Thursday, May 19, 2011

TRANSFORMASI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI UNTUK HARI DEPAN BANGSA Bag I



TRANSFORMASI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
UNTUK HARI DEPAN BANGSA 
 


 
 

Pengembangan diri suatu bangsa menjadi bangsa berteknologi maju merupakan suatu proses transformasi menuju perolehan kualitas baru. Melakukan transformasi teknologi dan industri berarti bergerak ke arah dimensi baru kehidupan bangsa. 
Teknologi tidak dapat dimengerti apalagi dikembangkan secara abstrak. Bekerjanya teknologi hanya dapat dipahami melalui usaha penerapannya dalam rangka pemecahan masalah produksi yang kongkrit. 
(B.J. Habibie) 
Hidup kita di Indonesia adalah perjuangan untuk membentuk hidup esok yang lebih baik. Dan perjuangan untuk membentuk hidup esok yang lebih baik itu tiada lain merupakan perjuangan untuk menempa diri: mengembangkan diri menjadi bangsa Indonesia yang modern, mandiri dan berkeunggulan.
Dalam kerangka inilah kita terlibat dalam proses pembangunan bangsa, yaitu proses yang dilalui suatu bangsa dalam suatu negara dalam usahanya mengembangkan identitas bersama serta falsafah hidupnya, mengembangkan cara hidup serta cara kerjasamanya yang khas, dan merealisasikan potensi ekonomi, potensi kebudayaan serta potensi politiknya sebagai suatu kesatuan nasional yang khas.
Di dalam arti ini, "kebangsaan" jauh lebih luas daripada sekadar terpenuhinya persyaratan formal kemerdekaan politik. Di dalam arti ini, kebangsaan ditandai oleh kemampuan berdiri sendiri secara ekonomis, keberhasilan mem- pertahankan identitas kebudayaan bangsa, serta kekuatan mempertahankan integritas politik.

