Arah Perkembangan PT IPTN
Dalam
melaksanakan amanat Garis-Garis Besar Haluan Negara agar diletakkan
kerangka landasan bagi bertumbuh dan berkembangnya Bangsa Indonesia
untuk dapat di atas kekuatan sendiri mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila, maka melalui berbagai usaha untuk
menghadirkan teknologi canggih, PT Industri Pesawat Terbang Nusantara
bersama industri lain telah berupaya untuk ikut menumbuhkan sektor
industri yang kuat agar dapat melengkapi sektor pertanian yang tangguh.
Dalam
usaha ini ditempuh suatu proses transformasi teknologi dan industri
yang terdiri dari empat tahap.
Tahap pertama yang
paling mendasar adalah penggunaan teknologi canggih atas dasar lisensi
dalam produksi dalam negeri pesawat-pesawat terbang seperti NC-212-100
"Aviocar" dan helikopter NBO-105, NBell-412, dan NAS-332 Super Puma.
Tahap ini telah dimulai sejak 1976.
Tahap kedua adalah
integrasi teknologi-teknologi canggih dalam desain dan pembuatan
produk-produk baru. Dalam hal ini, PT IPTN melakukan rancang bangun
pesawat terbang CN-235 bersama-sama dengan CASA (Construc- ciones
Aeronauticas SA), Spanyol.
Pengembangan tahap kedua industri ini
dimulai 1980 dengan didirikannya Aircraft Technologies Corporation
(AIRTEC), sebuah perusahaan patungan antara PT IPTN dan CASA dengan
masing-masing memiliki saham limapuluh persen. Maksud pendirian AIRTEC
adalah untuk me- rancang dan membuat beberapa prototipe pesawat terbang
yang sama sekali baru, yaitu CN-235.
Tahap ketiga adalah
pengembangan teknologi berupa penyempurnaan teknologi yang telah ada
dan pengem-bangan teknologi baru dalam rangka usaha merancang dan
membuat produk-produk masa depan. Dalam hal ini, PT IPTN merancang dan
memproduksi sendiri pesawat terbang N-250, pesawat penumpang komuter
dengan kecepatan tinggi dalam daerah subsonik secepat 330 knot dan jarak
terbang 800 nm yang dirancang bangun seluruhnya oleh putra-putri
Indonesia dalam rangka kerjasama internasional dengan perusahaan
dirgantara terkemuka seperti Boeing, Allison, Collins, Messier Bugatti,
Auxilec, Dowty, Lucas, BGT, Liepher-Lucas, Avio, dan lainnya sebagai
pelopor pelaksanaan skenario ekonomi abad mendatang untuk menghasilkan
produk unggul yang mengintegrasikan karya-karya unggul umat manusia
untuk dipersembahkan dalam pasar global sebagai produk unggul
berkualitas tinggi dengan biaya rendah.
Peluncuran N-250, yang mempergunakan teknologi fly-by-wire telah dilaksanakan 10 Nopember 1994 baru lalu, sedangkan uji terbang untuk mendapatkan sertifikasi FAA dimulai Agustus 1995.
Peluncuran N-250, yang mempergunakan teknologi fly-by-wire telah dilaksanakan 10 Nopember 1994 baru lalu, sedangkan uji terbang untuk mendapatkan sertifikasi FAA dimulai Agustus 1995.
N-250,
pesawat abad XXI berteknologi paling mutakhir ini, akan merupakan
wahana melalui mana putera-puteri Indonesia akan berperanserta secara
aktif guna meningkatkan pengalaman dan keterampilannya, dalam memecahkan
masalah-masalah kompleks dalam bidang material, bidang aerodinamika,
bidang konstruksi, bidang elektronika, kebisingan, dan sebagainya.
Selanjutnya
dalam pengembangan industri pesawat terbang mungkin PT IPTN akan
menempuh program berupa pengembangan pesawat jet buatan Indonesia
seperti pesawat penumpang berkapasitas lebih besar, pesawat pelatih,
serta pesawat tempur.
Tahap keempat adalah melakukan
penelitian dasar secara besar-besaran. Dasawarsa mendatang bagi PT IPTN
akan merupakan dasawarsa peningkatan pelaksanaan tahap pengembangan
penelitian dasar.
