Apabila diperhatikan, GDP dari
negara-negara PBE ternyata lebih besar bila dibandingkan dengan AS dan
Jepang, data tahun 1994 ketika negara-negara seperti Swedia dan Swiss
yang baru masuk PBE tahun 1995 belum dihitung sebagai anggota PBE.
Tentunya data pada tahun 1995 akan lebih besar lagi. Negara-negara di
luar AS, PBE, dan Jepang yang terdiri dari negara-negara Cina,
Singapura, India, Hongkong, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan
dan sebagainya mempunyai total GDP sebesar 8,91 triliun USD.
Dalam
perhitungan, dengan sengaja dikelompokkan negara-negara Cina,
Singapura, Hongkong , Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, dan Taiwan.
karena mereka termasuk negara-negara di Asia, yang mempunyai pertumbuhan
ekonomi cukup tinggi dan diasumsikan akan mencapai rata-rata 8 % untuk
25 tahun mendatang. Kita mengetahui bahwa pertumbuhan ekonomi di Cina
ada yang mencapai 20 % ke atas, dan di Cina daratan rata-rata sekitar 12
% sampai 13 %. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia rata-rata 7 %. Oleh
karena itu kelompok negara-negara Asia yang di sebutkan di atas,
pertumbuhan ekonominya diasumsikan rata-rata 8 %. Sedangkan kelompok
yang lainnya, ada yang mempunyai pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi ada
pula yang rendah, misalnya negara-negara bekas Uni Soviet, bahkan ada
yang negatif.
Tetapi bila diproyeksikan untuk 25 tahun
mendatang, saya yakin mereka akan mencapai "dua angka" (double ligit), yang negatif akan
mendakati nol, kemudian di atas nol, dan terus setelah 10 tahun
pertumbuhannya akan mencapai "dua angka". Dengan demikian untuk kelompok
negara-negara ini dalam 25 tahun mendatang, pertumbuhannya bisa
diasumsikan sekitar 3,5 %. Sedangkan negara-negara Amerika, Jepang dan
PBE, sudah saya pelajari dan pertumbuhannya dalam 25 tahun mendatang
cukup diasumsikan dengan rata-rata 2%, karena memang perkembangannya
sudah jenuh.
Dengan dasar asumsi pertumbuhan ekonomi
seperti diuraikan di atas, kita dapat melihat sumbangan atau kontribusi
GDP dari kelompok negara-negara AS, PBE, dan Jepang, kelompok
negara-negara Asia, dan kelompok negara lainnya terhadap GDP dunia pada
tahun 1994, bila disatukan maka negara-negara Asia akan memberikan
sumbangan 20,8% terhadap GDP dunia dengan jumlah US$ 5,614 triliun,
sedangkan kelompok negara lainnya memberikan sumbangan 12,2% dengan
jumlah US$ 3,296 triliun, sehingga total GDP dunia pada tahun 1994
berjumlah US$ 27,0 triliun.
Sepuluh tahun kemudian, tahun 2004, dengan asumsi pertumbuhan kelompok negara seperti diuraikan di atas, dan dengan rata-rata pertumbuhan GDP dunia 3,7% maka negara-negara AS, PBE, dan Jepang memberikan sumbangan 56,8% terhadap GDP dunia dengan jumlah US$ 22.070 triliun. Ini berarti sudah turun dari 67.0% pada tahun 1994 menjadi 56,8% pada tahun 2004. Negara-negara Asia akan mengalami kenaikan dan memberikan sumbangan 31,2% dengan jumlah US$ 12,20 triliun. Adapun kelompok negara lain memberikan sumbangan turun dari 12, 6% menjadi 12,0% dengan jumlah US$ 4,651 triliun sehingga total GDP dunia pada tahun 2004 menjadi 38,841 triliun USD.
Tahun 2009, dengan rata-rata pertumbuhan GDP dunia 3,9% negara-negara AS, PBE, dan Jepang memberikan sumbangan 51,1% dengan jumlah US$ 24,349 triliun dan ini merupakan penurunan saham dari lima tahun sebelumnya. Negara-negara Asia akan tetap mengalami kenaikan dengan memberikan sumbangan 37,3% terhadap GDP dunia dengan jumlah US$ 17,808 triliun. Sedangkan sumbangan kelompok negara lain akan mengalami penurunan menjadi 11,6% dengan jumlah US$ 5,521 triliun, sehingga total GDP dunia pada tahun 2009 menjadi US$ 47,678 triliun. Mengalami kenaikan cukup besar bila dibandingkan dengan 1994. Ini berarti "kue"nya menjadi besar, akan tetapi pembagiannya sudah berubah.
