Thursday, October 28, 2010

INDUSTRIALISASI DAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN I

INDUSTRIALISASI DAN PEMBANGUNAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN 
 
 

Di masa depan, industri nasional akan menjadi sangat penting, karena fungsinya yang makin luas dan kompleks. Ia akan menjadi tulang punggung pengolahan sumber daya alam Indonesia; merupakan alternatif penyediaan lapangan kerja; penggerak pembangunan nasional; dan menjadi ajang yang tepat bagi pengujian dan penerapan teknologi dalam upaya meningkatkan nilai tambah. 
Yang perlu dipertimbangkan dalam kerangka industrialisasi ini adalah keselarasannya dengan upaya perlin-dungan lingkungan hidup. Karena bumi yang kita huni saat ini bukan hanya milik generasi masa kini, tapi juga diperuntukkan bagi generasi masa depan. Masalah ini harus ditangani oleh masyarakat dunia secara bersama. Karena dalam kenyataannya, hal itu tidak dapat diselesaikan oleh masing-masing negara secara sendiri-sendiri.
(B.J. Habibie) 

Jika kita renungkan hasil-hasil pembangunan yang telah kita capai dalam kurun sekitar 10 tahun terakhir, tam- paknya telah cukup kita letakkan landasan-landasan yang diperlukan untuk kembali memusatkan perhatian pada sasaran semula pembangunan di tanah air, yaitu pengembangan kemampuan bangsa Indonesia untuk menciptakan suatu kehidupan yang lebih produktif bagi dirinya sendiri dan melampaui hal itu, mencapai tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yang semakin tinggi.

Sebagaimana kita ketahui, selama beberapa Repelita awal, prioritas Pembangunan Nasional lebih diarahkan pada usaha-usaha rehabilitasi, pemulihan kredibilitas Indonesia di luar negeri, serta pengembangan kemampuan kita memperoleh modal untuk pembangunan. Antara ketiga usaha tersebut jelas ada hubungan kait-mengait yang erat.

Rehabilitasi yang kita lakukan tidak hanya menyangkut rehabilitasi prasarana fisik di berbagai sektor pembangunan seperti: pertanian, perhubungan, pengangkutan dan lain sebagainya, tetapi juga menyangkut rehabilitasi prasarana non-fisik seperti: penyempurnaan kelembagaan dan prosedur baik di dalam aparatur negara maupun di dalam organi- sasi-organisasi masyarakat.

Bersamaan dengan itu, telah diusahakan pula pemulihan kembali serta pengembangan rasa kepercayaan luar negeri pada tekad serta kemampuan kita untuk melaksanakan pembangunan melalui penciptaan iklim yang menunjang pembangunan. Kedua hal tersebut sangat penting untuk menunjang keberhasilan kita di dalam usaha pokok yang ke tiga, yaitu pengembangan kemampuan dalam memupuk serta mengerahkan modal untuk pembangunan pada tingkat-tingkat berikutnya. Dengan telah dipulihkannya prasarana di berbagai sektor yang pen-ting, semakin mantapnya kepercayaan luar negeri dan rasa percaya diri kita, serta semakin meningkatnya reserve modal kita, maka Bangsa Indonesia kini telah semakin siap untuk mengalihkan perhatian kembali pada sasaran semula pembangunan, yaitu pembangunan kemampuan manusia Indonesia.

Dengan demikian pada Repelita-Repelita mendatang, persoalan yang menyangkut kelengkapan prasarana, kredibilitas kita di luar negeri serta tersedianya modal bagi pembangunan, tidak perlu lagi diberikan bobot urgensi setinggi seperti pada Repelita-Repelita sebelumnya. Ini tidak berarti bahwa faktor tersebut tidak perlu lagi dibina dan dikembangkan lebih lanjut. Namun sebagaimana telah menjadi tekad kita bersama dalam GBHN terkahir ini, usaha pemupukan modal serta usaha mempercepat laju per-tumbuhan ekonomi perlu lebih kita padukan dengan usaha peningkatan kesempatan kerja yang produktif serta usaha pemerataan kesempatan membangun dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Ini berarti suatu keharusan untuk melakukan investasi lebih banyak di dalam usaha-usaha meningkatkan keterampilan bangsa Indonesia.

