yang digunakan. Dengan cara yang sama, kerjasama antara dua pihak yang bermusuhan dapat dimulai dengan usaha jangka pendek dan kemudian diperluas dengan usaha untuk jangka lebih panjang.
Kerjasama antara sekutu tentu memiliki spektrum yang lebih luas yang mencakup kerjasama militer dan ekonomi dan dalam kerjasama ekonomi mencakup produk-produk konsumen dan produsen termasuk produk strategis. Kerjasama antara sekutu termasuk tidak hanya titik-titik dan garis-garis kontak, tetapi juga rencana-rencana dua-dimensi dan ruang tiga-dimensi. Dalam kerjasama dua-dimensi, perhatian harus diberikan untuk membangun redundancy dalam kerjasama. Karena kerjasama berkembang menjadi mendalam dan meluas, maka kerjasama itu akan diperkuat bersama-sama dengan sikap bersama, saling percaya dan saling berkeinginan untuk menciptakan rancangan kerjasama menang-menang (win-win arrangement).
Apakah dalam fakta nyata keinginan semacam itu kini ada, tentunya merupakan masalah bagi masyarakat itu sendiri, untuk mengambil keputusan masa depan umat manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. Merekalah yang memutuskan apakah mereka ingin menjadi ancaman bagi yang lain, mereka sendiri pula yang memutuskan untuk berperang dengan yang lain, atau mengambil alternatif lain, memutuskan untuk mencegah peperangan, untuk
 hidup bersahabat dan bekerjasama. Inti persoalannya di sini adalah sederhana saja bahwa jika kesejahteraan material dan kemajuan diinginkan, maka kerjasama, bahkan antara pihak yang bermusuhan merupakan alternatif yang secara serius perlu dipertimbangkan.
Ada spektrum teknologi yang terkait dengan keluasan penggunaan dan ukuran pasar mereka. Beberapa teknologi maju memiliki penggunaan yang sangat terbatas. Selama beberapa waktu teknologi ini sudah diaplikasikan secara luas dan karena itu teknologi ini memiliki ukuran pasar dan produksi ekonomis yang luas. Teknologi tersebut kemudian disebut teknologi tinggi jika kemudian pengetahuan telah maju sedemikian rupa sehingga teknologi tersebut dapat digunakan oleh setiap orang, maka teknologi tersebut akan kehilangan eksklusivitasnya dan akan disebut teknologi biasa atau bahkan teknologi rendah. Pada suatu saat awal revolusi industri teknologi pembuatan (manufacture) tekstil dianggap sebagai teknologi tinggi, tetapi sekarang tidak lagi. Begitu juga teknologi fotovoltaik yang penggunaannya semula terbatas pada aplikasi militer dan angkasa luar, tetapi sekarang sudah digunakan dalam sejumlah besar produk konsumen.
Spektrum kerjasama ekonomi jauh lebih lebar daripada kerjasama militer. Kerjasama ekonomi tidak hanya dapat terjadi antara sekutu dalam konfrontasi ekonomi. Kerjasama ekonomi dapat juga berlangsung antara dua pihak yang bertikai dalam suatu konfrontasi ekonomi. Forum APEC, misalnya, memberikan contoh-contoh tentang kerjasama ekonomi antara anggota APEC yang saling berkonfrontasi ekonomi satu sama lain.
Kerjasama ekonomi juga mengakibatkan penggunaan sumber daya yang lebih optimal. Alasannya adalah bahwa pasar yang dciptakan oleh kerjasama ekonomi lebih luas daripada yang terdapat dalam konfrontasi ekonomi. Skala ekonomi dalam kerjasama ekonomi jauh lebih besar dan biaya satuan produksi jauh lebih rendah da-ripada dalam konfrontasi ekonomi. Inilah yang selalu merupakan alasan yang paling jitu bagi kerjasama ekonomi multilateral dan re-gional. Kerjasama ekonomi memungkinkan kesempatan yang paling luas untuk memanfaatkan komplementaritas dan interdependensi yang bermanfaat bagi kedua belah pihak dan penciptaan sinergi-sinergi. Kerjasama ekonomi membuka kesempatan menggunakan kekuatan pihak lainnya, termasuk kekuatan "musuh" bagi manfaat kedua belah pihak. Kerjasama ekonomi dapat juga merupakan motivasi untuk pembentukan pusat-pusat keunggulan dalam rancang bangun, produksi, distribusi, dan pembiayaan yang akan memungkinkan diciptakannya produk-produk dengan keunggulan dan keandalan kompetitif dengan berbiaya lebih rendah yang akan bermanfaat bagi semua pihak yang bekerjasama.
