Kembali kepada
masalah pengembangan teknologi canggih, kita dituntut untuk dapat
memiliki tenaga kerja yang menguasai keahlian menyeluruh dan rinci serta
mampu mengikuti cara kerja yang bermutu tinggi. Mengapa? Sebabnya
adalah bahwa proses nilai tambah pada komoditi ini senantiasa harus
memperhatikan tiga hal, yaitu:
Pertama, kualitas produk hasil proses nilai
tambah tersebut harus senantiasa memenuhi persyaratan minimum kualitas
yang dituntut masyarakat pembeli di pasar dalam negeri, regional, dan
internasional.
Kedua,
dari komoditi teknologi canggih dituntut jadwal penyerahan yang ketat.
Produk harus tiba di pasar pada waktunya, tidak terlambat, tidak pula
terlalu cepat. Untuk itu, mata rantai perdagangan tidak boleh terlalu
panjang.
Ketiga,
harganya harus kompetitif. Produk yang dihasilkan harus dapat bersaing
di pasar domestik, regional dan internasional.
Lantas
tanggung jawab siapakah pemenuhan ketiga persyaratan itu? Kualitas
produk ada di tangan para insinyur dan para ahli teknik di dalam
perusahaan masing-masing. Keberhasilannya tergantung dari sistem yang
dipergunakan dan pada sarana yang dimiliki.
Lain
halnya dengan jadwal penyerahan produk. Masalah kedua ini tidak dapat
diselesaikan hanya oleh para insinyur dan ekonom di dalam perusahaan itu
sendiri, tetapi juga tergantung pada pengaturan lingkungan
makro-ekonomi, khususnya pada efisiensi jalur-jalur perdagangan. Karena
itu, mereka yang mengendalikan jalur-jalur perdagangan ikut bertanggung
jawab atas penyelesaian masalah ini.
Masalah harga lebih
kompleks lagi. Harga produk terutama tergantung pada tiga kelompok
komponen biaya, yaitu: pertama,
biaya pegawai; kedua biaya
teknologi; dan ketiga, biaya
material. Ketiga komponen biaya ini tidak mungkin dapat dikendalikan
sendiri oleh para insinyur dan ekonom di dalam perusahaan itu. Seperti
halnya dengan masalah jadwal, para penentu kebijaksanaan di luar
perusahaan ikut bertanggung jawab atas penyelesaian harga.
Bagaimana
prospek daya saing bagi produk teknologi Indonesia? Untuk memudahkan
analisis masalah itu mari kita gunakan pra-anggapan bahwa ketiga
golongan komponen biaya tersebut, termasuk segala biaya overhead langsung dan tidak langsung, seperti
biaya manajemen, biaya pemasaran, dan sebagainya, mempunyai dampak yang
sama besarnya pada harga produk yang dihasilkan. Dengan kata lain,
bahwa sepertiga struktur harga produk ditentukan oleh biaya pegawai,
sepertiga oleh biaya teknologi dan sepertiga oleh biaya material.
Seperti
telah disinggung ketika kita membicarakan masalah alih teknologi di
atas, fungsi biaya pegawai di Indonesia merupakan suatu fungsi maksimum
yang bisa dihemat. Kita ketahui bahwa dengan segala overhead-nya, biaya pegawai Indonesia paling
tinggi 10% dari biaya pegawai dengan mutu yang sama di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat atau Jepang. Ini berarti bahwa kalau kita
dapat melakukan penghematan sebesar 90% dalam komponen, maka dampaknya
pada total harga sebesar 30%.
Bagaimana dengan
biaya teknologi? Berbeda dengan biaya pegawai, untuk sementara waktu,
yaitu selama kita harus mengimpor dan mengalihkan teknologi, fungsi
biaya teknologi adalah fungsi minimum yang harus dikeluarkan. Mengapa?
Karena kita harus membayar royalti dan lain-lain biaya untuk penggunaan
hak milik intelektual orang lain.
Oleh sebab itu,
selama kita harus mengimpor teknologi, teknologi di Indonesia tidak
mungkin berharga lebih rendah dari teknologi luar negeri.
