Tuesday, February 7, 2012

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN PEDESAAN II

Upaya Indonesia 
Memang benar bahwa pendidikan tinggi formal berdasarkan beasiswa di negara-negara yang maju akan dapat memperdalam pengetahuan teori dan aneka metode ilmiah. Namun bila berbagai teknologi itu hendak dialihkan dari negara maju ke negara yang berkembang, maka akan jelas bahwa praktek yang kongkrit dalam hal menerapkan teknologi itu di lokasi di mana terdapat masalah kongkrit sungguh khusus diperlukan. Dalam contoh khusus ini, akan diperlukan praktek bagi ilmuwan Indonesia untuk menentukan melalui eksperimen jenis-jenis isotop, rentang intensitas radiasi serta dosis yang cocok bagi serangga serta ciri-ciri khas ekologi daerah di mana perlu dilakukan pengendalian atau pembasmian jenis hama tertentu.

Sekalipun masih terbatas jumlah serta kemampuan masing-masing pada dasarnya kalangan ilmuwan dan ahli teknologi di negara-negara ASEAN sudah mampu untuk mengetahui masalah yang dihadapinya dan untuk merancang proyek-proyek guna menanggulangi masalah-masalah itu. Yang kurang hanyalah pengalaman serta peluang untuk melakukan percobaan dengan teknologi, aneka prosedur, alat-alat, perlengkapan dan mesin jenis mutakhir. Maka pengalaman serta peluang bereksperimen itulah yang dibutuhkan.

Pengalaman serta peluang untuk mengujicoba aneka teknologi mutakhir yang telah dikembangkan di negara-negara yang maju dibutuhkan agar para ilmuwan, para ahli teknologi, manajer produksi serta para insinyur, di negara-negara yang berkembang akan mampu dengan lebih efektif dan efisien menanggulangi segala masalah kongkrit yang kami hadapi dalam memberi sumbangan kepada usaha pembangunan bangsa dan negara.

Sungguh akan mengesankan bahwa pengelolaan semacam ini penting, negera saya dapat mengirim para ilmuwan dan insinyur Indonesia ke luar negeri untuk mempelajari cara bagaimana teknologi maju diterapkan untuk memecahkan masalah di negeri-negeri asing itu. Namun akan me-ngesankan pula dan akan lebih besar manfaatnya bila untuk tujuan yang sama pemerintah kami dalam rangka bantuan teknis dalam berbagai bidang, kaum ilmuwan dan insinyur luar negeri bersama dengan pengalaman, aneka alat perlengkapan, mesinnya datang ke negeri kami untuk bersama-sama dengan para ilmuwan serta insinyur Indonesia mengadakan eksperimen dengan penerapan serta untuk mengembangkan penerapan teknologi mutakhir itu untuk turut menanggulangi aneka masalah serta bereksperimen dengan menerapkan teknologi itu dalam menanggulangi masalah yang serupa di luar negeri.

Saya yakin pula bahwa akan menarik hati bagi kaum ilmuwan Indonesia bila mereka akan mampu pula menerapkan teknologi yang baru untuk menanggulangi masalah samacam itu. Dan saya yakin pula atas kegunaan pengalaman yang diperolehnya dalam membina kemampuan bangsa Indonesia untuk menanggulangi masalah, sebagaimana yang diperolehnya melalui proyek-proyek penelitian bersama, akan jauh lebih besar daripada pengetahuan yang diraihnya melalui pendidikan formal.

Sebagaimana telah saya tegaskan tadi untuk pengalihan teknologi harus dilakukan secara efektif, teknologi itu diterima lalu diterapkan. Artinya proses alih teknologi itu hanya dapat kita pandang telah selesai bila di negeri yang menerima pergaulan kaum ilmuwan mendapat pengalaman dalam menerapkan teknologi itu untuk menanggulangi aneka masalah yang kongkrit serta telah dibina kemampuan ilmuwan di negeri itu untuk lebih lanjut mengembangkan teknologi yang diterima pengalihannya itu.

Saya beranggapan bahwa suatu program penelitian bersama akan merupakan mekanisme alih-teknologi yang sungguh efektif dan seharusnya diselenggarakan lebih sering serta pada skala yang cukup besar dalam rangka program bantuan luar negeri yang berlansung sampai dewasa ini. Dan inilah hasil yang dianut negara kita sekarang.

Kami menghimbau negara-negara maju agar mereka menyerahkan kepada kami masalah-masalah yang kami pandang perlu ditanggulangi dalam rangka keseluruhan upaya pembangunan negeri kami, dan janganlah tergoda untuk memaksakan jenis teknologi tertentu yang telah terbukti sangat sesuai untuk menanggulangi masalah-masalah yang telah mereka alami dalam lingkungan negeri sendiri. Dalam pada itu, kami telah menganjurkan kepada kaum ilmuwan dan teknisi bangsa kami bahwa bila mereka ingin agar suatu jenis teknologi tertentu dialihkan ke Indonesia, mereka harus bersedia secara konsisten berupaya memecahkan aneka masalah tertentu dengan menerapkan teknologi itu agar memperoleh pengalaman yang diperlukan untuk menguasai dan mengembangkan lagi teknologi bersangkutan.