Produk-produk dengan keunggulan kompetitif adalah produk-produk yang lebih laris daripada produk-produk serupa karena bermutu lebih tinggi dan/atau berbiaya lebih rendah. Produk-produk dengan keandalan kompetitif adalah produk-produk yang dapat diandalkan negara tertentu dalam persaingannya dengan negara lain. Keadaan yang paling baik bagi suatu negara tentunya adalah dapat mengandalkan diri pada produk-produk yang kompetitif dan tidak menggantungkan nasibnya pada produk-produk yang tidak memiliki keunggulan
 kompetitif atau komperatif. Kerjasama ekonomi menimbulkan pengembangan teknologi-teknologi yang tepat dan berguna termasuk teknologi-teknologi tinggi berdasarkan konsep interdependensi dan memungkinkan pembentukan pusat-pusat keunggulan dengan penggunaan sumber daya manusia dan alam dengan biaya yang serendah-rendahnya. Dengan membentuk pusat-pusat keunggulan, maka dalam rangka menciptakan produk-produk global yang terbaik (baik berupa perangkat keras, perangkat lunak atau perangkat otak), manusia dapat berbagi (share) ketrampilan manusia, sumber daya alam, sumber daya ke-uangan dan teknologi. Dengan demikian, dapat dihasilkan produk-produk dengan mutu tinggi dan biaya rendah.
Karena itulah, kerjasama ekonomi, bahkan antara pihak-pihak yang berkonfrontasi, merupakan reaksi yang jauh lebih baik terhadap konflik. Kerjasama ekonomi mendapatkan tingkat kestabilan ekonomi dan politik lebih tinggi pada tingkat nasional, regional dan global. Itulah sebabnya mengapa kerjasama ekonomi telah tumbuh subur selama dasawarsa terakhir ini dengan munculnya banyak sekali perjanjian kerjasama ekonomi dan perdagangan di seluruh dunia, tidak saja pada tingkat multilateral seperti Persetujuan Marrakech tahun 1994 antara penandatangan GATT 1994, tetapi juga pada tingkat regional seperti pembentukan Uni Eropa, penyatuan perjanjian-perjanjian kerjasama bilateral antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko menjadi NAFTA, tekad para anggota ASEAN untuk mebentuk AFTA pada tahun 2003, dan dicetuskannya Deklarasi Bogor oleh pemimpin-pemimpin ekonomi anggota APEC untuk menciptakan perdagangan bebas dalam kawasan APEC pada tahun 2010 bagi anggota-anggota yang telah maju dan pada tahun 2020 bagi anggota-anggota yang sedang berkembang. Perjanjian-perjanjian kerjasama ekonomi dan perdagangan pada tingkat sub-regional juga telah banyak terbentuk. Di Asia Tenggara saja, kita telah melihat upaya untuk menciptakan sejumlah kawasan-kawasan pertumbuhan trilateral dan multilateral, berbentuk segitiga (Indonesia-Malaysia-Thailand dan Singapura-lndonesia-Malaysia); segi empat (Brunei-lndonesia-Malaysia-Filipina) dan dengan bentuk-bentuk lain (Myanmar-Kamboja-Vietnam-Laos). Lebih jauh lagi ke Timur, kita dapati Perjanjian Hubungan Ekonomi dan Perdagangan Australia-Selandia Baru (ANZCERTA) dan kerjasama-kerjasama ekonomi antara pulau-pulau Pasifik, dan seterusnya.
Pembangunan Ekonomi
Ini berarti, bahwa problem pencapaian pembangunan ekonomi ber-kesinambungan adalah problem peningkatan produktivitas total ekonomi kita yang mempunyai elemen subyektif dan obyektif. Pertama, peningkatan dalam produktivitas total bergantung pada peningkatan dalam kualitas sumber daya manusia. Proses ini tidak dapat berlangsung dalam keterpencilan dari budaya mereka dan filosofi kehidupan mereka yang merupakan faktor subyektif. Di pihak lain, peningkatan dalam produktivitas total tidak dapat dipisahkan dari iptek yang merupakan faktor obyektif.
