Monday, June 20, 2011

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Pidato Presiden

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia


TRANSKRIPSI SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA
ISTANA NEGARA, 7 JUNI 2011



Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’aikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Ketua MPR RI, Ketua BPK RI, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, 

Pak Rachmat Witoelar dan Pak Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Negara Lingkungan Hidup yang pernah mengabdi dan bertugas di waktu lalu.

Para Duta Besar dan Pimpinan Organisasi Internasional yang saya muliakan,

Para Gubernur, Bupati, dan Walikota,

Para Penerima penghargaan lingkungan, para Pecinta dan Penggiat lingkungan,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta, utamanya di dalam terus melestarikan lingkungan hidup yang ada di negeri ini maupun di seluruh dunia.

Saudara-saudara,

Pada hari yang penting ini, saya ingin pertama-tama menyampaikan selamat, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pecinta, pejuang dan penggiat lingkungan hidup, utamanya Saudara-saudara yang tadi telah menerima berbagai macam penghargaan.

Kepada Penerima penghargaan Kalpataru, saya menyampaikan hormat saya, kebanggaan saya dan tentu penghargaan saya, Bapak, Ibu, Saudara-saudara penerima Kalpataru, bukan hanya pahlawan lingkungan, tapi juga pahlawan kehidupan.

Kepada para penerima penghargaan Adipura, para Bupati dan Walikota yang berhasil tahun ini, saya juga menyampaikan selamat. Itu menunjukkan tanggung jawab Saudara semua sebagai pemimpin. Saya senang kalau para pemimpin di negeri ini, utamanya di jajaran pemerintahan di seluruh daerah mengambil tanggung jawab penuh untuk bersama-sama menyelamatkan dan melestarikan lingkungan di mana kita semua hidup.

Kepada penerima penghargaan Adiwiyata, para Pimpinan Sekolah, saya juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Bapak, Ibu sebenarnya memiliki jasa dan andil yang juga luar biasa, karena sesungguhnya telah mempersiapkan para pecinta lingkungan sejak dini, yang mengerti betul dunia pendidikan, masa yang paling baik atau golden opportunity untuk memasukkan nilai, untuk membentuk sikap dan perilaku seseorang, itu adalah pada masa ketika dia mengiukuti pendidikan di taman kanak-kanak, di sekolah dasar, dan di sekolah menengah. Sembilan sampai dua belas tahun pertama, itu adalah masa yang paling berharga karena di situlah kita sekali lagi, bisa membangun sikap dan perilaku seseorang, to create, values and behaviour dari anak-anak kita.

Dan tentu tidak kalah pentingnya kepada para Gubernur, para Bupati dan Walikota yang mendapatkan penghargaan, karena manajemen lingkungannya yang baik, utamanya dalam menyusun status lingkungan di daerah yang Saudara-saudara pimpin. Teruslah dijaga dan dipertahankan administrasi yang baik, manajemen yang baik, pembangunan yang baik dari aspek lingkungan ini.

Hadirin yang saya hormati,

Sebagaimana kita ketahui bersama, tadi juga sudah disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup bahwa tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini adalah Hutan Penyangga Kehidupan, Forests: Nature at your Service. Tema ini atau upaya besar ini sangatlah penting bagi Indonesia dan juga bagi dunia. Karena hutan mesti kita jaga, termasuk hutan yang ada di negeri kita. Dan untuk menjaganya, bukan hanya bangsa kita, dunia pun juga mesti berkontribusi, karena hutan tropis, sebagaimana kita ketahui adalah paru-paru dunia, penyangga kehidupan dunia.

Lebih khusus saya ingin menyampaikan diperlukan kerja sama global untuk menjaga kelestarian hutan. Mengapa Saudara-saudara, sekarang ini banyak negara yang sudah tidak punya hutan lagi, dulunya punya karena pembangunan yang berlangsung beratus-ratus tahun, mereka tidak punya? Namun ada sejumlah negara yang masih punya hutan, termasuk Indonesia dan kita punya hutan tropis yang mesti kita jaga baik-baik.

Dalam konteks itu, Indonesia tentu bertanggung jawab untuk menjaga hutannya, tetapi di banyak kesempatan saya sampaikan di berbagai forum internasional bahwa meskipun negara seperti Indonesia sangat bertanggung jawab, kami mengalokasikan sumber daya kami, termasuk anggaran kami untuk menjaga kelestarian hutan, tapi selalu ada keterbatasan, karena banyak yang harus kami biayai, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di negeri kami.

Oleh karena itu, menjadi fair dan adil, jika dunia pun berkontribusi terhadap upaya negara-negara yang ingin sungguh-sungguh menjaga dan melestarikan hutannya.

