Upaya untuk mencapai kualitas sumber daya manusia seperti yang diharapkan itu dalam proses pengembangannya meliputi dua aspek; yaitu pengembangan formal dan pengembangan non-formal. Dan di dalam kedua wilayah pengembangan itu perlu dibedakan antara dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu pengajaran dan pelatihan (opleiding atau onderwijs) yang berlangsung di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya, serta proses pembudayaan (opvoeding), yang berlangsung sedini mungkin di dalam lingkungan keluarga.
Kedua-duanya
merupakan sisi yang berbeda dari keping yang sama. Pembudayaan
menyangkut upaya menjadikan manusia sebuah pribadi yang baik, yang taat
pada agama, seorang warga masyarakat yang baik, anggota bangsa yang
baik, dan warga negara yang baik. Pembudayaan bermaksud menjadikan
manusia yang berbudi baik, mengetahui budaya dan tradisi daerahnya dan
dapat menghayati keanekaragaman budaya-budaya sebagai unsur redundansi
yang merupakan sumber kekuatan kebudayaan Indonesia.
Sedangkan pengajaran langsung berkenaan dengan upaya untuk menjadikan manusia mampu berpikir secara analitis, sistematis, logis, pragmatis dan bergerak berdasarkan prinsip dan falsafah ilmiah yang telah teruji dan dibuktikan benar sesuai dengan hukum alam. Apakah di dalam bidang sosiologi, rekayasa, pertanian, biologi, elektronika, ataupun dirgantara.
Sedangkan pengajaran langsung berkenaan dengan upaya untuk menjadikan manusia mampu berpikir secara analitis, sistematis, logis, pragmatis dan bergerak berdasarkan prinsip dan falsafah ilmiah yang telah teruji dan dibuktikan benar sesuai dengan hukum alam. Apakah di dalam bidang sosiologi, rekayasa, pertanian, biologi, elektronika, ataupun dirgantara.
Kedua-duanya perlu memperoleh perhatian
yang sama besarnya. Kedua-duanya perlu berada dalam keadaan
keseimbangan. Tanpa pembudayaan yang baik, manusia yang memperoleh
pengajaran yang setinggi apapun sehingga merupakan manusia yang sangat
pandai dan terampil tidak akan tergerak untuk mengamalkan ilmunya untuk
kepentingan masyarakat dalam siklus peningkatan taraf hidup manusia dan
peningkatan mutu ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebaliknya, tanpa pengajaran yang sepadan, seseorang yang telah memperoleh pembudayaan yang sangat tinggi sekalipun sehingga tumbuh menjadi manusia yang sangat sopan dan berbudi luhur tidak akan sanggup menjalankan peranan sesuai dengan yang diharapkan.
Sebaliknya, tanpa pengajaran yang sepadan, seseorang yang telah memperoleh pembudayaan yang sangat tinggi sekalipun sehingga tumbuh menjadi manusia yang sangat sopan dan berbudi luhur tidak akan sanggup menjalankan peranan sesuai dengan yang diharapkan.
Itu berarti,
setelah melewati proses pembudayaan ma- nusia harus memasuki proses
pengajaran (pelatihan). Dalam kaitannya dengan proses yang terkahir ini,
upaya pengembangan sumberdaya manusia perlu ditujukan kepada
peningkatan mutu sumber daya tersebut dengan mem-pertinggi pengetahuan
dan keterampilannya, baik di dalam mengelola maupun dalam menerapkan dan
mengintegrasikan teknologi.
Keterampilan ini tidak cukup diperoleh hanya dengan observasi, partisipasi dalam seminar, lokakarya, ataupun dengan membuat satu-dua buah produk saja. Keterampilan yang langgeng dan semakin tinggi hanya dapat diraih melalui pelaksanaan secara terus-menerus proses-proses nilai tambah dengan mendesain dan memproduksi barang yang secara teknologis bermutu dan secara ekonomis layak jual.
Keterampilan ini tidak cukup diperoleh hanya dengan observasi, partisipasi dalam seminar, lokakarya, ataupun dengan membuat satu-dua buah produk saja. Keterampilan yang langgeng dan semakin tinggi hanya dapat diraih melalui pelaksanaan secara terus-menerus proses-proses nilai tambah dengan mendesain dan memproduksi barang yang secara teknologis bermutu dan secara ekonomis layak jual.
