Thursday, May 21, 2009

KEBIJAKAN UMUM RISET DAN TEKNOLOGI V


Kapasitas Riset Nasional 


Kita harus memahami, bahwa penyajian Matriks Riset Nasional yang telah kita miliki barulah merupakan approksimasi pertama yang mungkin telah mencapai 80% dari apa yang kita inginkan. Hal ini berarti bahwa kita secara terus menerus hendaknya berusaha untuk menyempurnakan pola-pola yang telah ada sampai menjadi pegangan umum bagi kegiatan Riset dan Teknologi di bumi Indonesia, yang tentunya membutuhkan aproksimasi-aproksimasi lanjutan.

Berdasarkan kebijaksanaan ini sebagian besar dari program riset dan teknologi telah mendapat perhatian dari Pemerintah dalam arti penyediaan anggaran dalam bentuk DIP, sesuai dengan tahapan-tahapannya, akhirnya memfo- kus perhatian pada persoalan-persoalan detail, yang mungkin sudah bersifat sangat teknis, tetapi demi keseragaman dan keserasian bahasa dan juga untuk kelancaran prosedur penyelesaian program riset yang dibebankan pada masing- masing pihak.

Apa yang kita perlukan ialah: meningkatkan kemampuan riset dan teknologi melalui program penelitian yang langsung dibutuhkan oleh pembangunan baik untuk memenuhi kebutuhan pemerintah pusat maupun daerah-daerah dan kebutuhan masyarakat pada umumnya.

Dengan kata lain kita tidak akan mendahulukan pening- katan kapasitas riset dan teknologi tanpa kaitan langsung dengan masalah kongkrit yang dihadapi masyarakat. Sikap ini harus dapat dipahami karena keterbatasan dana dan personalia untuk menutupi pembiayaan sekadar untuk memiliki suatu kemampuan ilmiah dan seterusnya dapat meningkatkan rasa kebanggaan sesuatu lembaga penelitian, tetapi tidak memiliki kaitan langsung dengan persoalan-persoalan pembangunan yang kita hadapi sekarang ataupun di masa datang.

Sebagaimana telah sama-sama kita ketahui, kegiatan-kegiatan kita di bidang riset dan teknologi ataupun penelitian dan pengembangan masih perlu banyak disempurnakan. Volume kegiatan riset dan teknologi kita masih kecil baik diukur dari persentasenya dari seluruh kegiatan Pemerintah maupun diukur dari persentase keseluruhan kegiatan produksi barang dan jasa secara nasional. Telah lama kita sadari bersama bahwa kendala (constraint) yang terbesar bagi peningkatan volume kegiatan-kegiatan kita di bidang penelitian dan pengembangan bukanlah terutama kendala berupa terbatasnya dana.

Pola Kebijaksanaan 

Pola kebijaksanaan teknologi di Indonesia, kiranya sudah jelas diarahkan untuk menuju ke "full manufacture" dari barang jadi secara bertahap, tetapi dalam batas waktu yang dianggap masih wajar. Juga harus diusahakan memperoleh "transfer of technology" sebesar mungkin. Perlu juga ditekankan di sini, bahwa "transfer of technology" tidak datang dengan sendirinya, juga tidak dapat dibeli, tetapi harus direbut, berarti hanya dapat diperoleh dengan bekerja keras dan usaha besar. Juga tidak boleh dilupakan usaha penambahan lapangan kerja dalam bidang industri tersebut.

Dengan ditempuhnya kebijaksanaan ini diharapkan bahwa pada suatu saat, pembangunan nasional Indonesia umumnya dan industrialisasi khususnya, telah menciptakan suatu tingkat perkembangan yang ditandai oleh cukup banyaknya perusahaan dan instansi yang mampu melakukan riset dan teknologi terapan, mampu mengembangkan produk-produk baru, dan mampu menghasilkan teknologi baru untuk pasaran internasional dan pasaran dalam negeri.

Maka berbeda dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar negeri dalam bidang ini, strategi yang ditempuh di Indonesia adalah mulai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan untuk kemudian berkembang ke ilmu pengetahuan dan penelitian dasar.

Di antara sekian banyak masalah penting yang meminta perhatian kita dalam penelitian adalah bidang farmasi, dan dengan demikian tidak berarti bidang-bidang lain tidak penting, bidang lain tentu penting juga.