 
Apapun sistem ekonominya, problem intinya selalu menempatkan infrastruktur ekonomi di tempatnya, untuk mengembangkan sumber daya manusia, dan memajukan iptek, sehingga nilai dapat dimaksimumkan dan biaya bisa diminimumkan, sehingga produk dan jasa bisa dibawa ke pengguna terakhir dengan harga "pasar" yang tepat dan benar.
Menggarisbawahi semua ini yang berfungsi sebagai dasar stabilitas dari keseluruhan proses adalah persepsi masyarakat mengenai apakah akumulasi produksi, pendapatan dan kekayaan itu terdistribusi secara adil dan merata. Apapun sistemnya, hal itu akan berantakan apabila distribusi pendapatan dan kekayaan secara luas dipersepsi masyarakat sebagai berlangsung secara kotor, tidak adil dan tidak merata. Batasan yang dapat diterima atau pemahaman yang dapat diterima mengenai apa yang merupakan "keadilan" dan "pemerataan" akan berbeda antara satu negara dengan negara lainnya dan sangat ditentukan oleh nilai-nilai budaya yang pada gilirannya merupakan masalah evolusi sejarah.
Bagi bangsa-bangsa untuk dapat mencapai peningkatan berkesinambungan dalam produktivitas total mereka, mereka harus mempunyai mekanisme yang memungkinkan mereka untuk secara mandiri mengembangkan iptek.
Pertumbuhan kemampuan untuk secara mandiri mengembangkan iptek adalah evolusioner sifatnya. Keunggulan dalam iptek tidak dapat dicapai semalam. Tidak ada jalan pintas dalam proses. Seseorang harus mengambil semua langkah yang perlu selangkah demi selangkah. Seseorang tidak dapat melakukan lompatan katak dari kondisi belum maju secara teknologi ke kecanggihan teknologi melalui jenis revolusi tertentu yang memotong (mem-bypass) beberapa langkah yang perlu. Saya ingin menggarisbawahi ini dari pengalaman saya sendiri, dan saya pun ingin menekankan bahwa upaya untuk mencapai kemampuan iptek melalui sarana revolusioner dalam banyak kasus akan contra produktif. Ini disebabkan pendekatan revolusioner akan menciptakan banyak kendala tersembunyi yang hanya akan timbul ke permukaan bila situasinya sudah runyam.
Pada waktu yang sama, evolusi yang mengarah pada kemampuan untuk pengembangan iptek secara mandiri dapat dipercepat. Dalam proses evolusi yang dipercepat ini, seseorang masih menempuh semua langkah yang perlu. Tetapi, seseorang menempuh beberapa langkah lebih cepat, dan lainnya lebih lambat, dengan cara yang terkendali, mengurangi resiko yang inherent dalam setiap dan seluruh tahap yang diperlukan. Dengan cara demikian, seseorang dapat menempuh proses evolusi yang dipercepat dan terkendali ke arah kemajuan penguasaan iptek dalam waktu yang agak lebih singkat.
Struktur Ekonomi dan Kiat Pembangunan Ekonomi
Beberapa ekonomi secara predominan berorientasi pada produksi barang (komoditi dan barang pabrik), sementara itu ekonomi lainnya secara predominan berorientasi pada perdagangan dan jasa. Menurut terminologi kami, seseorang  dapat mengatakan bahwa beberapa ekonomi memiliki kepadatan yang relatif  tinggi  dalam proses nilai tambah, sedangkan yang lainnya memiliki kepadatan
 yang relatif tinggi dalam proses biaya tambah. Lagi pula, beberapa ekonomi dengan kepadatan yang sama dalam proses nilai tambah bisa memiliki kepadatan teknologi yang berbeda. Beberapa ekonomi bisa memiliki kepadatan teknologi yang tinggi, beberapa menengah dan beberapa rendah. Ekonomi yang sama dapat dikatakan begitu juga, memiliki kepadatan yang relatif tinggi dalam proses biaya tambah.
