Teknologi untuk Pedesaan
Pada
hakekatnya pembangunan merupakan suatu proses modernisasi yang
menyangkut perubahan-perubahan dalam sikap mental dan peningkatan
kemampuan kita untuk membuka diri terhadap berbagai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dari yang sederhana dan konservatif sampai
kepada teknologi tinggi. Ini berarti bahwa peningkatan ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan sarana penting untuk mempercepat proses
pembangunan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dimanfaatkan untuk
mengadakan identifikasi dan evaluasi tentang potensi pembangunan, yaitu
sumber daya manusia, alam energi dan lingkungan untuk selanjutnya
dimanfaatkan bagi pembangunan.
Sesungguhnya
khasanah ilmu pengetahuan dapat kita peroleh dari lingkungan kita
sendiri ataupun diimpor dari luar negeri dalam suatu pandangan yang
bersistem. Apabila ilmu pengetahuan bersifat universal, maka teknologi
yang diterapkan haruslah bersifat khas; yaitu sesuai dengan kebutuhan
setempat pada waktu tertentu.
Jadi, pembangunan
memerlukan penerapan ilmu pengetahuan yang mutakhir, namun teknologi
harus dapat melembaga di dalam masyarakat. Salah satu ciri khas yang
terpenting dari teknologi tepat guna seperti yang dicantumkan dalam GBHN
ialah padat karya, yaitu yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah
yang besar.
Penelitian, pengembangan serta
pemasyarakatan teknologi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berkesinambungan dan saling berkaitan satu sama lainnya. Ini berarti
bahwa teknologi yang diterapkan bagi pemba-ngunan Indonesia merupakan
paduan proses politik, ekonomi, sosial dan budaya, di samping proses
teknologi itu sendiri.
Seperti telah diketahui
sedikit-dikitnya dari 140 juta penduduk Indonesia, 81,20% bermukim di
pedesaan. Dari prosentase tersebut + 63% dari rakyat Indonesia bekerja
dan menggantungkan dari pada sumber penghidupan di pedesaan. Oleh karena
itu teknologi tepat guna sering dianalogkan dengan teknologi pedesaan.
Oleh
karena itu, falsafah yang harus mendasari upaya pengembangan teknologi
pedesaan adalah falsafah memodernkan masyarakat pedesaan tanpa ia
kehilangan identitasnya, tanpa ia kehilangan tradisi dan cara hidupnya.
Hanya jika pekerja yang berasal dari lingkungan pedesaan dapat
dibiasakan menggunakan teknologi-teknologi baru, termasuk yang modern,
untuk lebih menyempurnakan pengetahuan dan nilai-nilai tradisionalnya,
agar keutuhan kehidupan di desa dapat diamankan sambil dapat dilancarkan
industrialisasi yang dengan segala manfaat dan kerugiannya, sehingga
dapat membawa masyarakat termasuk lingkungan pedesaan pada taraf hidup
yang lebih tinggi.
Potensi yang terbesar adalah sumber
daya manusia de-ngan segala imaginasinya untuk menjinakkan teknologi
guna memanfaatkan sumber kekayaan alam yang tersedia itu. Kita membangun
untuk manusia, demikian pula teknologi. Dengan penerapan ilmu
pengetahuan dalam pembangunan, ia harus melihat manusia sebagai dasar
dan sekaligus modal pembangunan.
Sebagian besar dari
sumber kekayaan alam Indonesia belum terjamah oleh tangan bangsa
Indonesia sendiri. Selain itu besarnya penduduk di daerah tersebut dapat
merupakan suatu potensi yang berguna bagi pembangunan akan tetapi
sekaligus juga bisa merupakan beban berat bagi kita, apabila kita tidak
pandai-pandai memanfaatkannya.
Perlunya upaya
pengembangan teknologi di pedesaan barangkali akan tampak lebih jelas
jika diingat bahwa pada setiap masyarakat, umumnya berlaku suatu
tendensi bagi masyarakat pedesaan untuk bergerak menuju kota-kota
mencoba mencari pekerjaan di sektor industri. Karena sektor pertanian
pada suatu saat tertentu tidak lagi mampu memberikan pekerjaan dan
penghasilan yang cukup bagi penduduk desa. Ini berarti bahwa sektor
industri akan lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja yang berasal dari
lingkungan pedesaan. Selanjutnya, ini berarti bahwa pola pengembangan
industrialisasi dan pola kehidupan di kota-kota tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh asal-usul para pekerjanya tersebut.