Baru
setelah teknologi dapat dikembangkan sendiri di Indonesia, harganya
dapat lebih rendah dari teknologi luar negeri. Sebabnya, karena
teknologi diciptakan dan dikembangkan oleh manusia, dan seperti telah
dikatakan di muka, biaya pegawai di Indonesia jauh lebih rendah dari
biaya pegawai yang sederajat di luar negeri. Dan untuk itu, berbagai
langkah memang telah dan sedang diambil untuk mengembangkan teknologi
Indonesia sendiri.
Mengenai material untuk proses nilai
tambah bertekno- logi canggih perlu dicatat hal-hal berikut:
Sepanjang
material harus didatangkan dari luar negeri, maka harus dikeluarkan
biaya overhead material yang
mencakup biaya pengangkutan, asuransi, biaya gudang, dan biaya modal
kerja yang tertanam di dalam persediaan material. Makin lama waktu yang
dibutuhkan sebelum material dapat digunakan, makin tinggi pula biaya
modal. Kecepatan arus material ke dalam proses produksi sangat
menentukan persentase dampak biaya material pada harga barang.
Karena itu dalam upaya memperkecil biaya gudang dan biaya modal kerja, perusahaan-perusahaan Jepang, seperti Toyota di Toyota City, mengembangkan sistem penyerahan tepat waktu (just in time delivery) bagi material dan komponen di antara para penyedia yang kebanyakan berlokasi di Toyota City pula. Dalam sistem ini material dan komponen diantar oleh para penyedia ke pabrik tepat sebelum mereka masuk dalam proses produksi, tanpa dikemas dan tanpa melalui gudang. Dengan demikian biaya gudang dan kemasan dapat ditiadakan dan biaya asuransi dan biaya pengangkutan dapat diperkecil. Sistem ini mulai banyak diambil alih oleh perusahaan negara maju lainnya.
Karena itu dalam upaya memperkecil biaya gudang dan biaya modal kerja, perusahaan-perusahaan Jepang, seperti Toyota di Toyota City, mengembangkan sistem penyerahan tepat waktu (just in time delivery) bagi material dan komponen di antara para penyedia yang kebanyakan berlokasi di Toyota City pula. Dalam sistem ini material dan komponen diantar oleh para penyedia ke pabrik tepat sebelum mereka masuk dalam proses produksi, tanpa dikemas dan tanpa melalui gudang. Dengan demikian biaya gudang dan kemasan dapat ditiadakan dan biaya asuransi dan biaya pengangkutan dapat diperkecil. Sistem ini mulai banyak diambil alih oleh perusahaan negara maju lainnya.
Biaya pengangkutan sulit diubah secara
berarti. Jarak pabrik-pabrik di Indonesia dari tempat asal material
sudah ditentukan oleh alam. Biaya asuransi dan biaya gudang juga sulit
diperkecil. Satu-satunya komponen biaya yang dapat ditekan secara
berarti adalah biaya modal kerja, yaitu dengan mempersingkat waktu yang
diperlukan untuk material memasuki proses produksi.
Karena
itu, kurva biaya material di Indonesia jelas bukan merupakan suatu
fungsi maksimum tetapi suatu fungsi minimum pengeluaran. Ini berarti
bahwa biaya material di Indonesia akan lebih besar daripada biaya
material di luar negeri.
Timbul pertanyaan lain: komponen biaya
manakah yang paling sensitif? Karena di antara ketiga golongan kelompok
biaya tadi hanya kurva biaya pegawai saja yang merupakan kurva maksìmum,
sedangkan kurva biaya golongan komponen dan biaya lainnya merupakan
kurva minimum, maka penghematan hanya dapat dilakukan di kelompok
komponen biaya pegawai. Dan seperti telah disebutkan, ini pun maksimum
hanya dapat menghemat sebanyak 30% dari harga produk. Maka, jika kita
tidak memikirkan hal secara rinci, tidak mungkin kita membuat produk
produk teknologi tinggi yang dapat bersaing dengan produk-produk yang
sama buatan luar negeri.
Faktor Situasi Ekonomi Dalam Negeri
Pembangunan nasional Indonesia memang
tidak dapat dilepaskan dari keadaan ekonomi Indonesia dan keadaan
ekonomi dunia. Selama beberapa tahun terakhir ini, ekonomi Indonesia
telah merasakan dampak perkembangan yang relatif lebih cepat
dibandingkan dengan ekonomi-ekonomi negara maju. Dampak itu ada yang
positif, dan banyak lagi yang negatif.