Namun, bagi kita sebagai ilmuwan dan ahli teknologi, adalah sangat penting untuk menyadari betapa perlunya teknologi harus diselaraskan dengan kebudayaan. Jika hal ini kita renungkan, akan tampak bahwa memang sewajarnya demikian karena pada dasarnya, teknologi merupakan sebagian dari kebudayaan. Ini berarti bahwa dalam usaha kita meningkatkan serta mengalihkan teknologi perlu pula kita kembangkan serta memantapkan kemampuan derap kebudayaan lingkungannya.

Dalam berusaha demikian, kita harus sadar bahwa justru karena teknologi merupakan sebagian dari keseluruhan suatu bangsa, upaya-upaya kita dalam mengembangkan serta mengalihkan teknologi itu akan mengalami hambatan-hambatan yang bersifat kultural. Hal ini harus diperhitungkan serta diatasi secara seksama karena jika tidak, maka pengembangan teknologi akan membawa keretakan-keretakan dalam keutuhan kebudayaan tersebut yang mungkin akan dapat menimbulkan keresahan-keresahan dalam rnasyarakat.

Selanjutnya saya beralih pada aspek lainnya dari pendekatan kita terhadap pengembangan teknologi sebagai bagian dari pembangunan nasional pada umumnya.

Kita semua adalah ilmuwan. Apapun bidang spesialisasi kita masing-masing. Sebagai ilmuwan kita mempunyai satu hal yang sama, yaitu: sistematika dalam melakukan penelitian ilmiah dan sistematika dalam mengadakan analisa secara obyektif. Dan kita sama-sama mengetahui bahwa dalam mencari penyelesaian suatu analisa, kita harus dapat mem- beda-bedakan antara masalah-masalah yang merupakan problem lingkungan.

Ini berarti, bahwa sebagai ilmuwan, kita harus dapat membedakan masalah-masalah mana memerlukan suatu jawaban yang bersifat umum atau menyeluruh ("General Solution") dan problema-problema yang menghendaki penyelesaian yang bersifat spesifik ("Solution at the boundary"). Berlandaskan pada kesadaran itu, kita juga mengetahui bahwa penyelesaian umum yang kita dapati pada suatu problema yang bersifat umum pada prinsipnya betul tidak hanya untuk Indonesia, tetapi akan berlaku umum sebagai kebenaran universal pada problema-problema yang serupa di manapun ia timbul, seperti problema di bidang teknologi energi, teknologi alat-alat angkutan, teknik-teknik pembatasan kelahiran dan sebagainya.

Kita juga mengetahui bahwa terdapat problema yang bersifat timbul karena dan melekat pada suatu lingkungan ("environment specific"). Pada problema-problema ini maka dalam proporsi tertentu, sifat dari lingkungannya dapat sangat menentukan penyelesaiannya.

Teknologi untuk Menjawab Kebutuhan 

Penyelesaian problema yang bersifat spesifik lingkungan tersebut dengan sendirinya mempunyai nilai kebenaran yang terbatas pada problema yang mempunyai kondisi-kondisi lingkungan yang identik. Sebaliknya, dengan sendirinya problem-problem yang mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda menghendaki jawaban-jawaban yang bersifat spesifik dan berlainan. Misalnya, masalah pencukupan beras di Sulawesi Selatan mempunyai penyelesaian yang berlainan dari masalah pencukupan beras di Jawa Tengah.

Lebih daripada itu, masalah pencukupan beras di Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah kalau dibayangkan sebagai suatu kesatuan teoritis akan mempunyai penyelesaian yang secara kualilatif berbeda dari penyelesaian masalah pencukupan beras di daerah itu masing-masing. Ini menjadi demikian karena sistem yang berlaku antara Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah sebagai suatu kesatuan mempunyai kondisi lingkungan yang secara kualitatif berbeda dari kondisi bagi Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah masing-masing. Sebabnya adalah harus diperhitungkan pula interaksi antara kondisi-kondisi di Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah.

Ini berarti bahwa masalah beras di Indonesia, atau lebih luas lagi masalah pangan di Indonesia, dan masalah-masalah nasional lainnya, tidak dapat diselesaikan secara terperinci dengan menyelesaikan masalah-masalah tersebut sebagaimana muncul di setiap satu lokasi atau daerah, tetapi harus diselesaikan secara integral.

Bersambung

No comments:

Post a Comment