Apabila dalam melaksanakan tahap
produksi lisensi dan integrasi teknologi, PT IPTN merupakan ujung tombak
bagi kemajuan bermacam-macam perusahaan-perusahaan penghasil prasarana,
sarana, komponen dan material yang terkait dengan proses-proses
nilai-tambah PT IPTN, maka di dalam tahap pengembangan teknologi
sekarang ini, PT IPTN tidak hanya akan membantu memberi arah bagi
kemajuan perusahaan-perusahaan tersebut, tetapi juga akan ikut
mengembangkan berbagai laboratorium di PUSPIPTEK, Serpong, seperti
Laboratorium Uji Konstruksi, Laboratorium Aerodinamika, Gasdinamika dan
Getaran, La- boratorium Elektronika, Laboratorium Kalibrasi,
Instrumentasi dan Metrologi, dan Laboratorium Propulsi, serta dapat ikut
memajukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan
perguruan tinggi.
Di dalam pelaksanaan penelitian dasar,
dengan sendirinya titik berat kegiatan akan beralih ke laboratoria dan
sarana-sarana penelitian di PUSPIPTEK dan perguruan tinggi. Tidak pada
tempatnya PT IPTN mempunyai peran utama di sini. Ini tidak berarti bahwa
PT IPTN sama sekali tidak mempunyai fungsi. Melalui inovasi-inovasi
yang melahirkan pesanan-pesanan pekerjaan pada laboratorium dan sarana
penelitian dan pengembangan di PUSPIPTEK dan Perguruan Tinggi, PT IPTN
akan berperan sebagai pemberi arah dan sebagai pihak yang ikut menjamin
bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan berkembang memisahkan
diri bagaikan dalam menara gading.
PT IPTN akan
membantu mengupayakan agar ilmu pe-ngetahuan dan teknologi akan tetap
ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan bangsa.
Hal
ini dapat dilihat dari arah perkembangan program kegiatan PT IPTN yang
tidak hanya berdampak intern pada karyawannya saja, tetapi juga
mempunyai pengaruh ke luar yang luas tidak saja pada
perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengannya, tetapi juga pada dunia
ilmu pengetahuan dan teknologi dan pada dunia pendidikan yang merupakan
pusat-pusat keunggulan kehidupan bangsa.
Dengan
perkataan lain, program kerja dan investasi PT IPTN tidak saja
ditujukan kepada sasaran menempatkan dirinya sebagai suatu bisnis yang
berdaya saing internasional dan yang mampu menghasilkan laba bagi
pemegang saham dan pajak bagi negara dalam suatu bidang usaha di luar
minyak dan gas bumi dan di luar bidang non-migas tradisional sekaligus.
Di
samping ditujukan pada sasaran yang sangat penting itu sebagai layaknya
suatu badan usaha milik negara, program dan investasi perusahaan ini
juga ditujukan pada sasaran membina perusahaan-perusahaan nasional
lainnya, sasaran meningkatkan lapangan pekerjaan, dan sasaran
mengembangkan suatu modal nasional bagi pembangunan berupa kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sambil mengupayakan membuka cakrawala
penglihatan dan harapan masa depan bangsa.
PT
IPTN Menyandang Misi Ekotekhan
Sebagaimana telah
kita ketahui bahwa Industri Pesawat Terbang Nusantara ini hanya dapat
berhasil jika mendapatkan dukungan dan pengamanan dari seluruh bangsa
lndonesia, dari pimpinan nasional, pemerintah baik sipil maupun militer,
seluruh lapisan masyarakat dan pihak pengusaha swasta.
Sesuai
dengan falsafah berawal dari akhir dan berakhir dengan awal, PT IPTN
bukan hanya persoalan angkatan bersenjata, tetapi merupakan persoalan
pembangunan dan pertahanan seluruh bangsa.
Dalam
rangka pengalihan teknologi ke Indonesia dan untuk kepentingan
pembangunan nasional baik ditinjau dari sudut ekonomi, teknologi, maupun
pertahanan, pendirian PT IPTN adalah sangat tepat dan benar. Karena itu
untuk pendirian industri tersebut saya laksanakan tanpa ragu-ragu dan
saya dapat mempertanggung-jawabkannya. Faktor yang membuat saya tidak
ragu-ragu ialah tendensi industri-industri pesawat terbang besar di
dunia untuk menghasilkan pesawat-pesawat yang lebih besar belakangan
ini.