Ada perbedaan antara dua jenis ekonomi. Hal ini pertama-tama disebabkan oleh perbedaan dalam sifat manufaktur dibandingkan dengan sifat perdagangan. Perdagangan menggerakkan profit lebih cepat dan menghasilkan pengembalian modal lebih cepat dan periode pembayaran kembali hutang-hutang juga lebih cepat. Karena kemajuan teknologi yang pesat, biaya per unit menurun lebih pesat pula. Dibandingkan dengan manufaktur, risiko perdagangan lebih rendah dan margin keuntungannya lebih tinggi. Sebaliknya, kegiatan manufaktur secara karakteristik memiliki periode pembayaran kembali hutang-hutang lebih lama dan pengembalian modal lebih lambat, resikonya lebih tinggi dan margin keuntungannya lebih rendah.
Perdagangan relatif tidak begitu rumit dibandingkan dengan maufaktur. Volume perdagangan bisa diperbesar lebih mudah daripada volume dalam manufaktur. Kapasitas dalam perdagangan dapat diperbesar secara linear atau bahkan secara eksponensial, sedangkan kapasitas dalam manufaktur membe-sar hanya selangkah demi selangkah. Kantor penjualan dan pusat-pusat distribusi dapat dibangun lebih pesat daripada fasilitas produksi.
Pengembangan produk baru sering lebih mahal dan memakan waktu lebih banyak dibandingkan dengan pengembangan cara baru dalam menjual. Memakan waktu lama dan investasi lebih banyak untuk merancang dan membuat memory chip baru, obat-obatan baru, vaksin baru, dibanding dengan pengembangan cara baru dalam menjual produk-produk tersebut. Karena itu, manufaktur relatif kurang footloose atau lebih sulit untuk beralokasi daripada per-dagangan dan jasa.
Jenis perbedaan kedua timbul disebabkan kepadatan teknologi yang berbeda. Pada umumnya, semakin tinggi kepadatan teknologi semakin ruwet aktivitasnya, semakin panjang lead time yang diperlukan, semakin tinggi resikonya.
Masyarakat yang menghasilkan barang dan jasa secara sangat efisien dengan nilai tambah tinggi dan biaya rendah, dengan kata lain masyarakat dengan produktivitas total tinggi biasanya memiliki biaya produksi tinggi karena biaya sumber daya manusia tinggi.
Selama masyarakat tidak merasakan kebutuhan untuk berdagang secara internasional dan merasa nyaman berekonomi secara tertutup dan swadaya, dan selama masyarakat itu tidak tertarik dengan pengumpulan cadangan devisa luar negeri, maka tidak ada masalah. Namun, masyarakat seperti ini tidak akan pernah eksis, tidak ada negara di dunia ini dapat mengupayakan dirinya sepenuhnya tertutup dan swadaya, sejumlah tertentu kebutuhannya betapapun kecilnya pasti diimpor, karena alasan sederhana bahwa ia secara domestik tidak dapat memproduksi segalanya dan tidak dapat kompetitif. Ini berarti bahwa
 suatu negara harus mengekspor sejumlah tertentu dari kese-uruhan produksi barang dan jasa untuk membayar barang dan jasa yang diimpor. Perdagangan internasional ada karena tidak ada negara di dunia yang sepenuhnya swadaya. Tetapi, keharusan untuk mengekspor berarti keharusan menjadi kompetitif secara internasional. Negara tersebut tentunya dapat mensubsidi ekspornya (dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh GATT) untuk memungkinkannya berkompetisi lebih baik di pasar internasional, tetapi dalam analisis terakhir, subsidi ekspor berarti orang lain di negara itu membayar pengekspor sehingga penerimaan ekspor negara tersebut berkurang atau lebih kecil daripada yang diterima para pengekspor; dan ini ber-arti bahwa rekor penerimaan ekspor (dan neraca perdagangan) adalah semu atau virtual.