Di bidang ekonomi, kebangsaan berarti kemampuan menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan sendiri serta barang dan jasa yang dibutuhkan di pasar dunia untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang diperlukan, tetapi yang tidak dapat, atau tidak ekonomis jika dihasilkan sendiri. Itulah sebabnya, kemampuan untuk menguasai serta mengembangkan teknologi sangat penting. Tanpa kemampuan ini, kekayaan alam yang berlimpah sekalipun tak akan pernah merupakan harta yang terkuasai. Sedangkan dengan dikuasainya ilmu pengetahuan dan teknologi, langkanya sumber daya alam tidaklah menjadi hambatan yang tak teratasi.
Usaha kita menguasai dan mengembangkan teknologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan kita membentuk hidup esok yang lebih baik, bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan membentuk diri kita sebagai bangsa. Seperti disebutkan dalam GBHN 1993: "bahwa agar pembangunan nasional dapat memberikan kese- jahteraan rakyat lahir batin yang setinggi-tingginya, penyelenggaraannya perlu menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mendorong pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara saksama dan bertanggung jawab dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bu- daya bangsa."
Prinsip-Prinsip Pengembangan Teknologi 
Ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa tidak dapat dikuasai dan dikembangkan dengan begitu saja. Terlebih lagi bagi bangsa Indonesia yang tingkat kemampuan sumberdaya manusia dan kapabilitas teknologinya masih relatif terbelakang. Untuk menjamin tercapainya hasil dan daya guna suatu proses pengalihan, pene- rapan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang diharapkan, ada beberapa prinsip yang harus kita perhatikan.
Prinsip-prinsip ini merupakan perpaduan antara apa yang berlaku dalam kenyataan dan apa yang seharusnya, dan secara keseluruhan dapat dipandang merupakan falsafah pribadi saya dalam bidang penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa. Secara singkat prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
Prinsip pertama, adalah perlunya diselenggarakan pendidikan dan pelatihan di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan untuk keperluan pem- bangunan bangsa. Ini menyangkut baik pendidikan dan pelatihan di dalam negeri maupun di luar negeri. Ini merupakan suatu langkah yang esensial. Namun langkah ini saja tidaklah cukup.
Di samping itu, sebagai prinsip kedua, perlu dikembangkan suatu konsep yang jelas, realistis, dan dapat dilaksanakan secara konsekuen tentang masyarakat yang ingin dibangun di masa depan serta teknologi yang diperlukan untuk mewujudkannya. Teknologi ini belum tentu selalu harus merupakan teknologi yang paling sederhana. Seringkali, teknologi ini bahkan dapat merupakan teknologi yang mutakhir di dunia. Satu-satunya ukuran bagi tepat-tidaknya suatu teknologi bagi bangsa yang secara teknologis kurang maju adalah kegunaannya dalam memecahkan permasalahan-permasalahan nyata di dalam negara bangsa tersebut.
Prinsip ketiga, dan barangkali yang paling penting, adalah bahwa teknologi hanya dapat dialihkan, diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut jika mereka benar-benar diterapkan pada pemecahan masalah-masalah yang kongkrit. Karena sifatnya, teknologi tidak dapat dimengerti apalagi di- kembangkan secara abstrak. Untuk mengembangkan tek- nologi produksi padi misalnya, memang sangat penting dipelajari pertanian padi dan teknologi produksi padi yang telah dikembangkan di seluruh dunia. Tetapi yang paling penting adalah usaha meningkatkan produksi padi di dalam berbagai kondisi lahan, kondisi cuaca, kondisi ekonomi dan di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan tertentu. Bekerjanya teknologi dapat dipahami dengan baik hanya melalui usaha dan karya nyata dalam rangka memecahkan problema-problema produksi yang kongkrit. Dan hanya jika teknologi dipahami dengan cara demikian, ia dapat dikembangkan lebih lanjut.
Prinsip keempat, berdampingan dengan prinsip ketiga tadi, bagi bangsa yang ingin mengembangkan dirinya secara teknologis harus bertekad kuat untuk berusaha sendiri memecahkan masalah-masalahnya. Bangsa yang ingin maju secara teknologis, tidak mungkin terus-menerus menjadi importir netto teknologi sepanjang masa. Pada suatu ketika, ia harus sanggup mengembangkan teknologinya sendiri.
