Tuesday, January 18, 2011

PEMBANGUNAN BERORIENTASI NILAI TAMBAH II

Pertumbuhan Pembangunan

Untuk mencapai pertumbuhan pembangunan nasional berkesinambungan, beberapa langkah dan tujuan harus dilakukan, seperti:
  1. Optimasi biaya pengembangan dan produksi;
  2. Pembagian kerja dan jam-kerja;
  3. Kerjasama internasional dalam pengembangan, produksi, dan pemasaran bagi kegiatan industri dan agroindustri;
  4. Kesadaran pentingnya stabilitas politik dan ekonomi sebagai prasyarat keunggulan industri dan agro- industri;
  5. Keseimbangan pembangunan perkotaan dan pedesaan yang mengkait dengan kualitas peningkatan kehidupan industri dan agroindustri yang berkesinambungan;
  6. Pendistribusian merata kekayaan dunia dan kekayaan nasional;
  7. Pendistribusian yang merata, adil, dan bijaksana; sikap bertanggungjawab terhadap perdamaian dunia dan nasional; serta kualitas peningkatan kehidupan berkesi- nambungan;
  8. Pendistribusian yang merata, adil, dan bijaksana beban biaya bagi pertumbuhan pembangunan global yang berkesinambungan.15

    Mengenai pembagian kerja dan jam-kerja, suatu negara tidak dapat hanya menjadi produser atau pengekspor. Kerja dan jam-kerja harus ditanggung dengan yang lain, jika tidak, tidak seorangpun akan tertarik membeli produk tersebut. Penjelasannya sederhana. Orang hanya dapat membeli barang jika mereka memiliki uang untuk membeli. Negara dapat menhasilkan uang dengan menjual sumber daya alamnya atau produk manufakturnya. 
    Karena itu, semua bangsa membutuhkan ruang kerja yang akan dapat meningkatkan daya belinya. Dalam hal ini, Jepang sudah memperoleh sukses dari pembagian kerja dengan negara lain. Sudah saya jelaskan terdahulu, bahwa peningkatan penduduk harus diikuti dengan peningkatan proporsional GDP. Kita dapat memperhatikan situasi sekarang dengan memfokuskan perhatian pada dua faktor tersebut. Perkiraan pertumbuhan penduduk di negara-negara terbesar dunia dapat dilihat pada Tabel 2.
    Tabel 2. Perkiraan pertumbuhan penduduk di negara-negara besar pada 2025
    Negara
    Jumlah Penduduk (juta)
    India
    China
    Nigeria
    Pakistan
    Indonesia
    Brazil
    Meksiko
    Iran
    Zaire
    Tanzania
    Kenya



    2.000
    1.500
    301
    267
    263
    245
    150
    122
    99
    84
    77

    Sumber: World Resources 1990-1991

    Dalam kasus Indonesia, penduduk akan menjadi 263 juta pada 2025. Kendati Indonesia memiliki pengendalian kelahiran yang unggul, penduduk terus meningkat disebabkan peningkatan kualitas kehidupan, rendahnya tingkat kematian bayi, lebih lamanya harapan hidup, dan sebagainya. Dibandingkan dengan peningkatan GDP pada 1970, 1992, dan 2010, kawasan Asia Pasifik menunjukkan tren positif. GDP meningkat dari13.4% menjadi 22%, dan akhirnya 29%. Eropa menurun dari 41% ke 36%, dan turun lagi ke 31%, sedangkan AS juga menurun dari 31% ke 28%,
    dan turun lagi ke 24%.
       


     


     