Kita sampai pada kesimpulan, bahwa bahkan bagi negara-negara yang sudah matang dan sudah sangat maju, perdagangan internasional perlu bagi pembanguan ekonomi yang berkelanjutan, dan bahwa untuk berhasil dalam perdagangan internasional dalam arti membuat neraca perdagangan kurang lebih positif, negara-negara tersebut harus kompetitif secara internasional. Ini berarti bahwa ada logika ekonomi bagi negara-negara tersebut untuk mengin-vestasikan sumber-sumber keuangan dan teknologi ke negara-negara dengan kekuatan yang sepadan (seimbang) dalam sumber daya manusia, infrastruktur ekonomi mikro dan makro yang mendukung, iklim investasi yang baik dan kreditabel, stabilitas politik dan ekonomi serta pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang semakin tinggi daripada di negara asal dari mana investasi itu datang. Kapital yang diinvestasikan dalam bentuk uang, teknologi dan sistem pengembangan sumber daya manusia dalam waktu yang relatif singkat, tidak hanya akan memberikan keuntungan yang menarik terhadap investasi, tetapi juga menjamin penjualan dukungan produk jasa purna jual dari produk kompetitif di dalam pasar domestik negara tersebut di mana kapital (uang, teknologi dan sumber daya manusia) sedang diinvestasikan.
Kandungan lokal pasar domestik, bahkan akan meningkat, tetapi juga teknologi tinggi dan nilai tambah tinggi dari kandungan lokal (kandungan dalam negeri asli) daripada produk akan meningkat juga. Jam orang di negara asal akan mencapai peningkatan berkesinambungan atau sekurang-kurangnya te-tap, dan pada akhirnya, divisi tenaga kerja yang rasional bagi produksi dan bahkan bagi pengembangan teknologi akan men-jadi mapan di antara negara asal dan "negara baru" untuk mendapatkan produk bernilai tambah tinggi dengan kualitas tinggi dan biaya rendah; serta untuk mendapatkan pemasaran, penjualan, dukungan produk, dan jaringan jasa purna jual yang efisien dalam pasar domestik baru dan juga dalam pasar global. Suatu produk kompetitif baru akan dikembangkan dan dihasilkan dan dikirim ke pasar oleh negara asal dan "negara baru" bersama-sama.
Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi
Banyak negara maju dengan ekonomi yang sangat maju memiliki penduduk yang stabil dengan persentase tinggi penduduk yang sudah tua, pembeli yang matang dan canggih, serta kegiatan pembelian di pasar yang efisien dengan
 penjualan dan organisasi yang efisien. Jika pasar domestiknya sudah jenuh, kompetisinya akan menjadi berat (parah). Karena itu aneh bagi tingkatan-tingkatan pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat yang sudah makmur untuk menjadi agak rendah dibandingkan dengan pasar yang sedang berkembang di mana permintaan barang, jasa, dan infrastruktur tinggi. Banyak pemerintah negara maju memiliki preferensi tinggi terhadap inflasi rendah. Dengan demikian tingkat suku bunga dan perluasan moneter juga rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga dan perluasan moneter di negara lain dengan ekonomi yang kurang maju, tetapi bertumbuh lebih pesat.
Dihadapkan dengan pertumbuhan rendah dan kompetisi berat dalam pasar domestik mereka, tidak mengherankan banyak perusahaan manufaktur, jasa dan infrastruktur dalam masyarakat yang sudah makmur digerakkan untuk mencari pasar lain di luar negeri di mana permintaannya lebih tinggi dan kompe-tisinya tidak begitu menegangkan. Dalam kondisi seperti ini, mereka juga tergerak oleh bia-a produksi yang tinggi untuk pe-gi ke luar negeri karena upah tinggi, tingkat pajak tinggi, dan/atau biaya kesejahteraan sosial tinggi di pasar domestik mereka. Agar menjadi kompetitif dalam harga di pasar dengan pen-dapatan rata-rata lebih rendah daripada di pasar domestik mereka sendiri, adalah logis bagi perusahaan-perusahaan ini untuk mengembangkan pengaturan yang kooperatif dengan perusahaan-perusahaan (yang sepadan/seimbang) di negara-negara tertentu yang kurang makmur untuk memindahkan kapital, dalam hal ini, sumber keuangan, teknologi, dan jika pe-lu mekanisme atau sistem bagi pengembangan sumber daya manusia ke negara-negara ini.
