PT IPTN Sebagai Model Alih
Teknologi
Dari contoh PT IPTN yang memproduksi
berbagai jenis pesawat terbang dan helikopter, dapat kita lihat bahwa
alih teknologi dan keahlian teknis dapat diperoleh dari luar ne-geri
secara berencana dan terarah.
Berdasarkan program
pengalihan teknologi tersebut, pada mulanya pesawat-pesawat itu
didatangkan secara built-up. Tetapi pesawat-pesawat berikutnya
didatangkan secara CKD dan dirakit di Bandung. Sehingga jam kerja bangsa
Indonesia makin lama makin meningkat dengan jumlah pesawat terbang dan
helikopter yang diproduksi oleh PT IPTN. Dalam pada itu, atas dasar
"progressive manufacturing plan" bagian-bagian pesawat terbang yang
dibuat di Indonesia pun makin banyak digunakan, sehingga setelah empat
tahun jumlah jam kerja bangsa Indonesia pada hasil-hasil PT IPTN telah
mencapai sekitar 60%, dan dalam sepuluh tahun telah mencapai 100%.
Pengalihan
teknologi atas dasar progressive manufacturing
plan ini, tidak saja menjamin mutu standard internasional
yang diperlukan bagi hasil industri bernilai tinggi, tetapi memberikan
kesempatan kerja bagi putera-putera Indonesia dengan gaji yang dapat
diandalkan. Sudah tentu dalam proses ini tak pernah dipikirkan untuk
membuat sendiri bagian-bagian yang sensitif (rawan) seperti motor,
avionik, elektronik dan lain sebagainya. Seperti halnya juga dengan
pabrik-pabrik pesawat terbang lain, bagian-bagian ini lebih
menguntungkan kalau dipasok oleh perusahaan-perusahaan khusus lain.
Proses
pengalihan teknologi menurut contoh PT IPTN tentu hanya dapat
terlaksana karena adanya pengertian dari perusahaan-perusahaan yang
menjadi partner kita di luar negeri. Mereka bersedia bekerjasama untuk
kepentingan ekonomi kedua belah pihak. Dengan cara ini PT IPTN sampai
saat ini telah menjual sebanyak 325 unit pesawat terbang dan helikopter
di Indonesia dan negara-negara sahabat (1980, red).
Seperti
telah sering saya utarakan, bahwa salah satu jalan utama untuk menuju
pemerataan dalam pembangunan ialah melalui penerapan teknologi yang
mampu memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan nilai tambah dalam
proses produksi oleh dan untuk bangsa Indonesia.
Untuk
memperjelas hal ini, saya ajukan dua model. Model pertama ialah model
PT IPTN yang boleh dikatakan merupakan proses peningkatan jam kerja dan
nilai tambah bangsa Indonesia melalui suatu proyek antara suatu
perusahaan swasta di luar negeri, masing-masing yang membuat pesawat
terbang NC-212 dan NBO-105, melalui program yang kita sebut progressive manufacturing plan tadi.
Pada
saat mula beroperasi, nilai-tambah yang diproduksi PT IPTN hanya
berjumlah 10 persen dari nilai hasil produksinya. Dewasa ini persentase
tersebut telah meningkat menjadi 100 persen. Mutu hasil produksi PT IPTN
sama dengan mutu produksi mereka. Ini berarti bahwa PT IPTN telah
mencapai kemampuan bersaing di pasaran inter- nasional.
Model
kedua ialah bentuk-bentuk kerjasama di bidang riset dan teknologi,
seperti yang telah kita tandatangani dengan Amerika Serikat, Jerman
Barat dan Perancis yang di kemudian hari ingin kita perluas dengan
negara Jepang. Intisari model ke dua ini terletak pada kemungkinan
kegiat- an riset dan teknologi secara bersama-sama dan untuk kepentingan
ekonomi ke dua belah pihak.
Dalam pada itu, tercatat perkembangan
yang cukup menggembirakan pada model pertama itu, yaitu pada akhir 1982
PT IPTN telah dapat menyelesaikan disain dan prototipe pesawat terbang
yang dibuat sendiri, bermesin 2 dan berkapasitas 35 penumpang.