Kelima, pada tahap-tahap awal transformasi dirinya menjadi suatu bangsa berteknologi maju, setiap negara harus melindungi perkembangan kemampuan nasionalnya di bidang teknologi hingga saat tercapainya kemampuan bersaing secara internasional. Dan perlu ditambahkan di sini, bahwa setiap negara harus merencanakan tercapainya kemampuan bersaing secara internasional itu dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Demikianlah beberapa prinsip yang harus diperhatikan di dalam setiap usaha melaksanakan suatu strategi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta upaya-upaya transformasi teknologi dan industri di negara-negara berkembang.
Ada banyak strategi yang dapat dipilih untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam tindakan yang lebih kongkrit. Namun secara konsepsional, terdapat dua elemen dasar dari strategi ini yang patut diperhatikan. Elemen pertama adalah tahap-tahap pelaksanaannya, dan yang kedua adalah wahana-wahananya.
Tahap-tahap Transformasi 
Pengembangan diri suatu bangsa menjadi bangsa berteknologi maju merupakan suatu proses transformasi menuju pencapaian kualitas baru. Proses trasformasi ini kini telah dapat kita kenali. Proses transformasi suatu masyarakat menjadi suatu bangsa yang maju teknologi dan industrinya terdiri dari empat tahap yang bertumpang-tindih. Tiga di antaranya relevan bagi negara-negara sedang berkembang, sedangkan tahap keempat merupakan tahap kunci bagi negara-negara yang ingin mempertahankan keung-gulan tenologinya.
Tahap pertama dan yang paling mendasar adalah tahap penggunaan teknologi yang telah ada di dunia untuk proses-proses nilai-tambah dalam rangka produksi barang dan jasa yang telah ada di pasaran. Pada tahap ini, teknologi produksi dan manajemen digunakan untuk mengubah bahan mentah dan barang-barang setengah jadi menjadi barang-barang jadi yang memiliki nilai yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, proses-proses ini dinamakan proses nilai-tambah. Sudah barang tentu dalam pelaksanaan berbagai proses nilai-tambah ini dapat saja dimanfaatkan teknologi yang telah dikembangkan di dalam negeri. Namun, tidak dengan sendirinya hal ini akan memajukannya. Bisa saja investasi di dalam usaha-usaha penelitian dan pengembangan dilakukan. Tetapi sangat mungkin yang dihasilkan adalah sekadar "penemuan kembali roda" di berbagai bidang.
Dengan kata lain, setelah menanamkan waktu, tenaga dan uang yang begitu banyak, yang dihasilkan hanyalah teknologi yang sama seperti yang telah ada di negara-negara lain. Karena itu, dalam banyak hal, jalan pintas yang paling masuk akal adalah melakukan pengalihan teknologi dari luar negeri dan melaksanakan produksi atas dasar lisensi. Dalam pelaksanaannya, diperlukan penerapan rencana-rencana produksi progresif (progressive manufacturing plans) untuk menjamin teralihkannya teknologi yang bersangkutan secara teratur dengan mengaitkan tingkat penga- lihan teknologi pada jumlah barang yang diproduksi dan tidak dengan cara menentukan sasaran-sasaran waktu.
Melalui tahap ini akan dikembangkan kemampuan untuk memahami disain-disain serta teknik-teknik dan cara produksi yang lebih maju yang telah dikembangkan di luar negeri. Dengan demikian, keterampilan produksi maupun keahlian organisasi dan manajemen akan ditingkatkan. Di-siplin kerja akan lebih dimajukan. Penerapan standar kerja dan standar mutu akan lebih terbiasakan.
Tahap pengembangan kedua adalah tahap integrasi tek- nologi yang telah ada ke dalam desain dan produksi barang-barang yang baru sama sekali. Artinya, yang belum ada di pasaran. Pada tahap ini dikembangkan desain dan cetak-biru baru. Dengan demikian, ada elemen baru, yaitu elemen penciptaan. Disamping akan dikembangkannya keahlian disain, tahap ini akan meningkatkan keahlian-keahlian lain, terutama keahlian di dalam melakukan integrasi dan optimasi komponen ke dalam sistem baru, dan atas dasar ini, dapat dihasilkan kemampuan untuk memilih, dari semua disain komponen untuk barang baru tersebut, disain yang paling optimum.
Pada dasarnya, setiap produk buatan manusia dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen yang masing-masing membutuhkan sebuah teknologi tertentu untuk membuatnya. Di dalam sistem ini, setiap komponen memperoleh nilainya dari fungsinya ke dalam keseluruhan sistem atau produknya secara keseluruhan seperti halnya produknya sendiri memperoleh nilainya dalam pasar sesuai dengan fungsinya bagi masyarakat. Betapa baik pun rancangannya, tidak satu pun sistem roda ataupun baling-baling akan mempunyai nilai di dalam pasar kalau komponen tersebut tidak diintegrasikan ke dalam sebuah kereta api ataupun pesawat terbang, baik yang sudah ada maupun yang baru.