Hadirin yang saya hormati,

Sebagaimana Saudara ketahui, pemerintah, negara, kita semua telah menetapkan sejumlah kebijakan dan aksi nyata untuk menjaga hutan. Beberapa hal ingin saya sampaikan, apa yang kita kerjakan, bukan hanya yang menjadi kebijakan ataupun program aksi, tapi yang kita lakukan. Pertama, kita terus berupaya menjaga kelestarian hutan primer agar hutan itu bisa menyerap karbondioksida yang disebut carbon sink atau carbon capture. Dengan menjaga hutan itu, kita juga menjaga kelestarian biodiversity yang luar biasa, yang ada di negeri kita.

Yang kedua, kita juga terus bekerja untuk memberantas pembalakan liar, memerangi illegal loging. Illegal loggingitu yang untung adalah perusahaan-perusahaan yang menggunduli hutan itu dengan keuntungan yang berlipat ganda, tetapi yang menderita rakyat, kita semua, karena lingkungan rusak, banjir, dan kelongsoran akan terjadi.

Yang ketiga, kita mencegah kerusakan dan menata pengelolaan lahan gambut. Ini kita lakukan sebab kalau tidak, kalau kita lalai mengelola lahan gambut, maka akan terjadi emisi karbondioksida yang tidak kecil.

Yang keempat, kita juga terus melakukan penghutanan kembali, reboisasi, reforestation, dengan tujuan, kita ingin mengembalikan dan terus meningkatkan luasan hutan di negara kita.

Yang kelima, kita berupaya, provinsi-provinsi tertentu saya tahu sedang bekerja meskipun kadang-kadang masih terjadi masalah itu, yaitu melakukan pencegahan dan menanggulangi kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini bisa karena alam, karena panas yang luar biasa, tetapi juga kadang-kadang kecerobohan dari sebagian dari kita sehingga hutan terbakar.

Sedangkan yang keenam, yang tidak kalah pentingnya, meskipun tidak dilakukan di hutan itu sendiri, tapi di seluruh negeri ini adalah Gerakan Nasional Menanam dan Memelihara Pohon yang tahun lalu sudah kita awali, kita mulai dengan sasaran 1 miliar pohon setiap tahun. Hasilnya tidak akan kita rasakan 2 sampai 3 tahun dari sekarang, yang namanya menanam 1 miliar pohon itu. 

Tetapi akan kita rasakan, akan dirasakan oleh bangsa ini, terutama generasi mendatang 20 sampai 30 tahun mendatang. Negara lain ada yang sukses seperti ini, contohnya Korea Selatan. Kita harus percaya kalau gerakan menanam 1 miliar pohon itu terus kita lakukan setiap tahun, negeri kita 20 tahun lagi, 30 tahun lagi akan berubah ke arah yang lebih baik dari segi lingkungan. Dan pahala kita tidak akan pernah putus, karena akan dinikmati oleh anak cucu kita, oleh generasi mendatang.

Itulah Saudara-saudara, 6 kebijakan, 6 program aksi dan 6 upaya yang dilakukan oleh kita semua. Sedangkan sebagai kebijakan khusus, perlu saya sampaikan ke hadapan rakyat Indonesia bahwa kita juga melakukan kerja sama dengan negara-negara sahabat, dengan pihak-pihak internasional dalam rangka REDD+, yaitu mengurangi emisi dengan cara mencegah terjadinya kerusakan hutan di negeri kita.

Yang kedua, saya telah menetapkan untuk melakukan penundaan pemberian izin baru bagi hutan alam primer dan lahan gambut, yang disertai dengan penyempurnaan tata kelola hutan dan gambut. Telah kita terbitkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011, mari kita laksanakan. Saya instruksikan para gubernur, bupati dan walikota, melaksanakan instruksi ini, jangan memberikan izin baru bagi pengelolaan hutan alam primer maupun lahan gambut sampai penataan kita selesaikan dengan baik untuk kelestarian lingkungan kita.

Saudara-saudara,

Setelah kita memahami mengapa hutan itu penting bagi kehidupan, mengapa hutan penting kita lestarikan dan apa yang dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk melestarikan hutan kita, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin Saudara untuk sedikit melakukan semacam refleksi, semacam penyadaran kembali, perenungan apa yang terjadi di dunia ini atau apa yang terjadi di bumi kita ini hingga saat ini. Dan kemudian kalau kita melihat ke depan, 30 tahun dari sekarang, apa yang kira-kira juga akan terjadi. Ini penting supaya sebagai bangsa, bangsa yang besar, kita tidak hanya melihat setahun, dua tahun ke depan, tidak hanya melihat masa kini, kepentingan sesaat, marilah kita lihat utuh bentangan waktu yang jauh ke depan.