Apakah
artinya faset dari model pertama ini?
Jawabnya:
Jawabnya:
- Program yang jelas harus ada.
- Ia harus dipersiapkan secara konsisten.
- Pesawat-pesawat pertama didatangkan secara built-up.
- Mulai dari pesawat ke tiga dan seterusnya, jam-kerja bangsa Indonesia, langkah demi langkah terus ditingkatkan sehingga tercapai 100% dari total man-hours yang diperlukan per pesawat.
- Pemerintah memberikan perlindungan pasar dalam negeri sehingga penjualan terus meningkat.
- Akhirnya dengan kondisi yang berlaku sekarang, perkembangan PT IPTN sebagai suatu industri pesawat terbang yang dapat diandalkan di kawasan Asia Pasifik secara realistis dapat diharapkan.
PT IPTN akan membantu mengupayakan agar ilmu dan teknologi
akan tetap ditujukan kepada pembangunan bangsa. Terlihat dalam arah
perkembangan sepuluh tahun yang lalu dan sepuluh tahun mendatang bahwa
kegiatan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara tidak hanya berdampak
intern pada karyawannya saja, tetapi juga mempunyai pengaruh ke luar
yang luas tidak saja pada perusahaan-perusahaan yang berkaitan
dengannya, tetapi juga pada dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dan
pada dunia pendidikan yang merupakan pusat-pusat keunggulan kehidupan
bangsa.
Dalam dasawarsa yang akan datang,
pelaksanaan produksi dalam negeri atas dasar teknologi canggih serta
integrasi teknologi ke dalam wujud produk baru akan diting- katkan dan
disempurnakan dengan semakin mempertinggi produktivitas dan efisiensi.
Upaya
peningkatan produktivitas dan efisiensi ini mengharuskan
dilaksanakannya peningkatan disiplin serta penyesuaian mental, tidak
saja di dalam tubuh PT Industri Pesawat Terbang Nusantara sendiri,
tetapi juga di dalam perusahaan-perusahaan yang terkait dengan PT IPTN
dalam wahana industri penerbangan.
Ini memang
merupakan tantangan besar yang harus dihadapi secara ulet, sabar,
konsisten dan pantang menyerah. Yang kita hadapi adalah suatu usaha
untuk mengubah visi dan mentalitas bangsa, yang tidak semudah membalik
telapak tangan. Namun demikian kita harus terus bergiat untuk
mentransformasikan diri kita menjadi bangsa yang menghayati dan
menerapkan nilai-nilai kemajuan, nilai-nilai efisiensi dan
produktivitas. Jika proses transformasi itu mem- tuhkan waktu satu-dua
generasi. Dan kalau kita melakukan transformasi bangsa itu mulai saat
kita tinggal landas pada tahun 1994, maka perubahan mentalitas bangsa
yang menunjang terbentuknya masyarakat industri dan pertanian modern
baru akan dapat dimantapkan sekitar tahun 2026.
Batas
waktu hingga tahun tersebut mungkin terlihat panjang. Tapi sesungguhnya
amat pendek. Jarak waktu yang kita butuhkan untuk mensejajarkan diri
dengan bang- sa-bangsa lain yang telah maju sungguh lebih singkat
dibandingkan dengan waktu transformasi yang tersedia bagi negara-negara
maju. Karena bangsa-bangsa lain terus bergerak maju, maka tak ada jalan
lain bagi kita kecuali dengan melakukan proses evolusi yang dipercepat (accelerated evolution). Dan itu hanya
dimungkinkan jika kita sungguh-sungguh memperhatikan masalah
pengem-bangan sumber daya manusia.
Saya sampaikan itu
semua untuk memberikan motivasi. Dan saya rasa kawan-kawan yang sekitar
saya yang ikut, dalam industri strategis, industri Hankam, perguruan
tinggi dalam bidang engineering yang juga swasta, sama saja. Mereka
juga melaksanakan itu.
Bersambung
Bersambung
No comments:
Post a Comment