Ban, mesin, sistem avionik, dan lain-lain komponen hanya akan dapat memasuki pasaran melalui integrasinya ke dalam suatu pesawat terbang. Komponen hanya akan memasuki pasaran jika memenuhi fungsinya di dalam produk, yang pada gilirannya juga hanya akan memperoleh suatu nilai di pasaran jika dapat melaksanakan tugasnya di dalam masyarakat.

Pengembangan keahlian desain dan integrasi dengan demikian secara alamiah akan membawa serta kesempatan untuk memilih, dari semua teknologi yang tersedia di dunia, termasuk yang paling mutakhir, teknologi yang paling sesuai dengan produk yang dirancang tersebut. Dan kesempatan ini akan datang dengan sendirinya tanpa biaya pada perusahaan yang sedang dalam tahap pengembangan, karena para produsen komponen akan berlomba-lomba menawarkan desain serta produk mereka pada perusahaan yang diketahui sedang merancang produk baru.

Dengan tiba-tiba saja boleh dikata, didorong oleh kekuatan pasar, deras arus aliran informasi teknologi ke dalam negeri bertambah kuat, termasuk di dalamnya informasi mengenai perkembangan terbaru. Karena produk yang baru dirancang masih harus diuji-coba, baik di dalam laboratorium maupun di dalam pasaran, maka melalui tahap pengembangan ini kemampuan menguji serta keahlian manajemen dan pemasaran, serta di dalam simulasi juga turut ditingkatkan. Peranan penelitian dan pengembangan lebih menonjol dengan perlunya peningkatan fasilitas antara lain untuk pengujian, desain serta untuk simulasi.
Tahap ketiga adalah tahap pengembangan teknologi itu sendiri. Di dalam tahap ini, teknologi yang telah ada dikembangkan lebih lanjut. Teknologi baru pun dikembangkan. Semua itu dilakukan dalam rangka merancang produk masa depan. Jika di dalam tahap kedua tadi, orang masih dapat memanfaatkan teknologi yang sudah ada, termasuk yang paling mutakhir, di dalam tahap ini diperlukan penciptaan teknologi baru sama sekali.
Inilah skenario yang tentunya sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di negara-negara maju ataupun di dalam negara-negara industri baru (newly industrializing countries). Perusahaan dan negara yang lalai melakukan investasi di dalam pengembangan teknologi baru akan cepat kehilangan daya saingnya. Tahap ketiga ini merupakan tahap dilakukannya inovasi, tahap diciptakannya teknologi untuk komponen yang akan merupakan bagian dari produk yang pada jamannya masing-masing akan merupakan produk yang secara teknologis terbaik di dalam bidangnya masing-masing.

Tahap ini merupakan tahap yang mau tidak mau harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan dan setiap negara yang ingin mempertahankan posisinya dalam bidang usahanya masing-masing. Dan betapapun jauh tampaknya tahap ini dari tingkat perkembangan banyak negara berkembang dewasa ini, akan sangat bijaksana jika mereka pun merencanakan untuk melaksanakan tahap pengem-bangan ini jika tidak hendak kehilangan segala kamajuan yang telah dicapainya di dalam tahap-tahap pengembangan teknologi dan industri sebelumnya.
Perusahaan dan negara yang sedang melaksanakan tahap pengembangan ketiga ini seringkali menemui kurangnya teori di sana-sini yang memerlukan dilakukannya penelitian dasar untuk menutupinya. Tahap pelaksanaan penelitian dasar secara besar-besaran ini dapat dinamakan tahap keempat di dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan tek- nologi untuk transformasi teknologi dan industri negara-negara sedang berkembang. Perkembangan baru di bidang informatika, di dalam bidang teknologi pengendalian dan di dalam bidang teknologi komputer pada saat inipun sedang mengantarkan cara hidup dan bekerja baru di negara-negara industri maju.
Walaupun negara-negara berkembang ikut pula melakukan investasi di bidang penelitian dasar ini, banyak di antaranya berpandangan bahwa sumber daya keuangan, pra- sarana serta manusianya yang langka itu lebih dapat dimanfaatkan untuk tugas-tugas lain yang lebih mendesak.

Karena itu, kebanyakan penelitian dasar dilakukan di negara- negara maju dengan negara-negara sedang berkembang dapat ikutserta dan memanfaatkan hasil-hasilnya antara lain melalui perjanjian kerjasama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kendatipun tidak seluruhnya tak relevan untuk negara-negara berkembang, tahap pengembangan ke- empat ini tidak sepenting tiga tahap sebelumnya, dalam kerangka transformasi mereka menjadi negara-negara tek- nologi dan industri maju.
Di dalam semua tahap tersebut, prinsip keterlibatan secara aktif di dalam proses produksi merupakan suatu prinsip yang mutlak perlu diterapkan. Memang tidak mustahil untuk memperoleh pengetahuan sekadarnya mengenai teknologi produksi melalui observasi ataupun partisipasi dalam seminar ataupun lokakarya. Belajar teknologi produksi dengan menghasilkan satu-dua buah produk saja pun mungkin.

Namun pengetahuan serta keterampilan produksi yang diperoleh dengan cara ini tidak akan tahan lama. Keterampilan teknologi yang mendarah daging serta kemampuan mengembangkan teknologi hanya dapat diperoleh melalui penerapannya. Lokakarya serta seminar serta pre-sentasi ataupun briefing memang ada gunanya sebagai media pengantar pengetahuan industri.