Pembangunan dengan pemerataan akan lebih terjamin dengan adanya upaya mempertinggi kemampuan bangsa Indonesia untuk ikut serta secara aktif di dalam proses nilai tambah. Oleh karena itu, salah satu usaha pokok yang perlu dilaksanakan dalam rangka peningkatan kesempatan kerja yang lebih produktif adalah menyelenggarakan program-program yang bertujuan agar bangsa Indonesia secara aktif dapat ikut serta dalam proses produksi atau proses nilai tambah; secara aktif dapat ikut menyempurnakan proses produksi; dan suatu ketika, secara aktif dapat merancang sendiri proses nilai tambah tersebut, termasuk merancang dan membuat peralatan dan mesin yang diperlukan bagi terselenggaranya keseluruhan proses tadi.

Upaya agar bangsa Indonesia dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses produksi yang dirancang orang lain dapat kita sebut "pengadaan" (acquisition) dan "penerapan" (application) teknologi. Usaha agar bangsa Indonesia dapat secara aktif ikut menyempurnakan proses produksi, termasuk penyempurnaan alat-alat produksi, dapat dinamakan "pengembangan teknologi". Dan usaha agar bangsa Indonesia dapat merancang sendiri proses produksi, termasuk merancang dan membuat peralatan dan mesin-mesin yang diperlukan dapat kita namakan "penciptaan teknologi".

Ketiga macam usaha tersebut bukanlah variabel eksogenous, yang bisa dikembangkan secara lepas dari proses produksi. Tetapi sebaliknya, optimasi pengembangan ketiga hal itu hanya dimungkinkan jika terintegrasi ke dalam proses produksi.

Mempertimbangkan semua itu berarti, bahwa kita me-merlukan suatu wahana yang secara adekuat dapat menampung upaya-upaya perluasan kesempatan kerja di satu sisi, sekaligus sebagai ajang pengembangan sumberdaya manu- sia dan penguasaan teknologi di sisi lainnya. Dengan memperhitungkan masalah muatan nilai tambah dan peningkatan keunggulan kompetitif Indonesia di masa depan, kita telah sepakat bahwa pada PJPT II nanti, wahana utama yang kita pilih untuk mengembangkan kemampuan ekonomi Indonesia akan lebih berorientasi pada sektor industri.

Urgensi Industrialisasi 
Perkembangan sektor industri nasional di masa yang akan datang akan menjadi sangat penting, karena memiliki fungsi yang makin luas dan makin kompleks, antara lain:
Pertama, industri nasional akan menjadi tulang punggung pengolahan sumberdaya alam Indonesia. Sumberdaya alam Indonesia sangat beraneka dan besar jumlahnya, yang sampai saat ini masih banyak yang belum dapat kita olah, karena belum dikaji secara teliti teknologi pengolahannya lagi pula belum diperoleh; dan manfaatnya bagi masyarakat belum diketahui. Sebagai contoh, masih ada data dari sumberdaya laut yang diperoleh lebih limapuluh tahun yang lalu sampai sekarang belum selesai diteliti. Oleh karena itu, industri nasional di masa yang akan datang harus berorientasi pada pengolahan secara maksimal sumber-sumber kekayaan alam Indonesia.

Kedua, industri nasional merupakan suatu alternatif penyediaan lapangan kerja. Sebagai akibat pertambahan penduduk, terjadi pertambahan angkatan kerja, yang diper- kirakan setiap tahunnya berjumlah rata-rata 2,4 juta orang. Masalah tenaga kerja ini perlu diatasi dengan mendorong majunya industri, sehingga dapat menampung besarnya demand terhadap lapangan kerja.

Sebagian orang melihat pertambahan penduduk sebagai masalah sosial yang besar. Sehubungan dengan itu saya hendak mengajak setiap kita berpikir secara lain, dan melihat pertambahan penduduk dari segi dan kacamata yang berlainan pula. Saya mengajak setiap kita memandang persoalan penambahan penduduk sebagai potensi nasional yang perlu dikembangkan, suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan.


Tetapi hal itu tidak mudah terutama karena kita belum rnempunyai pengetahuan yang cukup untuk itu. Kita sudah terlalu biasa memandang pertambahan penduduk sebagai masalah sosial. Oleh karena itu kita coba memecahkannya juga dengan cara-cara pendekatan sebagaimana kita memecahkan masalah sosial lainnya, seperti misalnya kita coba memecahkan pembiayaan pembersihan kota, dinas pemadam kebakaran, dan sebagainya, melalui pungutan pajak tertentu.

