Di dalam proses pendidikan dan
strategi industrialisasi ada sesuatu yang bersifat irreversible (tak
dapat dibalik kembali).
Kesalahan pilihan dan strategi di masa kini akan berakibat fatal bagi kelangsungan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, ukuran tepat atau tidaknya pilihan yang kita ambil tidak bisa hanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan jangka pendek, tetapi secara cermat harus memperhitungakan kemungkinan-kemungkinan perkembangnnya di masa depan.
Seperti telah diutarakan dimuka, tantangan pendidikan di Indonesia, selain menuntut upaya peningkatan dan pelebaran kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, yang tak kalah pentingnya adalah bagimana mencari keterkaitan dan kecocokannya dengan dinamika industrialisasi.
Tuntutan yang terakhir ini amat logis jika dihubungkan dengan upaya memberdayakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat mendasar. Sebagaimana telah disinggung di atas, tantangan utama pembangunan Indonesia adalah bagaiamana mengatasi problema kemiskinan serta tingginya jumlah pencari kerja. Tantangan ini hanya bisa dihadapi, jika ada upaya-upaya perluasan kesempatan kerja yang seiring dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat itu sendiri sesuai dengan dinamika yang ada. Perluasan kesempatan kerja tidak dapat dilepaskan dari teknologi dan peranannya dalam proses peningkatan nilai tambah dan penurunan biaya tambah dalam peningkatan hasil produksi.
Sasaran kita adalah meningkatkan nilai tambah dan mengurangi biaya tambah dengan mengusahakan perluasan kesempatan kerja sebesar-besarnya. Bertolak dari demikiran ini kita harus menggunakan energi sumber daya manusia secara berdayaguna untuk menggerakkan pembangunan. Manusia adalah potensi nasional, kita harus melakukan investasi yang diperlukan untuk mempelajari serta menggerakkan tenaga manusia untuk pembangunan.
Upaya untuk mengembangan potensi sumber daya ma-nusia ini tidak cukup hanya dilakukan secara teoritis melalui pendidikan buku saku dan diktat saja. Para teknisi dan insinyur muda harus memiliki kesempatan untuk bersen-tuhan langsung dengan solusi masalah-masalah nyata dalam inkubator-inkubator pengembangan teknologi serta perusa- haan-perusahaan industri yang padat teknologi. Mereka harus terbiasa dengan proses-proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Saya juga sudah menjelaskan bahwa arti kapital (modal) dalam ekonomi adalah luas sekali.
Manusia yang tidak mempunyai uang tidak mempunyai keterampilan, tetapi apabila mempunyai hubungan yang baik dengan direktur utama dari suatu perusahaan, hubungan yang baik itu merupakan modal yang kuat baginya, sehingga dapat dengan mudah mendapatkan informasi dan memanfaatkan infomasi secara optimum untuk mengembangkan usahanya. Walaupun tanpa modal finansial tanpa keterampilan, tanpa pengalaman, tetapi mempunyai hu-bungan baik, maka orang tersebut sebenarnya juga mempunyai modal.
Saya telah menggaris bawahi bahwa dalam 25 tahun yang lalu modal dalam arti yang luas itu terbatas hanya pada modal yang berhubungan dengan uang (finansial). Oleh karena itu sebagian besar permasalahan dilihat dari kacamata seorang banker yang melihat modal sebagai finansial. Saya telah berusaha menjelaskan bahwa dalam 25 tahun yang akan datang, mekanisme yang telah dikembangkan 25 tahun yang lalu dengan institusi-institusi yang sudah ada kita kembangkan bersama-sama. Kita harus tetap mengembang kannya tentunya dengan berbagai koreksi.
Sumber:
Prof. Habibie
Kesalahan pilihan dan strategi di masa kini akan berakibat fatal bagi kelangsungan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, ukuran tepat atau tidaknya pilihan yang kita ambil tidak bisa hanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan jangka pendek, tetapi secara cermat harus memperhitungakan kemungkinan-kemungkinan perkembangnnya di masa depan.
Seperti telah diutarakan dimuka, tantangan pendidikan di Indonesia, selain menuntut upaya peningkatan dan pelebaran kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, yang tak kalah pentingnya adalah bagimana mencari keterkaitan dan kecocokannya dengan dinamika industrialisasi.
Tuntutan yang terakhir ini amat logis jika dihubungkan dengan upaya memberdayakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat mendasar. Sebagaimana telah disinggung di atas, tantangan utama pembangunan Indonesia adalah bagaiamana mengatasi problema kemiskinan serta tingginya jumlah pencari kerja. Tantangan ini hanya bisa dihadapi, jika ada upaya-upaya perluasan kesempatan kerja yang seiring dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat itu sendiri sesuai dengan dinamika yang ada. Perluasan kesempatan kerja tidak dapat dilepaskan dari teknologi dan peranannya dalam proses peningkatan nilai tambah dan penurunan biaya tambah dalam peningkatan hasil produksi.
Sasaran kita adalah meningkatkan nilai tambah dan mengurangi biaya tambah dengan mengusahakan perluasan kesempatan kerja sebesar-besarnya. Bertolak dari demikiran ini kita harus menggunakan energi sumber daya manusia secara berdayaguna untuk menggerakkan pembangunan. Manusia adalah potensi nasional, kita harus melakukan investasi yang diperlukan untuk mempelajari serta menggerakkan tenaga manusia untuk pembangunan.
Upaya untuk mengembangan potensi sumber daya ma-nusia ini tidak cukup hanya dilakukan secara teoritis melalui pendidikan buku saku dan diktat saja. Para teknisi dan insinyur muda harus memiliki kesempatan untuk bersen-tuhan langsung dengan solusi masalah-masalah nyata dalam inkubator-inkubator pengembangan teknologi serta perusa- haan-perusahaan industri yang padat teknologi. Mereka harus terbiasa dengan proses-proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Saya juga sudah menjelaskan bahwa arti kapital (modal) dalam ekonomi adalah luas sekali.
Manusia yang tidak mempunyai uang tidak mempunyai keterampilan, tetapi apabila mempunyai hubungan yang baik dengan direktur utama dari suatu perusahaan, hubungan yang baik itu merupakan modal yang kuat baginya, sehingga dapat dengan mudah mendapatkan informasi dan memanfaatkan infomasi secara optimum untuk mengembangkan usahanya. Walaupun tanpa modal finansial tanpa keterampilan, tanpa pengalaman, tetapi mempunyai hu-bungan baik, maka orang tersebut sebenarnya juga mempunyai modal.
Saya telah menggaris bawahi bahwa dalam 25 tahun yang lalu modal dalam arti yang luas itu terbatas hanya pada modal yang berhubungan dengan uang (finansial). Oleh karena itu sebagian besar permasalahan dilihat dari kacamata seorang banker yang melihat modal sebagai finansial. Saya telah berusaha menjelaskan bahwa dalam 25 tahun yang akan datang, mekanisme yang telah dikembangkan 25 tahun yang lalu dengan institusi-institusi yang sudah ada kita kembangkan bersama-sama. Kita harus tetap mengembang kannya tentunya dengan berbagai koreksi.
Sumber:
Prof. Habibie
No comments:
Post a Comment