Perusahaan-perusahaan pembuat pesawat
terbang Belanda, Jerman, Inggris, Perancis, Amerika Serikat dan Rusia
mengalihkan produksinya untuk menghasilkan pesawat- pesawat yang lebih
besar, misalnya, perusahaan Fokker membuat F-27 dan kemudian F-28, dan
merencanakan pembuatan pesawat terbang yang lebih besar lagi. Dengan
tendensi ini pemenuhan kebutuhan pesawat terbang yang lebih kecil akan
menjadi sukar atau mahal sekali.
Sedang pesawat
terbang kecil dan sederhana ini masih diperlukan Indonesia mungkin
sampai tahun 2000. Pemakaian pesawat terbang kecil dan sederhana ini
akan lebih murah bagi kita untuk pengangkutan di daerah terpencil
saperti di Kalimantan, Irian Jaya, karena pembuatan jalan-jalan dan
jembatan akan lebih mahal. Pesawat-pesawat kecil akan mahal sekali kalau
dibeli dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan pesawat-pesawat
besar, karena sarana-sarananya seperti hanggar, enjinering dan
teknologinya disesuaikan dengan produksi pesawat terbang besar, sehingga
overhead cost-nya akan tinggi, kalau menghasilkan pesawat-pesawat
kecil.
Di negara-negara maju mungkin masih akan
dihasilkan pesawat terbang kecil tetapi ini adalah pesawat-pesawat
eksekutif dan sport yang tidak sesuai dengan kebutuhan di Indonesia.
Alasan yang kedua untuk mendirikan industri ini ialah untuk memperkuat bargaining position kita pada saat kita
melakukan pembelian pesawat terbang besar dari negara-negara maju.
Umum
berlaku bahwa pembelian pesawat terbang dari negara lain, negara
pambeli tidak membayarnya 100% dengan uang tetapi sebagian dengan
manhour. Negara pembeli pesawat akan mengirimkan seharga yang
disetujui, katakan 30% dari harga pembelian dengan parts atau
komponen-komponen pesawat terbang yang dibutuhkan oleh negara penjual
pesawat terbang. Hal ini menjadi mungkin kalau negara pembeli sanggup
dan diakui dapat menghasilkan parts dengan standard internasional.
Dengan cara ini negara pembeli akan mendapatkan bagian pekerjaan dari
pembeliannya, dan memberi pekerjaan kepada karyawannya, keuntungan serta
overhead yang seharusnya dibayar kepada negara penjual akan tinggal
pada negara pembeli.
Selama ini kita baru dalam tahap
membeli pesawat terbang atau alat-alat perindustrian lainnya. Pemikiran
kita hanya tertuju pada harganya saja atau added
costnya saja. Kita belum memikirkan partisipasi dalam
pembuatannya. Hal seperti di atas perlu juga diterapkan di Indonesia,
tetapi tentunya dengan memenuhi ketentuan, bahwa kita telah mempunyai
industri yang telah diakui secara internasional, dan dapat menghasilkan
parts dengan standard yang telah ditentukan. Untuk itu perlu investasi
besar, investasi perangkat keras misalnya hanggar, permesinan, peralatan
dan sarana-sarana lainnya, demikian juga perangkat lunak merupakan
keahlian dan ketrampilan dalam berbagai bidang.
Untuk ini perlu tenaga-tenaga pekerja di-upgrade, dilatih di dalam dan di luar negeri. Di dalam pemindahan teknologi, mungkin timbul pertanyaan kenapa dimulai dengan industri penerbangan? Tujuan kita yaitu maksimumisasi added value dan industri ini dapat memberi nilai tambah yang tinggi. Kalau nilai tambah pembuatan Mercedes kurang lebih dua kali dari nilai tambah pembuatan Volkswagen, maka added value dalam pembuatan pesawat terbang akan berjumlah puluhan kali dari added value pembuatan mobil Mercedes.
Untuk ini perlu tenaga-tenaga pekerja di-upgrade, dilatih di dalam dan di luar negeri. Di dalam pemindahan teknologi, mungkin timbul pertanyaan kenapa dimulai dengan industri penerbangan? Tujuan kita yaitu maksimumisasi added value dan industri ini dapat memberi nilai tambah yang tinggi. Kalau nilai tambah pembuatan Mercedes kurang lebih dua kali dari nilai tambah pembuatan Volkswagen, maka added value dalam pembuatan pesawat terbang akan berjumlah puluhan kali dari added value pembuatan mobil Mercedes.