Karena sumber pencaharian pokok di pedesaan adalah pertanian dan karena usaha pertanian sangat dibatasi oleh lingkungannya, maka para pekerja yang berasal dari desa cenderung mempunyai adat-istiadat dan kebiasaan hidup sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan lingkungannya masing-masing. Padahal, kehidupan di kota, di sektor industri dan sektor jasa dilandaskan pada prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan yang cenderung bersifat lebih universal. Dan pembenturan antara kedua macam cara dan kebiasaan hidup ini dapat menimbulkan keretakan dalam keutuhan cara-cara dan kebiasaan hidup pedesaan yang dibawa serta oleh para pekerja yang berasal dari lingkungan pedesaan itu.
Karena sumber pencaharian pokok di pedesaan adalah pertanian dan karena usaha pertanian sangat dibatasi oleh lingkungannya, maka para pekerja yang berasal dari desa cenderung mempunyai adat-istiadat dan kebiasaan hidup sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan lingkungannya masing-masing. Padahal, kehidupan di kota, di sektor industri dan sektor jasa dilandaskan pada prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan yang cenderung bersifat lebih universal. Dan pembenturan antara kedua macam cara dan kebiasaan hidup ini dapat menimbulkan keretakan dalam keutuhan cara-cara dan kebiasaan hidup pedesaan yang dibawa serta oleh para pekerja yang berasal dari lingkungan pedesaan itu.
Gejala pertama yang perlu
diperhatikan
ialah tingkat pertumbuhan yang tinggi dari penduduk, pola penyebaran
penduduk yang pincang antara Jawa dan luar Jawa. Gejala selanjutnya
ialah rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya tingkat pendapatan,
tidak meratanya pembagian pendapatan, rendahnya gizi, tingginya
morbiditas, banyaknya pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan formal
dan melek huruf, kurang lebih 60% dari warga desa hidup dalam pemukiman
yang kurang memenuhi segi-segi ukuran kesehatan dan sebagainya.
Kesemuanya itu menciptakan apa yang dinamakan sindrom "kemiskinan dan
kemelaratan". Kunci dari keseluruhan itu terletak pada manusia Indonesia
sendiri dan lingkungan yang mendukungnya.
Tidak
dapat diragukan lagi bahwa untuk merubah suatu potensi menjadi suatu
kenyataan dan ke luar dari dilema di atas, diperlukan input teknologi,
ketrampilan teknis, ketrampilan manajemen yang disertai kerja keras,
disiplin tinggi dan perubahan sikap mental bangsa.
Teknologi
Peningkatan Produktivitas Pedesaan
Sekarang
kita mencari daya upaya untuk mencapai dua tujuan yang saling
melengkapi:
(1) Meningkatkan produktivitas sektor pertanian sehingga mencapai tingkat yang akan menyediakan pangan serta hasil budidaya lainnya untuk keperluan keluarga petani dalam persentase yang kurang sementara persentase yang lebih tinggi untuk kaum bukan petani dengan tingkat konsumsi per kapita yang lebih tinggi; dan
(2) Meningkatkan tingkat produktivitas dari pekerjaan non-pertanian di daerah pedesaan untuk tenaga yang berlebihan akibat peningkatan produktivitas usaha pertanian.
(1) Meningkatkan produktivitas sektor pertanian sehingga mencapai tingkat yang akan menyediakan pangan serta hasil budidaya lainnya untuk keperluan keluarga petani dalam persentase yang kurang sementara persentase yang lebih tinggi untuk kaum bukan petani dengan tingkat konsumsi per kapita yang lebih tinggi; dan
(2) Meningkatkan tingkat produktivitas dari pekerjaan non-pertanian di daerah pedesaan untuk tenaga yang berlebihan akibat peningkatan produktivitas usaha pertanian.
Pada waktu itu dihasilkan beberapa
kesimpulan.
Pertama, bahwa setiap usaha untuk meningkatkan produktivitas daerah pedesaan membutuhkan cara pendekatan sistemis yang melibatkan pertimbangan secara terpadu bukan saja mengenai teknologi pertanian namun juga tentang ketersediaan aneka sumber daya energi, air dan aneka sarana produksi pertanian lainnya; serta masukan yang dibutuhkan perindustrian dan sebagainya, dan mengenai pengangkutan; serta juga mengenai aneka upaya untuk meningkatkan asimilasi budaya dan sosial terhadap manajemen; serta mengenai pola-pola pemukiman penduduk, dan sebagainya.