Bersambung

Sumber: Prof. B.J. Habibie 
 
Foto oleh: Shenndy
 
"Penelitian yang terus-menerus dengan tekun dan rajin serta mengharapkan perbaikan adalah suatu ibadah"
 ~Arip~
 

Saturday, May 16, 2009

KEBIJAKAN UMUM RISET DAN TEKNOLOGI IV

Matriks Ristek Nasional 


Dalam pada itu, agaknya perlu disadari bahwa tidak pernah ada teknologi untuk proses nilai tambah yang dikembangkan berdasarkan hanya satu macam ilmu pengetahuan saja. Selalu teknologi itu didasarkan minimal pada dua atau tiga ilmu. Oleh karena itu perlu dibangun suatu sistem informasi ilmiah nasional yang dihubungkan dengan jaringan informasi dunia, dalam rangka meningkatkan arus informasi ilmiah yang dihasilkan baik di dalam maupun di luar negeri, oleh bangsa lain dan badan internasional. Informasi yang diperlukan untuk mengembangkan teknologi tertentu akan diambil dari sistem informasi ini. Cara ini akan mengoptimumkan sumberdaya informasi itu sendiri.

Namun demikian, sekalipun kita mampu memahami kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibuat di seluruh dunia, dan sanggup juga mengarahkan perkembangan ini kepada tujuan nasional, masih tetap diperlukan adanya mekanisme untuk "memusatkan" ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan diperolehnya manfaat bagi proses nilai tambah yang produktif di dalam negeri, untuk dapat mencapai tujuan Pembangunan Nasional dan meningkatkan taraf kehidupan bangsa.

Untuk tujuan ini, telah dirumuskan apa yang disebut dengan "Matriks Nasional Riset dan Teknologi", yang bertujuan untuk memusatkan perhatian masyarakat ilmiah dan masyarakat umum pada tujuan yang harus diemban oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan dikembangkan di Indonesia.

Tujuan lebih luas yang harus diemban oleh ilmu penge- tahuan dan teknologi di Indonesia itu tiada lain adalah konsisten pada keyakinan bahwa kemajuan lestari suatu bangsa pada akhirnya bertumpu pada pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia yang dimilikinya; dan bahwa karena itu pembangunan potensi sumberdaya manusia Indonesia merupakan inti pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka manusia Indonesia yang mempunyai potensi nasional itu harus kita bina. Ia harus kita kembangkan.

Untuk itu, pertama kita harus memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan yang bersifat mendasar: pangan yang bergizi, kesehatan, pendidikan, pakaian, pemukiman dan sebagainya. Ia harus kita lengkapi dengan sumber daya alam dan energi sehingga kemampuannya menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakatnya bertambah. Dan untuk itu, ia juga harus diberi kesempatan mendapatkan suatu pekerjaan yang produktif, dalam arti mampu menambah nilai pada bahan mentah. Untuk itu diperlukan proses nilai tambah, terutama dalam proses industrialisasi dalam arti luas; yaitu segenap proses yang memungkinkan manusia merubah dan menyempurnakan bahan mentah menjadi barang jadi atau jasa yang berguna bagi masyarakat dan karena itu diberi nilai yang lebih tinggi dibanding bahan mentahnya.

Manusia Indonesia harus pula dapat mempertahankan diri dan keluarganya, sumber daya alamnya serta hasil karyanya terhadap gangguan dan ancaman dari dalam maupun dari luar masyarakatnya: manusia Indonesia seperti halnya semua manusia di bumi ini, membutuhkan program pertahanan/keamanan. Dan, karena manusia bukan benda mati tetapi mempunyai perasaan, etika, tradisi, agama, kebuda-yaan dan kemampuan mengatur kehidupan masyarakatnya, maka haruslah pula dikembangkan pengetahuan manusia mengenai aspek sosial budayanya, ekonomi, falsafah hidupnya dan segi-segi kehidupan lainnya.