Mengenai perkembangan pemasaran pesawat
terbang, apabila dalam dasawarsa pertama, pemasaran produk-produk PT
IPTN ditujukan pada pasar dalam negeri, maka dalam dasawarsa mendatang,
penjualan ke dalam negeri akan diimbangi dengan pemasaran ekspor
umumnya, khususnya ke wilayah Asia-Pasifik, ASEAN, dan Timur Te-ngah.
Upaya merealisasikan hal ini sedang ditempuh. Namun jelas bahwa kegiatan
PT IPTN dalam dasawarsa ber-ikutnya tidak hanya akan dibatasi pada
produksi dan integrasi teknologi.
Kalau pada saat ini
PT IPTN dapat mempekerjakan 16.000 orang tenaga kerja dengan standard
internasional maka yang menikmatinya bukan hanya mereka, karena industri
ini juga membuka kesempatan untuk usaha subkontrak dalam bidang
elektronika, avionika, karoseri dan barang-barang lain untuk pesawat
terbang. Hal ini berarti industri pesawat terbang Nusantara dapat
memberi suatu multiplier effect yang
luas.
Di samping ditujukan pada sasaran yang
sangat penting itu sebagai layaknya suatu badan usaha milik negara,
program dan investasi perusahaan ini juga ditujukan pada sasaran membina
perusahaan-perusahaan nasional lainnya, sasaran meningkatkan lapangan
pekerjaan, dan sasaran mengembangkan suatu modal nasional bagi
pembangunan berupa kemampuan ilmu dan teknologi, sambil mengupayakan
membuka cakrawala penglihatan dan harapan masa depan bangsa.
Bahkan
dalam tahap pertama pengembangannya telah dapat dibawa berkembang
berbagai jenis usaha melalui kaitan-kaitan ke depan dan ke belakang.
Dewasa ini PT IPTN telah berkembang menjadi pusaran bagi sebanyak
seratus enambelas buah perusahaan domestik. Di antara mereka, ada yang
mulai beroperasi dengan lima orang dan sekarang telah berkembang menjadi
duaratus orang. Lainnya ada yang kini telah bekerjasama dengan
perusahaan-perusahaan asing dalam memasok berbagai komponen yang
dibutuhkan PT IPTN. Maka pertumbuhan apa yang saya telah namakan wahana
kesembilan yang tidak terlihat telah pula dimulai.
Dari
satu sudut, perusahaan-perusahaan ini memang dapat dipandang sebagai
sekadar merupakan penyedia barang dan jasa. Namun sebenarnya, mereka
merupakan inti sekelompok perusahaan yang kelak di kemudian hari dapat
berkembang menjadi pelaksana-pelaksana proses nilai-tambah yang hasilnya
menjadi masukan bagi proses nilai tambah berteknologi canggih pada PT
IPTN. Dengan diselenggarakannya proses pengembangan ini secara terarah
dan terkendalikan, maka secara bertahap dapat dikembangkan wahana
industri penerbangan terdiri dari PT IPTN didukung oleh kurang lebih
empat ratus perusahaan lainnya, sebagai salah satu dari kedelapan wahana
transformasi teknologi dan industri Bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang menguasai teknologi dan industri modern.
Seperti
saya jelaskan berkali-kali, untuk merebut, me-nguasai, mengembangkan,
dan mengendalikan serta memanfaatkan teknologi canggih diperlukan
sumberdaya ma-nusia yang handal dalam jumlah yang memadai. Untuk itu,
jika Amerika Serikat dengan 270 penduduknya untuk unggul di bidang
teknologi canggih (industri militer dan dirgantara) hanya memerlukan
2,8% penduduknya; Jerman untuk unggul di bidang industri baja,
petrokimia dan mobil hanya membutuhkan 3,5%. Dan Jepang untuk unggul di
bidang otomotif dan elektronik hanya perlu 1,5%; maka bagi Indonesia,
jika telah ada 1 persen saja dari seluruh penduduknya yang bergelut di
bidang teknologi canggih, bisa dianggap telah memadai.
Bersambung
Bersambung
No comments:
Post a Comment