Dilihat dari segi
komoditi, struktur ekspor Indonesia masih sangat tergantung pada minyak
dan gas bumi, ekspor tradisional komoditi pertambangan dan pertanian.
Belakangan memang mulai tampak kemajuan pesat dalam ekspor produk-produk
manufaktur, tapi dengan kandungan nilai tambah yang masih rendah.
Ditinjau
dari segi mitra dagangnya, aktivitas perdaga- ngan Indonesia masih
sangat tergantung pada pasar Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.
Dengan
struktur perdagangan internasional seperti itu, jatuhnya harga-harga
komoditi pertambangan dan pertanian di pasar dunia sejak tahun 1970-an,
yang kemudian disusul dengan merosotnya harga minyak bumi sejak akhir
1980- an, telah mengakibatkan menciutnya nilai ekspor kita dengan
dampaknya yang terasa berat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Dan sepanjang kedua jenis komoditi andalan ekspor Indonesia itu terkait
dengan dollar Amerika Serikat, dampak negatif tersebut diperkuat lagi
dengan merosotnya nilai tukar mata uang Amerika Serikat terhadap mata
uang Jepang dan Jerman, sehingga beban impor serta kewajiban-kewajiban
membayar bunga dan cicilan hutang yang dinyatakan dalam mata uang Yen
dan D-Mark menjadi sangat bertambah berat.
Menghadapi
dampak positif dan negatif tersebut, tentu kita harus waspada dan
prihatin. Kita mutlak harus melakukan penghematan termasuk di dalam
hal-hal yang sebenarnya kita perlukan.
Jalan keluar yang
paling mendasar dari kesulitan-kesulit- an ekonomi yang kita hadapi
adalah peningkatan nilai tambah, produktivitas dan efisiensi dalam
segenap pekerjaan kita, baik dalam skala makro maupun dalam skala mikro.
Ini berarti bahwa kita harus menemukan
cara-cara untuk menekan semua biaya tambah agar, tahap demi tahap,
ekonomi biaya tinggi kita dapat kita ubah menjadi ekonomi yang normal,
dan pada akhirnya akan tercipta suatu perekonomian biaya rendah.
Tentu
kita sadari sepenuhnya bahwa suatu ekonomi biaya rendah tidak akan
tercapai dalam sekejap mata. Untuk mencapai keadaan itu dibutuhkan
pemikiran-pemikiran yang terperinci baik secara makro maupun secara
mikro- ekonomi.
Dalam kaitan ini, sebagaimana telah
beberapa kali saya sampaikan pada media massa, bahwa kita harus
mengembangkan suatu dimensi baru dalam ekonomi dan ekspor Indonesia.
Jika
minyak bumi dan gas alam kita namakan "dimensi pertama" dan komoditi
pertanian ekspor tradisional kita beri nama "dimensi kedua", maka
dimensi baru itu saya namakan "dimensi ketiga" yaitu komoditi non-migas
teknologi canggih.
Produksi dan ekspor komoditi dimensi
pertama dan kedua perlu tetap kita tingkatkan dengan menekan biaya
tambah menjadi minimal dan meningkatkan nilai tambah secara maksimum.
Berbarengan dengan itu perlu diupayakan peningkatan produksi dan ekspor
komoditi teknologi tinggi. Dalam kerangka ini, adalah relevan untuk
membicarakan kemungkinan pengembangan bermacam teknologi yang
benar-benar tepat dan berguna dalam kerangka peningkatan produktivitas
dan nilai tambah industri Indonesia.
Sebelum
membicarakan mengenai penerapan teknologi khususnya teknologi canggih
sebaiknya dijelaskan dulu apa yang dimaksud dengan teknologi dalam
rangka pembangunan bangsa.
Manusia tidak dapat dipisahkan dari
teknologi : teknologi terkandung di dalam dirinya dan di dalam cara-cara
hidupnya dalam masyarakat. Sebaliknya teknologi tidak da- pat terlepas
dari manusia : teknologi itu hanya ada karena diciptakan oleh manusia.