Oleh karena itu, dalam Matriks Nasional Ristek ini telah ditetapkan adanya lima bidang prioritas bagi riset dan teknologi Indonesia, yaitu:

Pertama, kebutuhan dasar manusia, sebagai unsur mu-tlak untuk mempertinggi nilai manusia Indonesia sebagai mahluk yang berharkat dan sebagai potensi pembangunan bangsa dan negaranya;

Kedua, sumber daya alam dan energi, karena manusia membutuhkan sumber daya ini sebagai bahan untuk mengolahnya dalam proses produksi dan sebagai sarana mempertinggi nilai pembangunan melalui peningkatan keterampilan;

Ketiga, industrialisasi, karena manusia membutuhkan proses nilai tambah untuk mengolah bahan dasar menjadi barang dan jasa, guna memenuhi kebutuhannya sendiri serta untuk mendapatkan penghasilan melalui pertukaran barang dan jasa dalam pasaran nasional dan dunia;

Keempat, pertahanan/keamanan, karena manusia Indo- nesia perlu mempertahankan dirinya terhadap hambatan, ancaman, tantangan dan gangguan terhadap dirinya, sumber kehidupannya serta hasil karyanya. Di samping banyak pula hasil teknologi pertahanan yang pada suatu ketika dapat dimanfaatkan untuk keperluan produksi barang dan jasa di masa damai, seperti satelit untuk komunikasi, untuk mengamati cuaca, untuk mencari dan menginventarisasi sumberdaya alam dan sebagainya;

Kelima, sosial-budaya, ekonomi dan falsafah, karena manusia sebagai mahluk Tuhan, dalam memenuhi kebutuh- annya, memanfaatkan sumber daya alam, menjalankan proses industrialisasi, dan dalam mempertahankan dirinya, akan bertumpu dan diarahkan oleh kebudayaannya, falsafah hidupnya serta oleh kemampuannya menganalisis dan mengatur kehidupan bermasyarakat.

Sistem persenjataan yang dikembangkannya, misalnya, akan sangat dipengaruhi oleh penilaiannya tentang siapa dan apa yang menjadi ancaman baginya.
Kelima bidang tersebut dikembangkan menurut perinciannya ke dalam empat matra, yaitu (a) darat; (b) laut; (c) udara, termasuk dirgantara, dan (d) lingkungan hidup.

Mengapa kelima bidang tersebut terbagi dalam empat matra?

Jawabannya cukup sederhana, karena tanah air kita merupakan suatu wilayah laut yang terisi oleh daratan dengan udara di atasnya; dan karena kelestarian lingkungan perlu mendapatkan perhatian tersendiri.

Bila kelima bidang prioritas dan keempat matra tersebut kita gambarkan, maka kelima tujuan tadi membentuk kolom-kolom Matriks Nasional Riset dan Teknologi, sedangkan keempat matranya membentuk baris-baris Matriks. Dengan demikian, terbentuklah suatu matriks lima-kali-empat, alias terdiri dari duapuluh elemen.

Kelima prioritas nasional di bidang riset dan teknologi itu secara integral telah mengandung pandangan manusia Indonesia sebagai potensi nasional untuk menghadapi tantangan pembangunan. Namun demikian, hendaknya disadari bahwa hal itu barulah merupakan pendekatan pertama. Secara implisit hal ini berarti, bahwa kita membutuhkan tindak lanjut pengecekan dan penyempurnaan secara bertahap, baik yang menyangkut materi program-program riset tersebut, maupun tata cara dan modus operandi penentuan urutan prioritas serta pelaksanaan kegiatan riset itu sendiri.

Pembatasan-pembatasan ruang lingkup kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi memang dibutuhkan seperti tercermin dalam GBHN, karena kita harus menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan kita, baik mengenai sumber dana, maupun yang menyangkut kapasitas tenaga riset yang kita miliki.

Selanjutnya, kendatipun kelima bidang tersebut memperoleh perhatian yang sama, pengembangan industri di masa depan akan lebih ditekankan. Hal ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa tujuan utama pembangunan nasional jangka panjang adalah membentuk struktur ekonomi yang lebih seimbang, dengan peningkatan secara berarti peranan industri domestik dalam pendapatan nasional sambil mempertahankan sektor pertanian yang kuat. Dalam proses ini, upaya mentransformasikan bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa yang maju teknologi dana industrinya terasa mendesak. Sebab transformasi teknologi dan industri secara cepat merupakan satu-satunya jawaban pada masalah penyediaan kesepatan kerja yang produktif. Juga merupakan lintasan yang tepat menuju penguasaan teknologi tinggi, bagi tercapainya dimensi baru kehidupan Bangsa Indonesia, yang maju, mandiri dan sejahtera.