Keterampilan yang saya maksudkan di
juga dalam arti yang luas, meliputi semua bidang keahlian dan semua
tingkat keahlian; mencakup keterampilan seseorang professor dalam
mempraktekkan dan mengajarkan keahliannya; mencakup keterampilan
seseorang dokter umum, ahli bedah, manajer, ahli hukum, ahli bahasa,
ahli komputer; mencakup ahli penjualan, ahli pendidikan, ahli psikologi,
ahli ilmu sosial, ahli komunikasi, insinyur, ahli las; dan mencakup
juga tukang jaga, tukang sapu dan sebagainya.
Pengelolaan
sumberdaya manusia dengan tujuan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan itu perlu dilakukan secara pragmatis dengan memberikan
kesempatan untuk terus-menerus berkembang dalam bidangnya masing-
masing. Pengelolaan sumber daya manusia dengan cara demikian harus
didasarkan pada landasan pendidikan yang kuat.
Pendidikan ini harus mempunyai relevansi yang nyata dengan program-program yang dilakukan di dalam laboratorium dan pusat penelitian serta dengan proses-proses nilai tambah yang berlangsung di pabrik-pabrik dan satuan-satuan usaha lainnya, baik di sektor industri, sektor pertanian maupun di sektor-sektor yang mengkaitkan kedua sektor tersebut.
Lebih penting lagi, pendidikan tersebut sangat perlu untuk tidak berhenti setelah tenaga terdidik tersebut meninggalkan lembaga pendidik formal baik lembaga pendidikan dasar, menengah maupun lembaga pendidikan tinggi. Harus diusahakan agar para tenaga terdidik tetap mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi di bidang spesialisasinya, sekalipun mereka telah keluar dari lingkungan lembaga pendidikan.
Pendidikan ini harus mempunyai relevansi yang nyata dengan program-program yang dilakukan di dalam laboratorium dan pusat penelitian serta dengan proses-proses nilai tambah yang berlangsung di pabrik-pabrik dan satuan-satuan usaha lainnya, baik di sektor industri, sektor pertanian maupun di sektor-sektor yang mengkaitkan kedua sektor tersebut.
Lebih penting lagi, pendidikan tersebut sangat perlu untuk tidak berhenti setelah tenaga terdidik tersebut meninggalkan lembaga pendidik formal baik lembaga pendidikan dasar, menengah maupun lembaga pendidikan tinggi. Harus diusahakan agar para tenaga terdidik tetap mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi di bidang spesialisasinya, sekalipun mereka telah keluar dari lingkungan lembaga pendidikan.
Oleh
karena itu, proses pengembangan SDM dalam kerangka peningkatan nilai
tambah itu terdiri dari dua tahap. Yaitu (a) proses persiapan, yang
lazimnya dikenal dengan proses pendidikan, mulai dari sekolah dasar
sampai pendidikan keahlian rendah dan menengah atau ke perguruan tinggi;
dan (b) proses penyempurnaan, yang berlangsung semenjak ia bekerja.
Untuk
tahap persiapan proses nilai tambah individual, dibutuhkan suatu sistem
pendidikan yang rasional dan efektif. Sedangkan untuk tahap
penyempurnaan dibutuhkan apa yang dinamakan "wahana-wahana transformasi
teknologi dan industri".
Marilah kita kupas
setiap tahap proses nilai tambah individual manusia itu satu persatu.
Dalam
proses persiapannya menjadi pekerja produktif, setiap orang manusia
harus menjalani suatu proses untuk melatih interaksi antara panca indera
dengan otaknya; interaksi antara panca indera dan otaknya dengan sistem
dan lingkungannya; dan untuk melatih reaksi manusia terhadap
problema-problema dan masyarakatnya.
Proses
ini lazimnya dimulai sejak manusia itu berumur lima tahun, dan
berlangsung terus selama sekitar duapuluh sampai duapuluh empat tahun
jika yang bersangkutan berkeinginan memperoleh gelar doktor dalam bidang
tertentu.
Kecuali bagi orang-orang yang luar
biasa pandainya, proses ini tidak dapat diperpendek secara berarti. Lama
proses tidak dapat diperpendek dengan menuntut orang bekerja lebih
keras sampai, katakanlah, 24 jam sehari. Dan mutu proses itupun
tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik langsung
seperti kurikulum serta perlengkapan pendidikan, maupun tidak langsung
seperti keadaan ekonomi, lingkungan sosial, keadaan gizi, falsafah
hidup, kehidupan beragama, bernegara dan sebagainya.