Namun untuk keperluan pengalihan teknologi produksi dan teknologi bidang lainnya secara berhasil dan tahan lama, pelaksanaan secara konsisten program desain dan produksi barang-barang yang secara teknologis unggul dan secara ekonomis layak merupakan pengantar yang jauh lebih baik.
Apabila dihayati maka program-program iptek, seperti Teknik Produksi (TP), Teknologi (T), Ilmu Pengetahuan Terapan (IPT), dan Ilmu Pengetahuan Dasar (IPD), tidak lain merupakan gambaran empat tahapan transformasi masyarakat industri. Tahap pertama yang disebut lisensi adalah program Teknik Produksi.

Dalam hal ini, apabila kita membuat produk berdasarkan lisensi dari siapapun juga, maka kita akan memperoleh informasi tentang cara produksi, "pengendalian mutu", "jaminan mutu", "penyerahan tepat waktu" dan "pengendalian biaya", artinya melalui tahap dan program ini kita akan memperoleh teknik dan teknologi.

Tahap kedua saya sebut dengan "integrasi tek- nologi" untuk produk baru dan ini merupakan Program Teknologi. Yang dimaksud dengan integrasi teknologi adalah teknologi yang sudah "teruji" dan sudah dipunyai, diintegrasikan untuk memproduksi barang baru yang diperlukan pasar. Ini berarti bahwa sudah terintegrasi pula "cetak biru" yang kita buat sendiri.
Sebagai contoh dalam bidang dirgantara, tahap pertama adalah produksi NC- 212, tahap kedua adalah produksi CN-235 Tetuko. Program IPT merupakan tahap pengembangan teknologi atau tahap ketiga transformasi masyarakat industri. Pada tahap ini dikembangkan teknologi yang semula tidak dikenal, tetapi dari berbagai multi-disiplin ilmu pengetahuan digabungkan menjadi teknologi baru, seperti produksi N-250 Gatotkoco.

Sedangkan program IPD adalah tahap keempat, yaitu bagaimana kita memikirkan teknologi dan industri untuk beberapa tahun kemudian dengan berdasarkan pada teknologi tahap pertama, kedua dan ketiga. Misalnya, bagaimana industri pesawat terbang harus berkembang untuk tahun setelah tahun 2000, untuk abad mendatang.

Untuk hal itu kita mempunyai proyek N-2130, yang nantinya akan dibiayai dari hasil lisensi, integrasi teknologi, dan hasil pengembangan N-250. dari sini terlihat bahwa semua ini bukan hanya sekedar teori, dan saya bukan hanya mengarahkan, tetapi hal ini saya hayati dan amalkan dengan melakukan exercise setiap hari.
Mengapa industri pesawat terbang diproyeksikan seperti di atas? GDP dunia tahun 1994 berjumlah US$27 trilyun dan tahun 2019 akan berjumlah US$75,910 trilyun. Ini berarti pada tahun 2019, masyarakat yang mampu memanfaatkan pesawat terbang akan lebih banyak, maka "kebu- tuhannya" akan bertambah. Selain itu pesawat terbang yang sudah berusia 30 tahun harus diganti, dan ini berarti jumlah kebutuhan akan bertambah secara on top.