Saudara-saudara,

Ini berarti kita harus mengaitkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mari kita mulai dari sekarang ini dulu, masa kini. Kita mengetahui bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan di hampir semua negara di muka bumi ini, termasuk di negara kita. Itu terjadi karena di masa lalu sejak revolusi industri pada abad ke-18, bangsa-bangsa di dunia dalam mengejar pertumbuhan ekonominya, dalam membangun negerinya masing-masing itu sebagian dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar. Ada kesalahan, ada kecerobohan, ada keserakahan di dalam menggunakan sumber-sumber kehidupan, akibatnya terjadilah kerusakan lingkungan. Itu realitas masa kini akibat apa yang dilakukan oleh umat manusia di masa lalu.

Kalau kita kaitkan apa yang terjadi sekarang ini ke depan, 30 tahun mendatang, saya harus mengatakan, bukan kita mencemas-cemaskan diri kita sendiri, keadaannya akan sungguh rawan dan bisa berbahaya. Mengapa? Penduduk dunia sekarang ini jumlahnya 7 miliar, akan meningkat menjadi 9 miliar manusia dalam waktu sekitar 30 tahun mendatang. Sampai ke era itu, masa itu diperlukan tambahan sumber pangan 70% dari yang ada sekarang ini, kebutuhan energi juga antara 60-70% dari yang kita konsumsi sekarang ini, di situ persoalannya. Mengapa saya katakan di situ persoalannya?

Mari kita bicara pangan. Dengan lingkungan yang sebagian telah rusak seperti ini sangat tidak mudah untuk meningkatkan produksi pangan 70% dari sekarang. Tanyalah kepada yang mengerti tentang agriculture, tentang food security sangat tidak mudah, pangan. Mari kita bicara energi. Untuk memenuhi 60% kebutuhan energi, kalau salah di dalam memenuhinya, menguras begitu saja minyak, gas, dan batubara, maka yang terjadi adalah kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi karena mengganggu iklim akan menimbulkan perubahan iklim dan pemanasan global, climate change and global warming. Itu masa depan kita, masa depan yang tidak mudah.

Pertanyaannya kemudian, lantas apakah tidak ada solusinya? Solusinya ada. Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan akal kepada kita untuk mendapatkan solusi, tetapi solusi ini bisa berhasil dengan syarat, syaratnya apa Saudara-saudara? Umat manusia sedunia, termasuk yang ada di ruangan ini, termasuk saudara-saudara kita bangsa Indonesia, termasuk 7 miliar manusia minus bangsa Indonesia, itu harus sungguh sadar dan bekerja keras, serta cerdas mulai sekarang, tidak menunggu esok untuk betul-betul bersama-sama menyelamatkan lingkungan kita. Syaratnya itu. Caranya bagaimana? Caranya tidak sulit sebetulnya, teorinya, tetapi implementasinya memerlukan kesungguhan yang luar biasa.

Pertama, gaya hidup manusia, gaya hidup kita, gaya hidup masyarakat-masyarakat di negara mana pun itu mesti berubah dan mesti diubah. Hidup kita harus lebih hemat dan efisien. Banyak yang sekarang mengkonsumsi pangan, energi, itu berboros-boros, berlebih-lebihan sehingga istilahnya not need, bukan need tapi greed, yang tidak diperlukan, berlebihan, keserakahan. Kemudian energi kita juga menggunakan begitu saja, tidak hemat listrik, tidak hemat bahan bakar, tidak hemat sumber-sumber energi yang sesungguhnya tidak terbarukan. 

Kita punya budaya merusak, bukan budaya menanam, menebang pohon seenaknya, menanam ogah, tidak mau. Ini juga buruk, ini gaya hidup yang harus kita ubah. Mari kita ubah menjadi budaya menanam daripada budaya menebang dalam arti merusak. Syaratnya gaya hidup manusia, gaya hidup masyarakat.

Yang kedua, negara dan pemerintah mana pun, termasuk negara dan pemerintahan kita harus memiliki kebijakan lingkungan yang baik, jangan main-main. Kemudian sungguh serius di dalam memelihara lingkungannya, reward and punishment harus diberikan. Hari ini contoh, yang berjasa, yang menjadi teladan, yang menjadi pahlawan dalam pemeliharaan lingkungan diberikan penghargaan. Kita harus menghukum mereka yang lalai, yang merusak lingkungan dengan ketentuan yang ada. Jangan lunak penegakan hukum bagi mereka yang sungguh bersalah dalam merusak lingkungan, tidak boleh lunak.

Yang ketiga, solusi yang lain adalah teknologi dan inovasi. Apa maksudnya, Saudara-saudara? Kalau tahu lahan untuk pertanian sudah terbatas, tidak bisa membuka hutan untuk pertanian, ya mari kita gunakan akal, teknologi, inovasi agar dengan research and development, produktivitas pertanian meningkat, tidak perlu membabat hutan, tidak perlu mencari tanah atau lahan baru, yang ada dengan produktivitas yang meningkat, produksinya akan meningkat.