Setelah
tahap persiapan, maka manusia Indonesia harus menjalani tahap kedua,
yaitu tahap penyempurnaan proses nilai tambah individualnya. Ia harus
bekerja. Di dalam tahap inilah seseorang menyempurnakan dirinya,
mengaktualisasikan potensinya dan berproduksi. Tahap inilah yang
menjadikannya sempurna atau optimum dalam mental, ke-terampilan, dan
keahliannya sehingga menjadi unggul dalam bidangnya.
Pengetahuan
yang diperoleh manusia di dalam proses persiapan hanyalah memberikan
landasan baginya untuk berkembang lebih lanjut menjadi manusia yang
terampil di dalam bidangnya. Ini meliputi keterampilan baik di dalam
menerapkan dan mengintegrasikan teknologi, maupun di dalam mengelola
penerapan dan integrasi teknologi itu.
Di
samping manusia menginginkan pengakuan prestasinya berupa pangkat,
status dan penghargaan non-material lainnya, ia juga membutuhkan
penghargaan material berupa penghasilan yang memuaskan. Dan hal ini
hanya dapat dilaksanakan bila hasil kerjanya sebagai tenaga ahli secara
langsung atau tidak langsung terkait dengan proses nilai-tambah.
Orang
berbeda satu sama lain dalam kemampuannya menjalani tahap penyempurnaan
ini. Ada yang berhenti berproduksi dan melakukan inovasi pada saat ia
berumur empatpuluh tahun. Hanya sampai disitulah penyempurna- annya. Ia
sudah jenuh pada umur semuda itu. Sebaliknya, ada orang yang tidak
henti-hentinya berpikir, bekerja, berproduksi, dan menghasilkan bahkan
sampai berusia sangat lanjut. Usaha dan karyanya tidak berhenti pada
saat pensiun.
Masalah pendidikan sangat kritis. Usaha
menjadikan seseorang terdidik bertaraf sarjana, apakah ahli ekonomi,
atau ahli pemerintahan, atau seorang insinyur, atau ahli hukum, atau
dokter, membutuhkan suatu usaha berkualitas yang konsisten tinggi
sepanjang waktu bertahun-tahun; sekurang-kurangnya 16 atau 18 tahun.
Ada
kalanya terdapat anak-anak yang sangat pandai, dan dapat menyelesaikan
proses ini dalam waktu lebih singkat dari itu. Namun pada umumnya,
proses ini tidak mungkin dipersingkat menjadi katakanlah, sembilan atau
sepuluh tahun saja.
Seandainya proses
ini membutuhkan waktu selama 18 tahun, maka proses tahap kedua dapat
dimulai pada saat seseorang berumur 24 tahun. Dan jika orang tersebut
bekerja sampai katakanlah, umur 64 tahun, yakni batas usia kerja, maka
proses tahap kedua berjalan selama 40 tahun.
Dalam
waktu 40 tahun ini, rata-rata, orang hanya mampu terus-menerus
meningkatkan produktivitasnya dalam masa 25 tahun pertama saja. Dalam
waktu 15 tahun berikutnya, produktivitasnya akan mendatar kalau tidak
menurun, walaupun ada kalanya seseorang dapat mempertahankan
produktivitasnya hingga umur 70 tahun.
Kenyataan
sekarang adalah bahwa kita bahkan tidak mampu mencapai rata-rata itu.
Banyak orang baru selesai menjalani tahap pertama pada umur 28 atau 30
tahun. Banyak orang yang sudah mulai mendatar produktivitasnya mulai
umur 40 atau 45 tahun. Ini berarti, banyak orang yang tidak produktif.
Justeru
karena itu, kita harus melaksanakan proses pendidikan atau proses
persiapan nilai tambah individual ma-nusia itu dengan produktifitas dan
dengan mutu yang tinggi. Kita tidak boleh bereksperimen. Kita tidak
boleh ber-eksperimen dalam pendidikan. Dan kita tidak boleh
ber-eksperimen di dalam memilih bidang-bidang industri tempat manusia
Indonesia menyempurnakan dirinya menjadi ma-nusia yang unggul.
Sumber:
Prof. B.J. Habibie
Foto:
Oleh: Arip Nurahman
"Pendidikan terbaik dimulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat serta disempurnakan dalam proses pembelajaran di sekolah"
~Arip, Universitas Pendidikan Indonesia~