Berlandaskan pada pemikiran demikian ini kita harus berani bertindak dalam bidang-bidang bioteknologi, kesehatan, transportasi, elektronik, telekomunikasi, sistem senjata, dll. Kegiatan-kegiatan iptek semacam contoh di atas, diharapkan terjadi dalam setiap aktivitas yang akan dan harus kita laksanakan, dan ini berarti iptek yang menunjang produksi, komoditi ekspor, dan lain sebagainya.
Wahana Transformasi 
Pengalihan dan pengembangan teknologi hanya dapat dilaksanakan melalui suatu program. Karena itu pelaksanaan program desain dan pembuatan produk yang kongkret merupakan persyaratan mutlak bagi setiap usaha mencapai kemajuan teknologi. Namun tidak semua program dapat mengantarkan suatu negara sedang berkembang ke dalam suatu transformasi teknologi serta industri.
Pada prinsipnya, keempat tahap transformasi tersebut dapat dilaksanakan pada setiap bidang kegiatan mana pun yang mendasarkan diri pada ilmu dan teknologi. Namun lazimnya, dana dan daya terbatas, dan kerenanya, harus digunakan seoptimal mungkin. Ini berarti bahwa prioritas penggunaan dana dan daya yang terbatas itu harus diberi- kan pada pengalihan dan pengembangan teknologi di dalam proses nilai tambah yang memenuhi persyaratan untuk menjadi suatu "wahana transformasi teknologi dan industri".
Persyaratan pertama yang perlu, tetapi tidak cukup, adalah bahwa di dalam proses nilai tambah termaksud, dapat dilaksanakan rencana produksi progresif, yaitu rencana produksi yang secara langkah demi langkah memungkinkan penetrasi yang makin dalam ke teknologi yang bersangkutan oleh para produsen nasional suatu bangsa.

Dengan demikian berarti bahwa semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan, semakin besar pula persentase nilai-tambah domestik yang dihasilkan oleh perusahaan atau negara yang bersangkutan. Dengan sendirinya, tingkat penguraian program produksi harus dilakukan dengan mengingat jumlah investasi yang harus dilakukan baik di dalam prasarana, alat-alat modal serta sumber daya manusia dalam hu-bungannya dengan tingkat perkembangan kemampuan rekayasa (engineering) yang nyata-nyata ada di dalam situasi dan kondisi tertentu di suatu negara.
Tujuan rencana produksi progresif adalah untuk me-ngembangkan tingkat kemampuan teknologis perusahaan yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan persentase nilai-tambah yang sama dengan yang dihasilkan oleh perusahaan sejenis di negara-negara yang sudah maju. Untuk perusahaan produsen pesawat terbang misalnya, ini berarti suatu persentase nilai-tambah sebesar 40 sampai 60 persen dari nilai keseluruhan pesawat terbang. Hal demikian berlaku karena jauh lebih murah untuk membeli berbagai komponen dari perusahaan-perusahaan spesialis daripada memproduksinya sendiri.
Persyaratan kedua yang perlu dan cukup adalah bahwa barang-barang atau pun kelompok barang yang dihasilkan harus memenuhi permintaan pasar. Bagi negara-negara berkembang yang memiliki pasar di dalam negeri yang terbatas untuk barang atau kelompok barang yang dipilih, programnya harus memenuhi persyaratan yang memungkinkan barang-barang yang dihasilkan dapat bersaing dengan barang-barang sejenis di pasar internasional. Bagi negara-negara berkembang dengan pasar dalam negeri yang besar untuk produk yang bersangkutan, teknologi produksi barang-barang tersebut harus cukup tinggi agar dapat bersaing di pasar dalam negeri.
Bagi negara berkembang dengan pasaran dalam negeri yang terbatas untuk pesawat terbang misalnya, pelaksanaan program produksi baling-baling atau kerangka roda atau mesin pesawat terbang bukanlah merupakan cara yang terbaik untuk menyelenggarakan pengembangan teknologi dan industri.

Pelaksanaan program semacam ini memang akan dapat mengalihkan teknologi yang paling maju ke dalam negara yang bersangkutan sehingga pada saatnya negara tersebut akan dapat menghasilkan baling-baling, kerangka-kerangka roda, serta mesin-mesin pesawat terbang bermutu tinggi.
Namun, pada saat itu juga, negara tersebut akan menghadapi masalah pemasaran yang sangat berat untuk hasil produksinya itu. Karena terbatasnya pasaran dalam negeri untuk barang produksi tersebut, maka haruslah dihadapi pesaing-pesaing di pasaran dunia yang jauh lebih berpengalaman, yang memiliki jaringan pemasaran yang jauh lebih luas, dan yang jauh lebih kuat keuangan serta manajemennya.