Tahun 2014, dengan rata-rata pertumbuhan GDP dunia selama 20 tahun sebesar 4,0%. Hal ini semakin menarik. Negara-negara AS, PBE dan Jepang , sumbangan nya terhadap GDP dunia turun menjadi 45,1% sedangkan negara-negara Asia naik menjadi 43,9% dan kelompok negara lain menjadi 11,0% dengan total GDP dunia menjadi US$ 59,607 triliun.
Dengan demikian memang secara absolut terjadi pertumbuhan dan ada kemajuan, tetapi distribusinya mengalami perubahan. Oleh karena itu, dalam merekayasa sesuatu kita harus mengetahui bahwa tingkat kehidupan manusia secara global meningkat sehingga mereka bisa menyisihkan sebagian dananya untuk keperlua produk teknologi tinggi termasuk kapal laut, pesawat terbang, satelit dan sebagainya.
Tahun 2019 adalah tahun terakhir Repelita X bangsa Indonesia. Dengan rata-rata pertumbuhan GDP dunia sebesar 4,2 % selama 25 tahun sumbangan GDP dari negara-negara AS, PBE, dan Jepang turun menjadi 39, 1% dengan jumlah US $ 29,686 triliun, sedangkan negara-negara Asia sumbangannya meningkat menjadi 50,7 % dengan jumlah US $ 38,445 triliun, dan sumbangan kelompok negara lainnya 10,2 % dengan jumlah US $ 7,779 triliun, sehingga total GDP dunia pada tahun ini menjadi US$ 75,910 triliun. Jadi dalam kurun waktu 25 tahun mendatang, total GDP dunia akan meningkat hampir tiga kali dari jumlah pada tahun 1994, tetapi dengan distribusi yang berlainan sekali.
Pada tahun 2019 jumlah dan sumbangan GDP dari negara-negara Asia sudah melampau negara-negara AS, PBE dan Jepang. Walaupun negara-negara AS, PBE dan Jepang tetap mengalami kenaikan, kecenderungan naiknya GDP negara-negara Asia lebih besar dan sejalan dengan rata-rata pertumbuhan selama 25 tahun mendatang yang diperkirakan sebesar 8 %. Tentunya apabila digunakan perhitungan dengan besar GDP per kapita, maka proksinya sudah pasti akan lain.
Sekali lagi, perhitungan dengan dasar GNP perkapita bisa mengakibatkan kekeliruan yang menyesatkan. Suatu negara bisa saja mempunayi GNP perkapita tinggi dan juga GDP tinggi, tetapi apabila penyerap- an terhadap modal untuk pertumbuhan hampir nol sebagai akibat terjadinya kejenuhan maka pengeluaran untuk proyek baru atau megaproyek hampir tidak ada. Penanaman modal hanya digunakan untuk membiayai depresiasi dan bukan untuk proyek baru, sedangkan di negara-negara yang masih mempunyai pertumbuhan, modal dan investasinya pun akan mengalami pertumbuhan.
Dari perkiraan GDP dunia untuk 25 tahun mendatang dapat kita lihat kecenderungan GDP dari negara-negara Asia, negara-negara maju (AS, PBE, Jepang) dan kelompok negara lainnya.
Pada tahun 2019 yang merupakan tahun terakhir Repelita X itu, menurut perhitungan dan melalui program keluarga berencana, penduduk Indonesia akan mencapai jumlah sekitar 260 juta orang, dan GNP per kapita sudah mencapai di atas US$ 2000, dan demikian pula pasar sudah menjadi lain. Ini berarti kualitas hidup bangsa Indonesia yang mungkin akan mempunyai 27 perusahan penerbangan dan saya yakin bahwa masing-masing akan lebih besar dari Mandala atau Bouraq sekarang ini, seperti halnya di Amerika Serikat di mana ada perusahan penerbangan Eastern, Western, Northwest dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena memang tuntutan dan kualitas hidup bangsa Indonesia terus meningkat.
Bersambung
Bersambung
No comments:
Post a Comment