Energi terbarukan, kalau tahu minyak, gas dan batubara akan habis dan kalau sekarang menggunakannya asal-asalan juga lingkungan rusak, ya mari kita gunakan teknologi untuk mengembangkan energi terbarukan. Kalau tahu transportasi yang boros itu memakan, meminum BBM berlebih-lebihan, teknologi harus menghadirkan transportasi yang hemat BBM, syukur-syukur listrik. Pabrik-pabrik yang boros BBM juga dibikin lebih hemat dan lain-lain, itu juga kontribusi teknologi. Pendek kata, energy security, food security, water sustainability harus kita jaga, termasuk kontribusi teknologi dan inovasi.

Yang terakhir, apa yang menjadi solusi global, solusi bersama adalah diperlukan kerja sama dan kemitraan yang efektif antar bangsa, antar negara. Saudara tahu bahwa dalam menghadapi climate change, negara maju, negara berkembang, kita semua harus menganut prinsip common. Jadi semua bertanggung jawab. Differentiated responsibility, tapi ada bedanya dikit-dikit dan respective capability sesuai dengan kemampuannya.

Negara yang maju, yang kaya tentu juga harus berkontribusi lebih banyak dibandingkan negara yang miskin, yang belum maju. Perlu juga teknologi, techology sharing, jangan dimiliki sendiri, tahu dunianya susah, yang punya teknologi tidak mau berbagi dengan yang lain, itu juga tidak bagus. Demikian juga financial support, negara yang punya sumber finansial yang besar, punya kepentingan agar lingkungan dunianya baik, dia juga ikut membantu bagi negara yang memerlukan bantuan. Itulah sebetulnya kerja sama dan kemitraan global yang kita harapkan, betul-betul adil, betul-betul fair dan betul-betul menjadi bagian dari solusi.

Itulah Saudara-saudara dan menutup sambutan saya ini, akhirnya untuk kita sendiri, untuk bangsa Indonesia apa yang mesti kita lakukan ke depan. Saya sebagai Kepala Negara yang sedang mengemban amanah untuk memimpin bangsa ini mengajak, marilah kita sungguh bertanggung jawab dan terus berupaya untuk melestarikan lingkungan kita, yang tulus, yang bertanggung jawab, bukan karena tekanan dari siapa pun, kepentingan kita sendiri. Yang kedua, dengan penjelasan saya sebelumnya diperlukan kerja sama dan kemitraan dengan negara lain untuk mengatasi perubahan iklim ini.

Dan secara khusus tepat pada Hari Lingkungan Hidup, sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Gusti Muhammad Hatta tadi. Mungkin sudah ada Protokol Nagoya yang sudah menjadi kesepakatan oleh bangsa-bangsa sedunia katakanlah begitu, pengaturan yang adil bagi siapa yang memiliki sumber flora, fauna dan genetika, marilah kita tindak lanjuti dan kita sukseskan. Dengan demikian, akan menjadi adil pengaturan sumber daya-sumber daya itu.

Yang berikutnya lagi sudah ada kesepakatan Indonesia dan Uni Eropa yang disebut dengan Voluntary Partnership Agreement on Forest Law Enforcement, Governance and Trade. Mari kita sukseskan. Singkatnya banyak tukang tadah di luar negeri, kita digebuki, Indonesia, menjual hutan, kayu-kayu yang katanya tidak benar, merusak lingkungan, memang ada, kejahatan di sana-sini, itulah yang terus kita berantas, yang namanya illegal logging. Tapi juga ada tukang tadahnya di luar negeri. Kalau mau baik ya bareng-bareng, kita beresin di dalam negeri, jangan ada yang negara lain, yang menjadi tukang tadah dari kayu-kayu yang tidak legal, kayu-kayu yang tidak halal, kayu-kayu yang tidak sebenarnya bisa dijual di luar negeri. Itulah sebetulnya kesepakatan yang harus kita jalankan.

Dan akhirnya, marilah kita menjaga standing kita. Kalau kita sudah dinilai cukup gigih, cukup serius di dalam menjaga kelestarian lingkungan, jangan kendor, marilah kita jaga terus-menerus sehingga Indonesia akan terus menjadi salah satu global champion on environment yang tentu baik bagi kita sendiri dan baik bagi dunia.

Itulah Saudara-saudara, yang ingin saya sampaikan. Terima kasih sekali lagi, kepada para pecinta dan pejuang lingkungan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, selalu menuntun perjalanan bangsa ini, membangun masa depan yang lebih baik, masa depan di jalan yang ridhoi oleh Allah SWT.

Sekian, Saudara-saudara.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


*****


Biro Pers, Media, dan Informasi
Sekretariat Presiden

No comments:

Post a Comment