Saturday, October 5, 2013

SDM dan Tantangan Masa Depan II



Arti modal yang luas adalah uang ditambah dengan pengembangan SDM dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang mengenai posisi sumber daya manusia Indonesia, pemerintah membutuhkan 1% dari penduduk Indonesia untuk pengembangan teknologi tinggi, memang benar. Amerika Serikat memiliki sekitar 2,8% dari penduduknya bekerja dalam teknologi tinggi, Jepang memiliki hampir 5%, sedangkan Jerman memiliki antara 3% - 4% dari penduduknya bekerja dan menguasai teknologi tinggi, tapi saya mengatakan Indonesia cukup memiliki 1% dari 184 juta atau 1,8 juta saja. 

Dan sekarang kita baru memiliki 16.000, mereka berkerja di PT IPTN, jadi sudah terlihat kita mulai bergerak ke sasaran itu. Saya juga telah menjelaskan bahwa di dalam suatu sistem ekonomi semuanya mengalami penyusutan, apakah gedung, mobil atau pun investasi apa saja, bahkan uang pun mengalami penyusutan. Kita pernah mengalami, satu dolar senilai Rp 400 sekarang Rp 2.000 yang memperlihatkan penyusutan nilai. Kita mengetahui ini disebabkan antara lain oleh kebijaksanaan devaluasi. 

Semua itu mengalami penyusutan, yang tidak mengalami penyusutan hanyalah modal SDM yang terbarukan yang terampil yang terus-menerus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan SDM terbarukan yang sekali unggul dalam keterampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tetap tidak akan menga-lami penyusutan nilainya. Lihat saja, tidak ada gaji dari seseorang yang tiap tahunnya turun, tetapi selalu naik apakah ia pengawai negeri, pegawai kecil sekurang-kurangnya disesuaikan dengan penyusutan nilai rupiahnya terhadap kekuatan pasar atau inflasi. 

SDM yang unggul akan terus menguasai ilmu pengetahuan dan terus menguasai ekonomi. Jadi kalau kita melihat modal dalam bentuk finansial SDM yang terbarukan dan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jelas SDM yang terbarukan dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dan nilainya terus meningkat. 

Saya pernah mendengar usulan agar sebaiknya kita tidak mengarah menjadi the new industrial society tetapi the new agroindustrial society yang dititik beratkan pada pertanian sebagai keunggulan kita. Saya bertanya apakah bisa dibayangkan bangsa Indonesia dapat tumbuh dan melaksanakan skenario ekonominya tanpa listrik, tanpa telepon, tanpa telex, tanpa telefax, tanpa pesawat terbang, tanpa mobil, tanpa kereta api, tanpa kapal laut, tanpa pelabuhan, tanpa peramalan cuaca, tanpa komputer? 

Tidak mungkin! Semua itu adalah hasil karya SDM yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Karena SDM yang terampil dan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi itu nilainya meningkat terus, maka produk yang dihasilkan juga akan meningkat nilainya secara absolut. Sedangkan unggulan produk pertanian akan banyak mengalami kesu-litan sebagaimana ditunjukkan oleh sulitnya petani untuk menjual beras. 

Negara-negara Eropa dan Amerika tiada henti-hentinya mendiskusikan masalah perdagangan produk pertanian di GATT. 

Jika kita mengunggulkan suatu produk dengan pasar yang terbatas, kelebihan produknya berakibat pada penu-runan harga. Padahal kita membutuhkan dana untuk membeli produk basil tenaga kerja terampil. 

Dari mana kita memperoleh dananya? 

Dari kredit, tidak mungkin. Bank hanya memberikan kredit jika si peminjam adalah creditable. 

Kalau suatu hari minyak dan gas hanya tinggal untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kita hanya mengandalkan keunggulan produk pertanian saja, tanpa menghiraukan apa yang saya namakan produk SDM terbarukan dengan teknologinya, maka jangan heran kita akan menghadapi neraca perdagangan yang negatif dan neraca pembayaran negatif terus menerus. Kalau terjadi, maka runtuhlah sistem ekonomi kita. 

Masalah yang dihadapi negara maju sekarang pun ialah neraca perdagangan dan neraca pembayaran yang sudah mulai tidak stabil. Saya tidak mau menggurui, saya tidak mau menjelaskan ekonomi secara rinci karena saya anggap hal ini sudah sama-sama kita pahami. Saya hanya mengulanginya secara ringkas mengapa saya menggaris bawahi bahwa modal dalam arti yang luas ini harus memperhatikan 3 jenis, yaitu finansial, SDM dan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Oleh karena itu saya tidak henti-hentinya menyerukan pentingnya pendidikan karena kaitannya dengan SDM tersebut. 

Sumber: Prof. B.J. Habibie