Kemampuan berpikir manusia yang sistematis, analitis, mendalam dan
jangka panjang menghasilkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
melahirkan teknologi, yaitu cara-cara berdasar ilmu untuk menghasilkan
barang atau jasa. Manusia memanfaatkan teknologi untuk menyempurnakan
proses-proses nilai tambah, yaitu proses untuk mengubah bahan mentah dan
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai yang lebih
tinggi. Teknologi penting karena merupakan penggerak utama proses nilai
tambah tersebut.
Sedangkan proses nilai tambah itu
sendiri merupakan proses kompleks yang berjalan terus-menerus dan hanya
dapat dikatakan berhasil jika pemanfaatan mesin, keterampilan manusia,
dan material sepenuhnya dapat diinteg- rasikan oleh teknologi sehingga
menghasilkan produk barang dan jasa yang bernilai lebih tinggi dari
nilai material dan masukan lainnya. Karena sifat integratif inilah maka
dalam suatu proses ekonomi apa pun juga, teknologi merupakan unsur yang
paling menentukan dalam proses nilai tambah. Semakin efisien dan
produktif proses nilai tambah, semakin meningkat taraf hidup manusia.
Taraf hidup ma- nusia yang meningkat melahirkan cara-cara berpikir, ilmu
pengetahuan, dan teknologi yang lebih maju lagi. Dan de- mikian
seterusnya.
Maka lahirlah suatu lingkaran
peningkatan antara tingkat perkembangan teknologi karena taraf kehidupan
ma-nusia dan taraf kehidupan manusia karena tingkat perkembangan
teknologi.
Dari yang dikemukakan tadi dapat ditarik
suatu kesimpulan sederhana tapi cukup penting bahwa hadirnya teknologi
dalam kehidupan. manusia berarti hadirnya kemungkinan peningkatan
kemampuan berproduksi dan peningkatan taraf kehidupan dalam masyarakat
itu.
Ini berlaku bagi setiap manusia yang
bermasyarakat, baik di Eropa maupun di Asia, baik di Jepang maupun di
Afrika, baik di Amerika Utara maupun di Amerika Latin, baik di
negara-negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang.
Ini
berarti bahwa setiap masyarakat di muka bumi ini memiliki kesempatan
membangun dirinya sebagai bangsa, asal dan selama padanya disediakan
teknologi.
Prasarana ekonomi tidak bisa dipisahkan
dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi canggih. Tidak ada Palapa
tanpa teknologi canggih, tidak ada ground
station tanpa teknologi canggih, tidak ada telepon swichting digital yang tanpa teknologi
canggih, tidak ada kapal, tidak ada mobil, tidak ada power station yang murah operasinya tanpa
teknologi canggih, tidak ada pesawat terbang atau helikopter tanpa
teknologi canggih. Jadi kalau kita apriori sudah hobi terhadap teknologi
canggih, yang di kejar hanya teknologi canggih maka itu salah.
Perkiraan itu meleset total.
Tidak ada pertumbuhan ekonom di dunia
termasuk Indonesia kalau prasarana ekonomi tidak berfungsi, apakah itu
prasarana ekonomi perhubungan, telekomunikasi, energi, itu semua yang
namanya prasarana ekonomi. Tidak berfungsi ekonomi suatu bangsa termasuk
Indonesia, jika kita tidak memanfaatkan telepon, telefax dan telex.
Telepon dan telex di Indonesia hanya bisa dimanfaatkan dengan adanya
Satelit Palapa dan stasiun bumi.
Tidak ada analisis
dari Bank Indonesia, Departemen Keuangan ataupun perusahaan-perusahaan
lain yang begitu akurat, yang bisa menentukan perkembangan ekonomi,
jikalau tidak dimanfaatkan model matematika ekonometri dan memanfaatkan
komputer sampai kepada super komputer kalau perlu, dan itu adalah
teknologi canggih. Tidak akan ada pula analisis tentang ekspor apakah
migas, nonmigas atau ekspor apa saja dari Indonesia ke negara lain jika
tidak ada arus informasi cepat dari pasaran ke dalam manufacturing resources, supaya manajer bisa
mengambil kebijaksanaan dengan cepat dan tepat. Itu semua bisa terjadi
dengan memanfaatkan teknologi canggih.
Bersambung
Bersambung
No comments:
Post a Comment