Kedua, bahwa pada masing-masing sistem itu akan dapat dicapai penyempurnaan dengan menerapkan teknologi yang lebih layak dengan menggunakan sumber daya genetika yang disempurnakan cara-cara budidaya yang lebih sempurna, budidaya berjenjang (terracing) dan teknik pengairan yang disempurnakan serta juga dengan menerapkan teknologi panen yang tepat guna dapatlah dicapai peningkatan produktivitas pertanian serta meningkatkan pendapatan kaum penduduk. Penyempurnaan pemukiman daerah pedesaan akan dapat dicapai dengan disempurnakannya jasa kesehatan, sarana pendidikan, serta penyempurnaan fasilitas komunikasi dan sebagainya.
Pertama, bahwa setiap usaha untuk meningkatkan produktivitas daerah pedesaan membutuhkan cara pendekatan sistemis yang melibatkan pertimbangan secara terpadu bukan saja mengenai teknologi pertanian namun juga tentang ketersediaan aneka sumber daya energi, air dan aneka sarana produksi pertanian lainnya; serta masukan yang dibutuhkan perindustrian dan sebagainya, dan mengenai pengangkutan; serta juga mengenai aneka upaya untuk meningkatkan asimilasi budaya dan sosial terhadap manajemen; serta mengenai pola-pola pemukiman penduduk, dan sebagainya.
Kedua, bahwa pada masing-masing sistem itu akan dapat dicapai penyempurnaan dengan menerapkan teknologi yang lebih layak dengan menggunakan sumber daya genetika yang disempurnakan cara-cara budidaya yang lebih sempurna, budidaya berjenjang (terracing) dan teknik pengairan yang disempurnakan serta juga dengan menerapkan teknologi panen yang tepat guna dapatlah dicapai peningkatan produktivitas pertanian serta meningkatkan pendapatan kaum penduduk. Penyempurnaan pemukiman daerah pedesaan akan dapat dicapai dengan disempurnakannya jasa kesehatan, sarana pendidikan, serta penyempurnaan fasilitas komunikasi dan sebagainya.
Dan ketiga, telah disimpulkan bahwa
karena diperlukan pendekatan gaya sistemis terhadap masalah ini perlu
dicari dua lokasi, yang satu di pulau Jawa dan yang lainnya di daerah
transmigrasi untuk memantau dan mengkaji penerapan pendekatan sistemis
itu untuk meningkatkan produktivitas daerah pedesaan.
Motivasi
yang melatarbelakangi minat serta peranserta Pemerintah berkenaan
dengan soal produktivitas daerah pedesaan itu. Pada tingkat abstraksi
yang lebih umum, usaha pembangunan nasional di Indonesia ini ditujukan
kepada peningkatan standar kehidupan, memperluas lingkupan lokasi
seluruh kegiatan pembangunan, dan mengusahakan pemerataan pembagian
pendapatan rakyat, serta meningkatkan kestabilan ekonomi dan politik
yang merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan usaha pembangunan di
segala bidang.
Dalam usaha mencapai beraneka sasaran kami itu, kami dihadapkan dengan kenyataan bahwa hampir 80% penduduk kita berkediaman di daerah pedesaan dan melakukan kegiatan yang rendah tingkat produktivitasnya, baik dalam hal tanaman pangan, peternakan, dan budidaya bahan baku untuk keperluan industri pedesaan. Dan bahwa produktivitas rendah memberikan pendapatan yang rendah pula, sedangkan pendapatan yang rendah itu berarti daya-beli yang rendah pula, yang menimbulkan tingkat penghidupan yang rendah.
Maka
kami berhasrat mendobrak lingkaran setan dari tingkat pembangunan yang
rendah dengan secara nalar memperkenalkan serta memanfaatkan teknologi
yang lebih maju. Namun dengan teknologi yang lebih sempurna tidak selalu
harus dimaksudkan apa yang disebut orang "tekno- logi tepat-guna".,
yaitu jenis teknologi yang serba primitif yang konon lebih sesuai untuk
daerah yang agak terbelakang.
Sebagaimana sudah saya tegaskan pada kesempatan lain teknologi yang sesuai untuk meningkatkan produktivitas di daerah pelosok yang serba terpencil tidak usah terpencil pula dari tingkat ilmu pengetahuan tingkat tinggi. Dan berdasarkan pada pandangan inilah kami telah mengadakan penggunaan eksperimental dari cara-cara fotovoltaik untuk membangkitkan tenaga listrik untuk keperluan pengairan desalinasi (mempertawarkan air asin) dan komunikasi di daerah pedesaan. Cara yang lain untuk pembangkitan tenaga listrik ialah dengan cara gasifikasi ataupun umumnya gasifikasi segala macam limbah pertanian juga sedang diujicoba.