    Namun, dibandingkan dengan perkiraan di atas, hal itu menujukkan ketidakseimbangan distribusi kekayaan dunia pada 1990. Di antara penduduk dunia 5,295 juta, 54.4% penduduk mendapatkan pendapatan per kapita 330 USD, sedangkan 16% penduduk mendapatkan endapatan per kapita 19.520 USD. 16
    Karena kita memperbincangkan sumber daya manusia, kita harus memikirkan bagaimana mengembangkan faktor kunci yang penting ini yang dianggap sebagai kapital. Kita tidak hanya peduli dengan performansi produktivitas yang sederhana, tapi lebih penting lagi dengan pertumbuhan produktivitas performansi. Performansi yang berorientasi pada pertumbuhan krusial bagi Indonesia, bagaimana Indonesia dapat mengejar Jepang jika pertumbuhan produktivitas performansinya lebih rendah daripada Jepang?
    Lagi pula, jika pertumbuhan produktivitas performansi sumber daya manusia digabungkan dengan penggunaan teknologi kita akan memiliki pertumbuhan produktivitas performansi sumberdaya manusia terpadu. Sebelum membahas masalah ini lebihlanjut, kita perlu mengamati performansi perusahaan, seperti IBM misalnya. Perusahaan multinasional ini memiliki banyak cabang di seluruh dunia sehingga cabang IBM di manapun harus mempunyai ramuan yang sama untuk mencapai output yang sama untuk produk yang sama pula.
    Kendati produk tertentu didasarkan pada teknologi yang sama dan jumlah pekerja yang sama dengan pengalaman akumulatif yang sama, output dari setiap cabang akan secara total berbeda. Apa faktor pembedanya? Jawabnya adalah perbedaan kultur dan lingkungan kerja. Teknologi tak dapat dipisahkan dengan kultur dan lingkungan kerja, teknologi merupakan bagian dari kultur itu sendiri. Interaksi antara kedua faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 5
    Efisiensi performansi nasional (EPN) merupakan jumlah total penduduk dikurangi jumlah penduduk non-produktif dibagi jumlah penduduk seluruhnya (lihat gambar 6). Penduduk non-produktif adalah orang-orang yang masih berada di bangku sekolah, para pensiunan, dan para penganggur.
    Mereka tidak menyumbang pertumbuhan GDP suatu masyarakat tapi malah menjadi beban masyarakat. EPN merupakan fungsi kualitas hidup dan jika seseorang berada pada sekitar 60-65%, dia tidak dapat meningkat sampai 8%. Tidak mungkin. EPN telah dihitung sebagai fungsi umur, produktivitas, dan sebagainya. Nilai tertingginya adalah 60%. Pertumbuhan EPN yang tinggi sangat penting, selain pencapaian pertumbuhan produktivitas performansi sumber daya manusia yang tinggi. 17

    Definisi Modal Modal merupakan fungsi sumber daya manusia, iptek, dan uang. Di dalam industri, modal dapat dibagi menjadi modal kepadatan rendah (MKR, seperti industri garmen, tekstil, sepatu, dan sebagainya), modal kepadatan mene-ngah (MKM, seperti industri barang-barang elektronik, obat-obatan, dan sebagainya), dan modal kepadatan tinggi (MKT, seperti industri pesawat terbang, maritim, kompu-ter, telepon, dan sebagainya).18 (Lihat Gambar 7).
         
          Di dalam industri, MKR memiliki karakter seperti tingkat pendidikan rendah (SD), tingkat teknologi rendah, pe-ngembalian modal (ROI) cepat, mudah berpindah ke negara lain, risiko tergantung-manajer. MKM dan MKT masing-masing memerlukan spesifikasi menengah dan tinggi, mencakup tingkat pendidikan yang diperlukan, tingkat teknologi, ROI, perpindahan industri, tingkat risiko, dan sebagainya. (Lihat Tabel 3). 
                  Tabel 3.