Sekurang-kurangnya ada dua alasan penting mengapa harus mengun-tungkan (secara material) bagi perusahaan yang terlibat dan juga menguntungkan (secara non-material) bagi negara-negara yang lebih makmur maupun yang kurang makmur.
Pertama, di negara yang kurang makmur, upah buruh dengan keterampilan sebanding lebih rendah. Lebih tepatnya, upah riil buruh dengan keterampilan sebanding lebih rendah dan dengan produktivitas total yang rendah dan bahkan lebih rendah, dalam kasus tertentu, pada marjin yang signifikan.
Kedua, marjin keuntungan di negara-negara yang kurang makmur secara tipikal lebih tinggi dihubungkan dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi untuk menarik kapital, dan persepsi bahwa melakukan bisnis di negara yang kurang makmur juga mempunyai resiko yang lebih tinggi.
Lagi pula, jika negara-negara yang kurang makmur ini secara politik stabil dengan permintaan yang meningkat pada pasar domestiknya, maka dasar yang kokoh ada untuk mewuudkan prospek bagi pertumbuhan yang lebih terjamin dan lebih luas. Keuntungan bagi perusahaan dari negara-negara yang lebih makmur adalah volume penjualan yang lebih tinggi dan profit yang lebih tinggi ber-dasarkan persaingan harga yang terus meningkat di pasar internasional yang pada gilirannya akan menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di negara-negara yang sudah makmur.
 
Keuntungan bagi masyarakat di negara-negara yang kurang maju atau kurang makmur adalah pendapatan dan produktivitas total yang meningkat pesat. Siklus baik yang menguntungkan dan berkesinambungan akan terciptakan di mana dalam mengejar kebersaingan harga di seluruh dunia yang meningkat, kapital dan teknologi akan mengalir dari ekonomi yang sudah makmur ke ekonomi yang kurang makmur dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkesepadanan yang mengakibatkan peningkatan produktivitas, pendapatan dan permintaan di dalam kedua ekonomi tersebut. Karena ekonomi negara-negara yang kurang makmur tumbuh dengan lebih pesat, selama beberapa waktu, hal ini akan mengakibatkan penyamaan/peme-rataan taraf pertumbuhan, kebersaingan, dan tingkat pendapatan dan permintaan di seluruh dunia.
Secara lebih realistik lagi, suatu masyarakat setidak-tidaknya dapat mengharapkan penyempitan kesenjangan produktivitas dan pendapatan yang berkesinambungan antara negara-negara yang sudah makmur di satu pihak, dan negara yang secara politik stabil dengan penduduk yang besar dan ekonomi yang kurang maju, tetapi pertumbuhannya pesat, di pihak lain. Pada masa depan dengan kondisi seperti ini dan di dunia yang serba-mungkin, kebersaingan antara negara-negara kurang lebih akan sama merata dan perda-gangan antara mereka kurang lebih dalam keseimbangan. Ini sudah menjadi kasus masa kini antara anggota-anggota tertentu dalam persatuan Eropa.
Tetapi, ini bukan satu-satunya. Jika tidak ada hambatan ditimbulkan, pada suatu titik waktu tertentu, pusat-pusat keunggulan akan muncul dalam ekonomi tertentu yang kurang maju dan kurang makmur yang akan lebih jauh mengembangkan teknologi-teknologi yang asalnya diimpor dari luar negeri. Hal ini tidak hanya akan menggerakkan arus sumber daya keuangan (capital plus profit) kembali ke negara-negara yang sudah makmur (pada tingkat yang lebih cepat daripada jika kapital diinvestasikan di negara-negara yang sudah makmur itu sendiri). Ini juga akan mengakibatkan arus balik teknologi yang lebih maju dan juga teknologi maju dari negara yang kurang makmur ke negara yang lebih makmur. Semua negara, baik yang lebih makmur maupun yang kurang makmur, akan dapat mengambil keuntungan dari teknologi-teknologi yang dikembangkan dengan biaya yang lebih rendah di negara-negara yang kurang makmur, karena upah riil yang lebih rendah. Ini tentu saja merupakan suatu keberatan tersendiri.
Tidak semua negara yang kurang makmur akan dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Hanya negara-negara kurang makmur yang terpilih saja yang dapat mengambil bagian menurut pengalaman saya ini. Mengapa?