Sebagaimana sudah saya tegaskan pada kesempatan lain teknologi yang sesuai untuk meningkatkan produktivitas di daerah pelosok yang serba terpencil tidak usah terpencil pula dari tingkat ilmu pengetahuan tingkat tinggi. Dan berdasarkan pada pandangan inilah kami telah mengadakan penggunaan eksperimental dari cara-cara fotovoltaik untuk membangkitkan tenaga listrik untuk keperluan pengairan desalinasi (mempertawarkan air asin) dan komunikasi di daerah pedesaan. Cara yang lain untuk pembangkitan tenaga listrik ialah dengan cara gasifikasi ataupun umumnya gasifikasi segala macam limbah pertanian juga sedang diujicoba.
Dalam segala usaha kami ini,
tujuannya
ialah membuat masyarakat pedesaan menjadi swasembada pada tingkat
konsumsi dan standar penghidupan yang lebih tinggi dan dengan demikian
memperluas pasaran untuk segala jenis barang produksi perindustrian baik
di dalam atau di dekat daerah pedesaan.
Sementara
itu tenaga kerja yang tidak lagi terpakai dalam sektor pertanian,
karena telah ditingkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, akan
diserap oleh sektor industri, yang kegiatannya meningkat dengan
bertambah pasarannya di daerah pedesaan. Dengan penerapan strategi
semacam inilah, kita harap akan dapat dilaksanakan transformasi penduduk
daerah pedesaan menjadi penduduk dengan tingkat produktivitas serta
pendapatan yang lebih tinggi. Jika upaya ini berhasil mencapai tujuan,
maka strategi ini akan mentransformasi 80% dari penduduk Indonesia
menjadi dasar yang ampuh untuk pembangunan sektor perindustrian
Indonesia yang ingin kami pacu.
Dengan ikhlas saya
ingin memperkenalkan teknologi yang lebih maju di daerah pedesaan untuk
menjadi pertimbangan untuk diterapkan di setiap subsistem daerah
pemukiman pedesaan, termasuk : pertanian industri pedesaan, sektor
perindustrian umum, pembangkitan tenaga listrik, perumahan, pendidikan,
jawatan kesehatan pedesaan, komunikasi dan lain sebagainya. Sungguh
mutlak penting bahwa semua ini dilaksanakan secara sistematis dan
terpadu, karena sekadar mengalihkan tenaga kerja dari sektor pertanian
hanya dengan meningkatkan teknologi pertanian, tanpa pada bersamaan
waktu diciptakan kegiatan ekonomis lainnya dengan menerapkan teknologi
yang lebih sempurna hanya akan berakibat timbulnya masalah sosial yang
lain.
Dalam keseluruhannya itu yang
terpenting
dalam melaksanakan program-program pembangunan ialah kemampuan dan
ketrampilan manusia-manusia Indonesia itu sendiri dalam upaya mengelola
sumber-sumber alam secara ekonomis dan berencana dengan memperhatikan
lingkungan hidupnya.
Dengan kata lain, tidak perlu dan
tidak
boleh teknologi pedesaan diartikan seolah-olah merupakan teknologi
"kampungan". Jangan lagi dikira bahwa pemecahan masalah-masalah di
pedesaan dapat dicapai hanya dengan memakai teknologi-teknologi yang
produktivitasnya rendah. Sebaliknya, perlu dipikirakan bagaimana
memanfaatkan teknolo- gi yang paling mutakhir bagi penyelesaian masalah
di lingkungan pedesaan.
Dalam segala kegiatan itu, sifat
serta
mekanisme proses alih teknologi pada setiap peristiwa harus diberi
perhatian penuh. Harus diusahakan keseimbangan antara segala usaha untuk
meningkatkan tingkat pendidikan, dengan upaya untuk merancang mesin
yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.
Saya
yakin bahwa berkat keahlian serta pengalaman selama ini, akan dapat
mencapai keputusan yang cukup matang, mengenai campuran yang lebih
sesuai antara teknologi lokal yang telah disempurnakan dengan teknologi
maju yang disesuaikan pula. Saya sadar bahwa tantangan yang kita hadapi
cukup berat, namun saya yakin pula akan sanggup menanggulanginya.
Bersambung
Bersambung
No comments:
Post a Comment