                Tolok Ukur




                Industri






                Rendah




                Menengah




                Tinggi


                1. Pendidikan


                2. Teknologi


                3. Return of Invesment (ROI)

                4. Pergerakan Industri

                5. Resiko
                SD


                Kurang Padat


                Cepat


                Cepat pinadah kenegara yang menguntungkan

                Tergantung Manajemen (P3N/PEPN)
                SMP/SMA 3-12 Bulan Kursus

                Menengah padat


                Sedang

                Cepat Pindah



                Tergantung Manajemen (P3N/PEPN)
                SMA+4 Tahun Kursus

                Tinggi

                Lambat

                Menetap


                Tergantung Manajemen (P3N/PEPN)
                    Di dalam MKR, bahkan pelajar putus sekolah dasar dapat bekerja di industri garmen untuk membuat pakaian jeans. Meskipun mereka menggunakan mesin jahit dengan micro processor, para pekerja itu tidak memiliki hubungan dengan mesin. Mereka hanya menekan tombol dan segala sesuatunya diselesaikan dengan komputer. Karena rendahnya pengetahuan mereka di bidang teknologi, para pekerja itu tidak perlu memahami mekanisme teknologi.
                    ROI yang cepat dan industri dapat dengan mudah berpindah dari satu negara ke negara lain yang lebih banyak mendatangkan keuntungan. Misalnya, kita tahu bahwa satu komoditi ekspor Jepang yang utama adalah garmen dan tekstil, dan kemudian itu berpindah ke Korea, ke Taiwan, dan selanjutnya ke Asia Tenggara termasuk ke Indonesia. Pada waktu itu, data dari Badan Penanaman Modal kita menunjukkan bahwa angka untuk investasi jenis ini menurun. Dan makin lebih banyak lagi yang ke luar dari Indonesia karena adanya keunggulan komparatif yang lebih baik di negara lain. Namun, itu tidak berarti industri garmen di masyarakat akan tidak ada sama sekali.
                    Industri garmen tetap akan ada untuk memenuhi pasar domestik yang captive, tetapi itu tidak dapat diandalkan pada pendapatan devisa asing sebab produk negara lain lebih murah. Industri MKM membutuhkan para pekerja dengan tingkat pendidikan sekolah menengah pertama atau menengah atas plus kursus khusus selama lebih dari 3-12 bulan. Para pekerja memerlukan pengetahuan teknologi menengah untuk memahami mesin, jika tidak mereka akan merusak mesin dan biaya akan meningkat.
                    Industri MKM dapat bergerak ke negara lain yang lebih menguntungkan, tapi tidak begitu mudah. Jenis industri ini didasarkan pada paduan keunggulan komparatif dan kompetitif, kedua keunggulan tersebut diperlukan. Perusahaan yang didasarkan pada adanya keunggulan komparatif hanya terfokus pada pembangunan sumber daya manusia. Risikonya sangat terkait dengan masalah manajemen. Proses transformasi teknologi bagi negara maju berbeda dari proses transformasi di negara berkembang.
                    Di negara maju, transformasi dimulai dengan pengembangan ilmu terapan dan ilmu dasar, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan teknologi, integrasi teknologi, dan pengakuan hak milik intelek- tual. Di pihak lain, proses transformasi di negara berkembang, seperti Indonesia, harus mengikuti arah yang berlawanan dengan arah atau proses yang berlaku di negara maju. Transformasi di negara berkembang dimulai dari produksi barang atas dasar lisensi, dengan memperhatikan mutu, biaya dan jadual.
                    Lisensi ini harus dibayar oleh pasar domestik dan secara bertahap melalui ekspor ke pasar global dan regional. Integrasi teknologi bagi produk baru dapat dilakukan secara sekaligus, yang kemudian dipasarkan secara domestik, regional, dan global. Itu menjadi mungkin hanya jika pada tahap akhir negara berkembang memproduksi melalui pusat-pusat pengembangan dan pe- nelitian pada ilmu terapan dan ilmu dasar. Proses transformasi di negara berkembang telah ditunjukkan oleh Industri Pesawat Terbang Nusantara dan Pusat R&D-nya.
                    Langkah awal transformasi dimulai 18 tahun lalu dengan 17 insinyur dan 480 pekerja yang mulai membuat pesawat dan helikopter di bawah lisensi. Empat tahun kemudian, IPTN melompat ke integrasi teknologi dengan mengembangkan CN-235 dengan CASA, Spanyol. Selama ini sudah terjual lebih dari 200 unit CN-235. Tahap ketiga dimulai 10 tahun lalu dengan pengembangan teknologi baru. Pesawat terbang baru, N-250, yang mampu mengangkut 70 penumpang dengan teknologi kendali fly-by-wire.
