Monday, September 3, 2012

Memahami Jenderal Besar Soeharto


Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto, (EREYD: Suharto) (lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul,Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno. Di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "The Smiling General" (bahasa Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum") karena raut mukanya yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.





Mantan wakil presiden Try Sutrisno mengungkapkan, mantan presiden Soeharto sering diam-diam (incognito) berkeliling ke daerah-daerah untuk melihat hasil pembangunan yang ia canangkannya. "Saya masih ingat, Pak Harto selalu melakukan "incognito". Pesannya tidak boleh ada satu pun yang tahu kalau Pak Harto mau melakukan incognito," ujar Try yang juga mantan ajudan Soeharto dalam peluncuran buku "Pak Harto, The Untold Stories" di Museum Purnabhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

Saat melakukan incognito, Soeharto selalu berpesan agar tidak ada seorang pun yang tahu, baik pejabat daerah maupun pejabat pusat. "Yang ikut biasanya hanya tiga mobil, dokter kepresidenan, pengawal, Pak Harto dan saya," kenang Try. 

Dia menuturkan, saat melakukan incognito, rombongan Soeharto membawa logistik sendiri yang telah disediakan oleh Ibu Tien Soeharto. "Biasanya membawa sambal teri bikinan Ibu Tien. Ketika waktu makan tiba, Soeharto pun tak segan-segan makan bersama anak buahnya," ujarnya. 

Menurut dia, perjalanan incognito yang dilakukan Soeharto selama berhari-hari tanpa protokoler, tanpa pengawalan formal dan makan dengan bekal seadanya serta menginap di rumah penduduk membulatkan pikiran dan tindakan Pak Harto dalam mengambil keputusan terbaik bagi kesejahteraan bangsanya.



Karier militer 

Pada 1 Juni 1940, ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah. Setelah enam bulan menjalani latihan dasar, ia tamat sekolah militer sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral. Ia terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong serta resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Dia bergabung dengan pasukan kolonial Belanda, KNIL.

Saat Perang Dunia II berkecamuk pada 1942, ia dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu. Setelah berpangkat sersan tentara KNIL, dia kemudian menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentaraPETA, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel. Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel.

Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi. Kemudian, ia ditunjuk sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL. Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam serangan umum yangberhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepadaPanglima Besar Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia (RI) masih ada. Pada usia sekitar 32 tahun, tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret 1953).

Pada 3 Juni 1956, ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel. Lembaran hitam juga sempat mewarnai lembaran kemiliterannya. Ia dipecat oleh Jenderal Nasution sebagai Pangdam Diponegoro. Peristiwa pemecatan pada 17 Oktober 1959 tersebut akibat ulahnya yang diketahui menggunakan institusi militernya untuk meminta uang dari perusahaan-perusahan di Jawa Tengah. Kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel Ahmad Yani. Atas saran Jendral Gatot Subroto saat itu, dia dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung, Jawa Barat.


Pada usia 38 tahun, ia mengikuti kursus C SSKAD (Sekolah Staf dan Komando AD) di Bandung dan pangkatnya dinaikkan menjadi brigadir jenderal pada 1 Januari 1960. Kemudian, dia diangkat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat di usia 39 tahun. Pada 1 Oktober 1961, jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Pada tahun 1961 tersebut, ia juga mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis), danBonn (Jerman). Di usia 41 tahun, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal (1 Januari 1962) dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.

Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965. Sekitar setahun kemudian, tepatnya, 2 Januari 1962, Brigadir Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya.

Setelah diangkat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 1 Mei 1963, ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965. Dua hari kemudian, tepatnya 3 Oktober 1965, Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. Jabatan ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI. 