Bahkan dengan mutu hasil produksi yang sangat tinggi sekalipun, perusahaan penghasil produk tersebut akan sulit sekali bersaing di pasaran dunia. Produk seperti baling-baling, kerangka roda, serta mesin pesawat terbang, karena alasan itu, bukanlah wahana yang tepat untuk transformasi negara bersangkutan menjadi negara industri maju.
Ini bukan karena teknologinya kurang maju, tetapi karena tidak adanya hubungan yang langsung antara produk yang dihasilkan dengan pasaran dalam negeri.
Dengan memiliki pasar dalam negeri yang besar dan yang dapat dikuasai, akan kurang bijaksana bagi perusaha- an-perusahaan Indonesia untuk melaksanakan program produksi barang-barang yang tidak ada pasarannya di dalam negeri. Berbeda dengan negara-negara seperti Singapore dan Hong Kong yang memang tidak mempunyai jalan lain kecuali langsung memasuki pasar internasional bagi kebanyakan produk hasil industrinya.
Negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Brasil dapat dan memang sewajarnya beroriertasi pada kebutuhan pasar dalam negeri dalam menentukan dan melaksanakan program yang paling tepat bagi transformasinya menjadi negara industri maju. Itu berarti, khususnya bagi Indonesia, bagi produksi barang atau jasa tersebut tersedia pasar domestik yang terlindung, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi produsen nasional untuk mengembangkan dirinya hingga mencapai kemampuan bersaing di pasar internasional.
Mengapa demikian? Agar barang-barang hasil produksi dapat bersaing di pasar, harus dipenuhi beberapa persya-ratan. Pertama, skala produksinya harus mendekati optimum. Kedua, mutu produksi serta layanan purna jualnya (after sales service) harus dapat diandalkan.

Demi tercapainya kedua persyaratan ini, seringkali kepada perusahaan produsennya perlu diberikan perlindungan untuk sementara waktu. Tidak mungkin skala produksi dapat mendekati optimum jika volume penjualan terbatas karena pasar dalam negeri penuh sesak karena banyaknya jumlah produsen. Demikian pula keterampilan produksi serta layanan purna jual tidak dapat ditumbuhkan sekejap mata sehabis memproduksi beberapa gelintir barang.
Karena itu, walaupun kita semua di sini setuju bahwa, pada akhirnya, produsen harus mampu bersaing dalam pasar bebas, justru untuk mencapai daya saingnya dalam jangka panjang, para produsen seringkali perlu diberi perlin- dungan dalam jangka pendek.

Jelas bahwa perlindungan ini hanya dapat diberikan di pasar dalam negeri produsen yang bersangkutan. Oleh karena itulah maka dalam rangka usaha menumbuhkan beberapa produk atau golongan produk sehingga dapat melaksanakan peranannya sebagai wahana transformasi industri negara-negara sedang berkembang, kepada mereka diberikan perlindungan untuk sementara waktu.
Pada skala produksi telah mencapai titik optimum serta tingkat keterampilan telah melembaga, maka pemberian perlindungan dihentikan dan wahana-wahana yang telah ditumbuhkan dilepaskan bersaing atas kekuatannya sendiri di pasar domestik maupun internasional.
Bidang kegiatan industri yang memenuhi (kedua) persyaratan tersebut dinamakan "Wahana Transformasi Tek- nologi dan Industri" suatu bangsa. Karena dengan keterlibatannya dalam bidang itulah bangsa tersebut dapat mentransformasikan dirinya menjadi suatu bangsa yang menguasai teknologi maju.
Cara pemilihan teknologi berdasarkan persyaratan ini akan menghasilkan penggunaan optimum dana dan daya yang terbatas, sehingga dapat mempercepat proses penga- lihan teknologi dan sekaligus akan mendorong pengem-bangan teknologi dalam komposisi yang sehat dan dalam jumlah yang wajar.
Hingga di sini, mungkin muncul beberapa pertanyaan: seandainya pikiran-pikiran yang telah diuraikan di muka tampak benar, bagaimanakah penerapannya dalam kasus-kasus kongkret?

Wahana-wahana manakah yang akan dipilih dan program bagaimanakah yang akan diselenggarakan di Indonesia? Inilah yang akan kita bahas dalam uraian selanjutnya.

To Be Continued

Sumber:

Prof. Habibie

Sumber Foto:

Arip Nurahman


"Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia harus terus digunakan dan dikembangkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat"
~Arip, Universitas Pendidikan Indonesia~