Pertama, mereka harus memiliki pasar domestik yang secara signifikan besar dan terkendali untuk menggerakkan dan menjamin profitabilitas pengaturan bisnis yang kooperatif antara negara-negara yang terlibat.
Kedua, mereka harus mengembangkan massa kritis minimum saja dari sumber daya manusianya, sumber daya keuangannya, dan kemampuan teknologinya yang sepadan.
Ketiga, mereka harus sudah memasang sejumlah tertentu infrastruktur ekonomi dan infrastruktur teknologi.
Keempat, mereka harus sudah memiliki lingkungan politik, ekonomi, dan sosial yang stabil dan dapat diperkirakan.
Hanya apabila pasar domestik memadai dan terkendali, arus balik yang kapital finansial dan keuntungan dapat dijamin pada akhirnya. Hanya apabila massa kritis dari infrastruktur sumber daya manusia, teknologi dan ekonomi sudah ada, teknologi yang diimpor dapat diserap secara pesat. Hanya apabila infrastruktur teknologi tertentu ada di tempat, teknologi yang diimpor dapat diadaptasikan dan dikembangkan lebih jauh. Dan hanya dalam kondisi stabilitas politik dan ekonomi (kelanjutan struktur politik dasar, ketiadaan gangguan sosial yang parah, kelanjutan kerangka hukum dan konsistensi kebijakan) dan stabilitas ekonomi (keseimbangan antara tabungan dan investasi, inflasi rendah dan terkendali, neraca pembayaran dalam tingkat yang terkendali, dan sebagainya) lead time yang diperlukan dapat dijamin bagi investasi sumber daya finansial, dan teknologi dapat dijamin untuk menggerakkan arus keuntungan, dan teknologi yang dikembangkan lebih jauh serta teknologi maju dapat kembali lagi ke negara makmur yang menanamkan modalnya.
Tetapi, tidak menjadi masalah adanya prekondisi tertentu yang ha-rus dipenuhi. Hal penting di sini adalah landasan nyata dapat diciptakan bagi penciptaan jaringan mendunia, saling ketergantungan (interdependensi) yang benar-benar global di mana setiap orang, baik konsumen maupun produsen, negara-negara berkembang yang belum maju atau yang belum makmur akan dapat mengambil keuntungan dari teknologi-teknologi yang dikembangkan de-ngan biaya yang lebih rendah.
Tetapi, akankah pengembangan ini tidak menciptakan pesaing-pesaing biaya lebih rendah yang akan mendorong produsen-pro-dusen biaya lebih tinggi ke luar dari pasar. Sebaliknya hal ini akan memaksa produsen-produsen biaya lebih tinggi untuk mengembangkan teknologi baru dan inovasi yang layak untuk meningkatkan keahlian mereka dan keunggulan kompetitif mereka. Semua ini bersifat komplementer terhadap teknologi yang dikembangkan bersama dengan mitra mereka dalam masyarakat yang kurang maju dan kurang makmur, untuk menghasilkan produk akhir yang unggul yang masuk pasar domestik mereka dan pasar global. Ini akan menjamin pertumbuhan yang berkesinambungan bagi kedua ekonomi.
Masyarakat yang kurang makmur akan berkembang lebih jauh menjadi masyarakat makmur dan akan menjadi giliran mereka untuk mengalami problem biaya tinggi, maka pada akhirnya setiap orang akan harus bersaing pada biaya yang kurang lebih sama. Pada saat itu masyarakat tidak akan bersaing pada biaya lagi, tetapi pada kualitas, pada gagasan dan pada cara-cara yang lebih baik untuk melayani konsumen. Ini akan menjadi bentuk kompetisi yang jauh lebih baik di pasar domestik, regional dan akhirnya pasar global yang semakin besar dan semakin potensial.
Masa depan yang mungkin ini benar-benar eksis. Kita hanya harus mengakui kenyataan, bahwa uang, pengetahuan, dan iptek tidak mengenal batas negara dan kebangsaan. Tuhan sungguh telah menciptakan orang yang satu dan yang lainnya sama, sekurang-kurangnya sama dalam kemampuan
 mereka untuk belajar, sama dalam kemampuan mereka untuk menguasai hukum dan iptek, dan sama dalam kemampuan untuk mengembangkan teknologi lebih jauh. Sungguh Tuhan telah memaklumatkan, bahwa iptek adalah bukan milik suatu bangsa, tetapi milik seluruh umat manusia.