Sebagai presiden 




Roma, Italia, 14 November 1985. Musim dingin yang membekap Kota Roma ketika itu turut menggigit tubuh setiap peserta Konfrensi ke-23 Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Tidak kurang dari 165 negara anggota mengirimkan wakilnya ke perhelatan yang membetot perhatian mata dunia terhadap Indonesia kala itu. Presiden Soeharto yang sukses mengantarkan Indonesia dari pengimpor besar terbesar di dunia menjadi swasembada didapuk maju ke podium untuk memberikan pidatonya. Dia menyerahkan bantuan satu juta ton padi kering (gabah) dari para petani untuk diberikan kepada rakyat Afrika yang mengalami kelaparan. “Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia,” kata Presiden Soeharto dalam pidatonya.

 Karena itu, FAO mengganjar keberhasilan itu dengan penghargaan khusus berbentuk medali emas pada 21 Juli 1986. Prestasi Soeharto di bidang pertanian memang fantastik atau dahsyat. Indonesia mengecap swasembada besar mulai 1984. Produksi besar pada tahun itu mencapai 25,8 juta ton. Padahal, data 1969 beras yang dihasilkan Indonesia hanya 12,2 juta ton. Hasil itu memaksa Indonesia mengimpor beras minimal 2 juta ton. Sebab itu, pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil presiden diserahkan kepada Sudharmono. Sekali lagi, mata dunia tertuju lagi kepada seorang Soeharto. Karena sukses dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana, Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York pada 8 Juni 1989. “Kenaikan produksi pangan tidak banyak berarti jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali,” tandas Soeharto.

Dia dianugerahi UN Population Award, penghargaan tertinggi PBB di bidang kependudukan. Penghargaan itu disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB, Javier de Cueller di Markas Besar PBB, New York bertepatan dengan ulang tahun Soeharto yang ke-68 pada 8 Juni 1989. Soeharto makin dilirik ketika berhasil menegakkan harkat bangsa Indonesia di latar ekonomi Asia. Di ASEAN, dia dianggap berjasa ikut mengembangkan organisasi regional ini sehingga diperhitungkan di dunia. “Tanpa kebaikan dan kehadiran Soeharto, kami akan menghabiskan banyak jatah produk domestic bruto di bidang pertahanan,” ujar Perdana Menteri Australia Paul Keating ketika itu. Paul Keating menyebut Soeharto sebagai “ayah”.


Dalam bukunya, Soeharto; Political Biography, Robert Edward Elson menulis, “Soeharto adalah tokoh yang amat penting selama abad XX di Asia.” Dua Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan Ronald Reagan juga memuji gebrakan Soeharto. Tetapi, Soeharto mengklaim dirinya anak petani dengan nilai-nilai biasa yang tidak berambisi menguasai negeri Indonesia dan mendahului kepentingan bangsa. “Saya di rumah, di antara istri dan anak-anak merasa sebagai seorang biasa, hanya secara kebetulan diberi kepecayaan oleh rakyat untuk memimpin negara ini sebagai presiden,” tutur Soeharto dalam suatu temu wicara pada Peringatan Hari Ibu ke-67 di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pada 22 Desember 1989.

Sebab itu, pada 14 September 1991, Presiden Soeharto menolak permintaan Amerika Serikat untuk memperoleh pangkalan militer di Indonesia setelah pindah dari Filipina. Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk yang keenam kalinya pada 10 Maret 1993. Kali ini, Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Setelah enam kali berturut-turut ditetapkan MPR sebagai presiden, Soeharto mulai menyatakan jika dirinya tidak berambisi menjadi presiden seumur hidup (12 Maret 1994). Pada kepemimpinannya periode ini, Presiden Soeharto memberhentikan Prof Dr Satrio Budiharjo Joedono selaku Menteri Perdagangan sebelum akhir masa jabatan (6 Desember 1995). Soeharto yang mengawali kekuasaannya sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 dan menjadi presiden pada 27 Maret 1968 terus menggenggam jabatan itu selama 31 tahun.