Melihat cakupannya seperti itu tampaklah bahwa Matriks Nasional Riset dan Teknologi yang kita kembang- kan, secara integral telah mengandung unsur-unsur yang perlu untuk memberi isi pada pernyataan bahwa pembangunan kita adalah untuk manusia Indonesia seutuhnya dan untuk masyarakat Indonesia seluruhnya.

Identifikasi terhadap topik atau program tersebut penting dilakukan, mengingat perlunya peningkatan efisiensi dan efektivitas tenaga serta dana penelitian dan pengem- bangan yang memang sangat terbatas; terutama tenaga- tenaga penelitian. Besar pula harapan pemerintah bahwa identifikasi topik riset dan teknologi yang berprioritas nasional tersebut dilakukan secara seksama, karena niat pe-merintah adalah untuk membatasi pemberian dana dari APBN hanya pada proyek penelitian dan pengembangan di dalam topik atau program riset dan teknologi yang diprioritaskan tadi.

Penjabaran identifikasi topik atau program nasional riset dan teknologi tersebut dalam bentuk suatu matriks dapat kami perlihatkan kegunaannya, antara lain bersumber pada arti dari penyebaran topik atau program nasional tersebut, antara elemen-elemen atau sel-sel dalam Matriks. Misalnya saja, kita dapat menarik suatu diagonal dari kiri atas ke kanan bawah Matriks tersebut, atau katakanlah dari elemen ("pangan dan gizi", "darat") ke, katakanlah, elemen ("politik, hukum dan perundang-undangan", "lingkungan").

Seandainya kemudian ternyata bahwa sebagian terbesar dari topik ataupun program riset dan teknologi yang dipandang berprioritas nasional terletak di bawah diagonal tersebut, maka ini berarti bahwa tidak perlu diberikan perhatian terlalu banyak pada masalah yang menyangkut ("industrialisasi", "darat") ataupun topik yang menyangkut masalah pertahanan/keamanan baik di darat maupun di laut; dan sama sekali mengabaikan masalah sosial budaya dan falsafah yang tentunya tidak dibenarkan.

Dengan kata lain, penjabaran topik ataupun program berprioritas nasional dalam bentuk Matriks tersebut, dapat mendorong semua pihak untuk berpikir secara menyeluruh tanpa lupa untuk mengisi salah satu dari elemen-elemen dalam Matriks Nasional Ristek itu, kecuali jika kita yakin betul bahwa memang salah satu sel atau elemen dalam Matriks tersebut tidak perlu diisi.

Namun demikian, kendatipun kelima bidang tersebut memperoleh penekanan yang sama, dinamika industrialisasi yang berkembang cepat belakangan ini menjadi pusat perhatian kita. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tujuan utama pembangunan nasional jangka panjang adalah untuk membentuk struktur ekonomi yang lebih seimbang, dengan peningkatan secara berarti peranan industri domestik dalam pendapatan nasional sambil mempertahankan sektor pertanian yang kuat. Dalam proses ini, upaya mentrasformasikan bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa yang maju teknologi dan industrinya terasa amat mendesak. Sebab, transformasi teknologi dan industri secara cepat merupakan satu-satunya jawaban pada masalah penyediaan kesempatan kerja yang produktif kepada sekitar 2,4 juta angkatan kerja Indonesia (per tahun).

Dalam rangka mempercepat proses transformasi teknologi dan industri ini kita memerlukan apa yang disebut tahap-tahap dan wahana transformasi teknologi dan industri. (diuraikan secara lebih mendalam pada bagian lain, red).

Jika kelima bidang Matriks Nasional Ristek di atas dihubungkan dengan kedelapan wahana utama transformasi teknologi dan industri, maka akan tampak betapa eratnya kaitan antara kedua hal ini. Kelompok kebutuhan dasar manusia mencakup wahana mekanisasi alat pertanian; kelompok sumberdaya alam dan energi mencakup wahana industri energi; kelompok industrialisasi mencakup perhubungan darat, laut, udara, industri telekomunikasi, dan industri rekayasa; sedangkan kelompok pertahanan dan keamanan mencakup industri pertahanan-keamanan.