Kerjasama di Asia
 Penduduk Asia (dari Jepang sampai India) sekarang ini kira-kira dua pertiga dari penduduk dunia. Kelas menengahnya tumbuh dengan pesat dalam ukurannya; dan pada tahun 2010 diperkirakan akan berjumlah antara lima juta sampai satu milyar; ini bisa menjadi pasar kaptif (captive market) bagi barang-barang dan jasa yang dihasilkan di kawasan itu sendiri, produksi barang dan jasa dapat mengikuti pola yang didasarkan pada rasional ekonomi seperti yang sudah saya jelaskan secara garis besar tadi.
Tidak ada alasan untuk menciptakan dan memelihara kendala baik yang kasat maupun yang tidak kasat terhadap arus modal yang lebih bebas yaitu sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan teknologi, adalah sangat mungkin bagi sumber daya finansial maupun teknologi untuk berpindah dari satu negara ke nagara lain. Tetapi untuk memindahkan sumber daya manusia seseorang harus mengatasi kendala sosial politik dan ekonomi yang memberikan sumbangan pada biaya ekonomi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah memindahkan sumber daya manusia sebagai bagian terpadu dari modal yang dipindahkan pada biaya rendah, hanyalah mungkin dengan memindahkan atau mengalihkan mekanisme pembangunan sumber daya manusia ke "negara baru".
Sekaligus peningkatan keterampilan dan produktivitas sumber daya manusia di negara baru itu yang berlangsung baik melalui pendidikan maupun pelatihan, akan membuat sumber daya manusia setempat yang berbiaya rendah di negara baru itu menjadi semakin komparatif juga. Hal ini tentunya bukan merupakan hal yang baru.
Kelebihan daripada arus barang, jasa, modal dan teknologi yang lebih bebas telah dijelaskan berkali-kali dan bahkan telah melekat dalam banyak aturan perjanjian maupun kode-kode hukum yang telah diputuskan GATT pada tahun 1994 akhir-akhir ini aturan GATT tersebut sangat signifikan dalam memperluas bidang perdagangan bebas dan dalam membuat landasan yang berbasis aturan daripada berbasis kekuasaan bagi hubungan dagang antara negara-negara yang menandatangani persetujuan GATT tersebut. Di kawasan kami sendiri banyak yang sudah bertekad untuk melaksanakan deklarasi Bogor yang telah dibuat oleh para pemimpin ekonomi APEC yang telah menetapkan target-target tertentu bagi perdagangan bebas di kawasan APEC pada tahun-tahun tertentu pada masa depan.
Berdasarkan deklarasi Bogor dan persetujuan yang dicapai di Osaka tahun lalu, pelaksanaan persetujuan kerjasama sejauh yang ditentukan dalam kedua kesepakatan tersebut telah ditunjukkan dalam pidato saya ini yang saya yakini akan dapat menciptakan situasi menang-menang di dalam kawasan kami sendiri di mana berjuta-juta penduduk akan dapat mengambil keuntungan baik dalam bentuk peningkatan kesejahteraan bagi konsumen maupun peningkatan keuntungan bagi produsen serta dalam bentuk prospek-prospek yang lebih baik bagi pertumbuhan kesejahteraan yang pesat dalam kurun waktu yang sama dalam lingkungan informasi yang aktif dan dinamis, dalam lingkungan teknologi dan aliran uang serta kualitas produktivitas keahlian dan kehidupan yang semakin tinggi yang memberikan sumbangan bagi pembentukan banyak pusat keunggulan pembangunan iptek bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan dengan distribusi akumulasi kekayaan secara adil serta tanggung jawab di antara bangsa-bangsa di kawasan tersebut dan di antara masyarakat bangsa itu sendiri yang menghasilkan peredaan ancaman dan memberikan sumbangan bagi stabilitas regional yang kuat dan berkesinambungan.


No comments:

Post a Comment