Semula ada yang memperkirakan bahwa Soeharto akan menolak pencalonannya kembali sebagai presiden untuk periode yang keenam pada tahun 1998 setelah istrinya meninggal dunia pada 28 April 1996. Perkiraan itu ternyata keliru. Ketika usianya mencapai 75 tahun, ia bukan saja bersedia untuk dicalonkan kembali tetapi menerima untuk diangkat kembali sebagai presiden untuk periode 1998-2003. Ia menerima penganugerahan Bintang Lima atau Pangkat Jenderal Besar saat berusia 76 tahun (39 September 1997).

Sunday, September 2, 2012

High Advance Technology II

 

6. Nanotechnology:

This track will cover the science, technology and potential future capabilities of nanotechnology, including:
(1) Fundamental scaling laws and their limits. 
(2) The nature of atomically precise structures and computational chemistry. 
(3) Current and proposed manufacturing technologies including: lithography, self assembly, DNA nanotechnology, positional assembly, Scanning Probe Microscopy, mechanosynthesis, molecular positional devices, self replicating systems, molecular nanotechnology (MNT) and nanofactories. 
(4) Molecular computing, molecular logic elements, carbon nanotube electronics and thermal limits in computing. 
(5) Medical nanorobotics and nanomedicine, life extension and cryonics. 
(6) the impact of nanotechnology on space, energy production and storage, national security, green manufacturing, environmental remediation and other areas.

TRACK CHAIRS & ADVISORY (Nanotechnology)
  • Co-Chair: Robert Freitas, Jr , Sr Research Fellow, Inst for Molecular Manufacturing
  • Co-Chair: Ralph Merkle, Sr Research Fellow, Inst for Molecular Manufacturing
  • Advisor: J Storrs Hall, Pres, Foresight Inst; Author, Beyond AI & Nanofuture
  • Advisor: Neil Jacobstein, CEO, Teknowledge; Media X Prog, Stanford Univ

7. Medicine, Neuroscience & Human Enhancement:

This track will explore the future of biomedicine, neuroscience, and human enhancement and its impacts on human health and performance in six areas: 
(1) Stem cells and regenerative medicine: the emerging ability to repair, replace and regenerate damaged, aged, or diseased tissues utilizing cell therapies, therapeutic cloning, pluripotent stem cells, tissue engineering, biomaterials and artificial organs. 
(2) Targeted therapies, including minimally invasive medical devices, designer drugs, identification and targeting of cancer stem cells. 
(3) Medical diagnostics and imaging: increasingly powerful and rapid imaging modalities, point-of-care medical diagnostics, and biomarker technology.
(4) Neuroscience: neuroprosthetics (artificial retina, cochlear implants, brain-computer interfaces, deep brain stimulation), neuroplasticity, and direct fMRI functional brain imaging/scanning. 
(5) Wellness: preventative drugs, supplements/antioxidants/diet, proactive regimens, Internet-based medical informatics, and telemedicine. 
(6) Human enhancement: exoskeletons, robotic limbs, neuroenhancing pharmacological agents, gene therapy, and anti-aging strategies.

TRACK CHAIRS & ADVISORY (Medicine, Neuroscience & Human Enhancement)

8. AI & Robotics:

This track focuses on intelligent machines. The main topics are: 
(1) Introduction to intelligent machines: perception, actions, representation, reasoning, learning, dealing with uncertainty. 
(2) AI technology: efficient exploration of state space, planning, logical inference, probabilistic inference, representation languages, machine learning, and language understanding. Alternative approaches for producing artificial general intelligence (AGI) or strong AI. 
(3) Robotics technology: hardware systems (sensors, manipulators), mobility, localization and mapping, human-robot interactions, multi-agent systems, autonomous vehicles, scaling to micro- and nano-machines. 
(4) Applications in home, transportation, medicine, security, internet, entertainment, space, and other areas. 
(5) Future directions: technology trends, solving the hard problems. AI ethics, potential for runaway AI, friendly vs. unfriendly AI. Uncertainties concerning when computers will match various capabilities of the human brain. 
Will computers become conscious?