Bersambung

Sumber: Prof. B.J. Habibie
Foto oleh: Arip Nurahman
Lokasi: Desa Bangunharja
"Perencanaan penelitian dan pengembangan dalam sebuah tujuan adalah suatu upaya untuk menggapai cita-cita kita yang mulia selaku umat manusia"
~Arip~

Monday, May 11, 2009

KEBIJAKAN UMUM RISET DAN TEKNOLOGI III

Prioritas Kegiatan Riset dan Teknologi 




Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dikembangkan di Indonesia adalah Iptek yang dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat menghasilkan penyelesaian masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia. Karena terbatasnya dana, fasilitas dan tenaga, maka untuk sementara ini belum dapat dilakukan investasi dalam kemampuan menyelesaikan masalah dalam topik ilmu pengetahuan yang sifatnya universal (riset dasar). Untuk sementara, hal terakhir ini dapat diperoleh dari pusat ilmu pengetahuan dunia.

Selain itu, proses pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia mengharuskan dijalankannya usaha-usaha pembangunan dalam batas-batas potensi teknologis dan potensi ekonomis yang dimiliki Bangsa Indonesia sendiri. Karena itu, wajar jika teknologi yang dipergunakan dalam melaksanakan usaha-usaha pembangunan di sini adalah teknologi yang secara internasional telah dianggap teknologi yang telah teruji, bukan teknologi yang masih perlu diuji coba.

Keputusan pemilihan salah satu di antara berbagai teknologi teruji yang ada di dunia untuk diterapkan di Indonesia didasarkan atas dua macam evaluasi.

Pertama adalah evaluasi makro. Baik evaluasi makro-ekonomi yang meninjau dampak suatu teknologi terhadap persediaan devisa dan dana dalam negeri, kesempatan kerja, neraca pembayaran dan sebagainya, maupun evaluasi dampaknya terhadap lingkungan.

Kedua adalah evaluasi mikro, yaitu evaluasi mendetil dari sudut teknologi dan "engineering". Evaluasi mendetil ini perlu karena berdasarkan pengalaman kami sebagai ilmuwan dan insinyur menjadi pelajaran bahwa, ketepatan penilaian mengenai mutu produk yang dihasilkan dengan suatu teknologi tertentu sangat tergantung pada kemam- puan melakukan evaluasi teknologis yang mendetail serta penguasaan ilmu alam dan ilmu pasti yang melandasi teknologi yang dievaluasi.

Oleh karena teknologi teruji yang hendak diterapkan di Indonesia belum dikembangkan sendiri, maka harus diterima kenyataan bahwa melakukan evaluasi teknologi secara mendetil itu tidak mudah. Namun demikian, mau tidak mau pilihan teknologi harus dibuat. Karena itu, para ilmuwan dan ahli teknologi Indonesia harus terjun dalam proses evaluasi secara mendetil terhadap teknologi yang telah teruji itu untuk menilai mutu serta kegunaannya bagi pembangunan di Indonesia.

Keterlibatan para ilmuwan dan ahli teknologi Indonesia dalam evaluasi mendetil terhadap teknologi yang secara internasional telah dianggap teruji inilah yang dimaksud de-ngan orientasi terapan riset dan teknologi Indonesia. Meng- ingat langkanya sumberdaya, mendesaknya tuntutan pembangunan serta perlunya diambil keputusan pemilihan teknologi yang seoptimal mungkin, maka prioritas tertinggi akan diberikan pada ilmu pengetahuan terapan. Dengan demikian, kegiatan riset dan teknologi Indonesia dewasa ini dan di waktu mendatang katakanlah selama sepuluh-duapuluh tahun akan lebih menekankan kegiatan riset dan teknologi terapan dalam bidang industrialisasi yang erat hubungannya dengan penyediaan lapangan kerja dan pemerataan.

Akan halnya menyangkut upaya pengembangan ilmu dasar, sejauh yang dimungkinkan oleh perjanjian kerjasama internasional dan bilateral, hasil penelitian dasar akan disadap dari negara-negara maju dan badan internasional. Dalam hal ini, para ilmuwan Indonesia dengan minat dan bakat tertentu, akan dimungkinkan untuk bergabung de-ngan laboratorium dan lembaga penelitian di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Republik Federal Jerman, Prancis, Jepang, dan Inggris dan negara-negara berkompeten lainnya. Pemanfaatan minat dan bakat mereka dengan cara ini dirasakan jauh lebih baik daripada menggunakan sumberdaya langka untuk membangun kelengkapan penelitian dasar di Indonesia sendiri.