                    Pesawat yang telah meluncur dari hanggar pada 10 Nopember 1995 itu akan diproduksi di Amerika Serikat untuk pasar NAFTA. Langkah akhir transformasi akan ditunjukkan pada 2006 dengan rancangan pesawat terbang bermesin jet, berbadan lebar, berkecepatan trnsonik dan termodinamik. Proses transformasi tidak dapat dilakukan menurut langkah yang ditempuh negara maju, tapi harus dilakukan dengan cara berlainan, melalui proses rekayasa terbalik.19
                    Transformasi menuju masyarakat industri dicapai melalui pengembangan dan kerjasama hubungan yang erat antara pembangunan infrastruktur sumberdaya manusia, iptek, dan ekonomi (energi, transportasi, prosesing data, dan sebagainya) yang diorientasikan pada kebutuhan masyarakat. Produksi harus berorientasi pada pasar yang hanya dapat dicapai melalui ekonomi biaya-rendah. Keseluruhan ekonomi yang dilakukan dalam masyarakat merupakan kombinasi nilai tambah dan biaya tambah. Orang mencari maksimum nilai tambah dan minimum biaya tambah.
                    Kombinasi dua faktor ini melalui penggunaan teknologi yang benar dan waktu yang tepat menghasilkan persaingan ekonomi. Kesimpulannya, seni untuk mengoptimasikan kombinasi nilai tambah dan biaya tambah. Tabel 1 menunjukkan harga beras sebesar 0.24 USD/kg yang dianggap sebagai 100%, produk-produk lain berkisar dari persentase yang relatif tinggi sampai ke sangat tinggi, yang merupakan harga lebih baik dibandingkan dengan beras. Pada Tabel 3 tersebut, nilai tertinggi merupakan persentase satelit (yaitu dengan nilai tambah 18.333.333%) yang mencerminkan pelibatan banyak ilmu pengetahuan dan teknologi dan perangkat otak manusia di dalam proses produksinya.20
                    Semua aktivitas ekonomi menghasilkan nilai tambah tertentu. Dalam bidang pelayanan (service) ada biaya (cost) yang harus kita keluarkan. Dan itu tiada lain merupakan nilai dari pelayanan yang diberikan. Jadi, dalam setiap perekonomian selalu ada proses nilai tambah. Perbedaannya adalah, ada proses nilai tambah yang hasilnya rendah, setengah menengah, menengah, tinggi dan tinggi sekali. Kalau manusia membuat pakaian, manusia tersebut melaksanakan proses nilai tambah juga. Ia beli kain, mesin dan seterusnya.
                    Lantas baju yang dihasilkannya itu dijual ke pasar dengan harga yang lebih tinggi dari bahan-bahan sebelumnya. Itu berarti menghasilkan nilai tambah juga. Hanya saja nilai tambah yang diberikannya relatif rendah, dan sangat rentan terhadap fluktuasi pasar. Karena membuat celana jean atau tekstil atau pakaian jadi itu teknologinya relatif sederhana, banyak orang yang bisa membuatnya, banyak negara yang menawarkannya. Karena banyak yang menawarkan, di pasar yang permintaannya terbatas, harganya ditentukan tidak sesuai dengan kehendak si pembuat melainkan tergantung sepenuhnya pada kondisi pasar. Lain halnya dengan satelit atau kapal terbang.
                    Nilai tambah yang diberikan oleh kedua produk tersebut sangat tinggi. Karena kadar teknologi yang digunakannya sangat tinggi, maka tidak banyak yang menguasainya. Akibatnya, jumlah pesaing relatif sedikit dan hambatan-hambatan pasar nyaris tidak ada. Dengan demikian, produsen lebih bebas menentukan harganya sendiri. 21
                    Kendati demikian, bagaimana suatu negara memberikan tekanan tertentu dalam pengembangan teknologi dan nilai tambahnya sangat tergantung pada konteks negara yang bersangkutan. Adalah wajar, jika negara-negara maju lebih dulu mengembangkan SDM dan teknologi yang bertaraf tinggi. Tetapi bukan berarti bahwa tahapan-tahapan perkembangan Iptek dan SDM ini harus dilewati secara teratur oleh negara-negara berkembang. Sebab jika demikian, negara tersebut bisa terusmenerus tertinggal. Jadi yang perlu dipermasalahkan bukanlah penerapan teknologi rendah, madia atau teknologi canggih, melainkan ketepatan dari penggunaan teknologi tersebut dalam meningkatkan nilai tambah, sebab teknologi canggih juga sangat dibutuhkan bagi pengembangan masyarakat desa, misalnya dalam penggunaan solar cell untuk pembangkit listrik. 

                  No comments:

                  Post a Comment