Selama kita melihat pertambahan penduduk dengan kaca mata demikian, selama itu pula kita tidak dapat me-ngatasi persoalan ini. Apakah dapat mengatasi persoalan pertambahan angkatan kerja sebesar 2,4 juta per tahun itu dengan demikian caranya? Jawabnya jelas tidak. Kita hanya dapat mengatasi persoalan itu jika kita mulai berpikir dan menganggap kependudukan tersebut sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam proses produksi, sebagaimana memanfaatkan suatu bentuk energi secara terarah pada sasaran-sasaran perjuangan bangsa Indonesia.

Dalam pengembangan dan pemanfaatan tenaga manusia kita harus memperhitungkan fakta bahwa sebagai makhluk Tuhan, manusia mempunyai perasaan, nilai-nilai etika, agama, estetika, tradisi dan kebudayaan. Peran industri untuk mengimbangi laju pertambahan penduduk sangat besar, karena dapat memberikan cukup lapangan kerja bagi orang-orang Indonesia, dan dengan demikian akan tercapailah tujuan pembangunan nasional kita. Universitas berkewajiban dan bertanggung jawab dalam mempersiapkan tenaga-tenaga ahli yang dibutuhkan dengan kualitas dan kuantitas yang mencukupi kebutuhan tenaga-tenaga ilmiah dan peneliti Indonesia pada tahun 1985 dan 2000 untuk dapat mendorong dan memajukan industri nasional serta ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Ketiga, industri besar peranannya sebagai penggerak pembangunan nasional. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa semua negara yang telah maju, mendasarkan pendapatan nasionalnya pada basis industrialisasi. Oleh karena itu kita selalu berusaha untuk mengubah negara kita yang bersifat agraris menuju negara yang bercorak industri. Dalam suatu negara industri, kita dapat mengembangkan proses nilai tambah yang berorientasikan pada produksi dan pemasaran barang-barang jadi yang dibutuhkan di pasar dalam dan luar negeri, dengan kemampuan sumberdaya yang dimiliki bangsa kita sendiri. Sambil melaksanakan proses industrialisasi, hendaknya kita usahakan agar "kandungan lokal" (local content) yang kita miliki benar-benar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, dengan menerapkan prinsip optimasi nilai tambah seperti yang telah saya jelaskan di muka.

Dengan diterapkannya prinsip-prinsip ini, akan berkembang hasil-hasil sampingan berupa tumbuh dan berkembangnya industri penunjang yang akan mendukung industri utama, yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi; yang diperlukan untuk kepentingan masyarakat. Dengan tumbuhnya berbagai hal itu, menjadi jelas bahwa di masa yang akan datang peranan industri dalam menggerakkan Pembangunan Nasional akan semakin meningkat.

Keempat, industri merupakan tempat pengujian dan penerapan teknologi. Seperti telah saya singgung di atas, adanya industrialisasi sangat erat hubungannya dengan penerapan teknologi, baik yang sudah lama kita kenal di tanah air maupun yang baru kita datangkan dari luar negeri.

Dengan adanya kemampuan dan keterampilan tenaga-tenaga ahli Indonesia yang bergerak dalam bidang industri tersebut, maka akan diperoleh pengalaman dan hal-hal baru, yang selanjutnya dapat dikembangkan dalam penelitian laboratorium, di mana kemudian akan kita peroleh inovasi-inovasi dan modifikasi-modifikasi terhadap berbagai teknologi yang telah ada. Hasil-hasil ini bisa kita terapkan dan kita uji kebenarannya secara optimal dalam proses produksi, hanya jika kita telah mampu menyiapkan industri nasional yang kuat.

Kita menyadari bahwa kemajuan teknologi begitu pesat, dan sudah dapat dipastikan bahwa dimasa-masa yang akan datang kita hidup dalam suasana teknologi tinggi yang serba otomatis dan serba membutuhkan pasokan tenaga listrik sebagai tenaga penggeraknva. Oleh karena itu sejak sekarang kita sudah harus siap memikirkan nasib Bangsa dan Negara kita dari keadaan-keadaan yang demikian canggih dan rumit. Itulah sebabnya para tenaga ahli yang dididik di universitas-universitas harus selalu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya, sejalan dengan kebutuhan-kebu- tuhan pembangunan nasional dan perspektif masa depan Bangsa Indonesia.

Dengan memperhatikan keempat urgensi pengembangan industrialisasi tersebut, semakin jelas betapa relevannya hal itu sebagai sarana pencapaian tujuan Pembangunan Jangka Panjang Kedua, yang bermaskud hendak mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera.

 (Bersambung)

No comments:

Post a Comment