TRACK CHAIRS & ADVISORY (AI & Robotics)
  • Co-Chair: Neil Jacobstein, CEO, Teknowledge; Media X Prog, Stanford Univ
  • Co-Chair: Raj Reddy, Prof of Computer Science & Robotics, Carnegie Mellon Univ
  • Advisor: Ben Goertzel, Founder, Novamente; Dir of Research, Singularity Inst
  • Advisor: Jason Lohn, Senior Research Scientist, Carnegie Mellon University
  • Advisor: Dharmendra Modha, Manager, Cognitive Computing, IBM Almaden
  • Advisor: Peter Norvig, Director of Research, Google Inc.
  • Advisor: Sebastian Thrun, Prof of Computer Science, Director AI Lab at Stanford

9. Energy & Ecological Systems:

This track will cover future breakthroughs in renewable energy production, including solar, wind, ocean, geothermal, biological, and nuclear; grid 2.0 & transmission systems; energy storage technology & systems, including fuel cells; efficient transportation systems; energy conservation & efficiency, energy for the developing world; the Earth as an environmental system, including climate models and strategies and geoengineering; and global catastrophe scenarios and existential extinction events (asteroids, biowarfare, gamma ray bursts, nuclear war, etc.) and survival, prevention, and mitigation strategies.

TRACK CHAIRS & ADVISORY (Energy & Ecological Systems)
  • Co-Chair: Sunil Paul, Founding Partner at Spring Ventures
  • Co-Chair: Michel Gelobter, Founder, Cooler Inc; former Pres, Redefining Progress
  • Co-Chair: Dan Whaley, Founder and CEO, Climos
  • Advisor: Dan Kammen, Co-director of the Berkeley Inst of the Environment
  • Advisor: Claire Tomkins, Project Manager: Gigaton Throwdown

10. Space & Physical Sciences:

Calling on the extensive research and instructional resources at NASA Ames, this track will explore:
(1) The future of space, including future launch and propulsion systems (lasers, space elevators, ion engines, solar sails, fusion drives); nanosatellites; orbital satellite systems for communications and Earth and remote sensing; energy sources such as Helium-3 from the lunar regolith, solar-powered satellites; asteroids and comets as sources of metals, minerals and fuel. 
(2) Cosmology (including dark matter and dark energy and fundamental structure of matter); astrobiology and the origin of life on Earth and elsewhere; SETI and communication with extraterrestrial life; computronium (converting matter to a computational resource); and spreading intelligence to the universe.
TRACK CHAIRS & ADVISORY (Space & Physical Sciences)

Team Design Project:

The Team Project for SU’s Graduate Studies Program (June 27th -Aug 29th 2009) is the centerpiece of the curriculum where students are given a challenging, interdisciplinary, and real world problem that exemplifies one of humanity’s grand challenges. 2009’s Team Project is called, 10^9+ (ten to the ninth, plus) where students will be asked how they can impact 1 Billion people, worldwide, in a positive way, in 10-years time leveraging accelerating technologies. 
At the end of the 9 week summer session, students will present their results before a panel of individuals composed of representatives from private and public industries. They will also launch a website and other deliverables to serve as a launchpad for practical solutions and continued international dialogue related to various aspects of the problem.
  • Co-Chair: Lauren Fletcher, Engineer, Astrobiology, NASA Ames Research Center
  • Co-Chair: Keith Kleiner, Associate Founder, Singularity University

Technology Advisory Board:

The purpose of Singularity University’s Technology Advisory Team is to provide the University with ideas and guidance for the support and implementation of software tools for education, outreach and social media. In essence, the team strives to keep Singularity University at the cutting-edge of computer-based information systems, particularly online social networking and media applications.

Media Advisory Board:

Singularity University Media is producing a feature documentary for theatrical and broadcast distribution, and a series of short documentaries for online distribution. We are also recording lectures and panel discussions for DVD and online release. SU Media is run by former Technology Producer and Web Strategist at Charlie Rose, Matt Rutherford.

Sumber:

Singularity University