Ini tidak berarti bahwa di Indonesia tidak akan dilaku- kan penelitian dan pengembangan di dalam bidang ilmu dasar (basic sciences). Bagaimanapun penelitian dasar yang berhubungan langsung dengan kepentingan nasional sebaiknya diselenggarakan di dalam negeri dan oleh warga negara Indonesia sendiri. Maka dari itu, pengembangan ilmu pe-ngetahuan dan teknologi di Indonesia tetap saja harus memiliki orientasi pada ilmu dasar.

Namun orientasi pada ilmu dasar ini harus merupakan orientasi pada masalah ilmu dasar yang khas Indonesia, yakni masalah ilmu dasar yang ditimbulkan karena kondisi alamiah, kondisi kemasyarakatan dan sifat budaya Indonesia yang khas. Yang perlu dilakukan adalah penelitian mengenai bagaimana kondisi ling-kungan alam, lingkungan kemasyarakatan dan lingkungan budaya Indonesia mempengaruhi berlakunya postulasi dasar ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu budaya.

Ini tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan tradisional dalam bidang pertanian, perkebunan, perikanan, kesehatan, pemukiman, sejarah dan lain-lain, yang tidak tertuang dalam program lembaga penelitian Pemerintah, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Universitas diabaikan. Program ini tetap dilaksanakan dan dikembangkan dengan memperhatikan perlunya dihindari tumpang-tindih dan investasi dua kali lipat, meningkatkan kemakmuran, dengan mengandalkan sumber daya manusia yang terampil dan teknologi yang tepat dan berguna, mulai dari teknologi se-derhana sampai teknologi canggih.

Bersambung

Sumber: Prof. B.J. Habibie
Foto oleh: Arip Nurahman
Lokasi: Desa Bangunharja
"Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni Berharmonisasi dengan Alam untuk mencapai kebahagiaan Hidup Seluruh Umat Manusia"
~Arip~ 

Wednesday, May 6, 2009

KEBIJAKAN UMUM RISET DAN TEKNOLOGI II

Falsafah Kerja Ilmuwan Indonesia 


Satu hal penting yang membedakan ilmuwan negara berkembang dengan negara-negara maju adalah, selain mereka dituntut untuk memiliki kapasitas keilmuan, mereka juga menyandang predikat sebagai agent of social change. Dalam kaitannya dengan upaya memenuhi predikat ini, ilmuwan Indonesia hendaknya menyadari bahwa kita hidup dalam suatu masyarakat yang sedang giat membangun.

Artinya, kita hidup dalam suatu masyarakat yang sedang berjuang menghadapi masalah yang masih sangat mendasar sifatnya: masalah bagaimana memperoleh makanan yang cukup dan bergizi; masalah bagaimana menjaga dan meningkatkan kesehatan; masalah bagaimana meningkatkan taraf pendidikan dan sebagainya. Kita masih hidup dalam keadaan yang serba terbatas. Kita hidup di tengah-tengah keadaan di mana jumlah dan kerumitan persoalan masih melampaui kemampuan kita untuk menganalisisnya secara tepat, apalagi memecahkannya.


Betapapun jumlah dan ketajaman ilmuwan telah dapat ditingkatkan, dan bagaimanapun majunya ketepatan dan kemampuan alat-alat yang kita miliki, fakta kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa perkembangan ini disusul secara dramatis oleh semakin peliknya masalah yang harus dipecahkan.

Memang banyak hal yang telah kita capai selama beberapa Pelita terkahir ini. Namun masih banyak lagi yang harus kita lakukan. Oleh karena itu, sebagai sekelompok anggota masyarakat yang dikaruniai sedikit-banyak penge- tahuan di bidangnya masing-masing, sudah selayaknya kita berusaha membantu memecahkan masalah kongkrit yang dihadapi oleh masyarakat. Tepatlah kiranya jika kita bersama-sama mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat menghasilkan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh bangsa kita.

Kita ini hidup di tengah-tengah suatu lingkungan dalam dan luar negeri dalam mana keterbatasan kita akan ketiga unsur pokok pengembangan riset dan teknologi bukan tidak teratasi. Karena itu kita tidak perlu berkecil hati akan dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan itu dalam waktu sesingkat-singkatnya sehingga mampu dalam waktu 1/2 dasawarsa yang akan datang melaksanakan tekad bersama kita menciptakan dan memantapkan kerangka landasan bagi tumbuh dan berkembangnya Bangsa Indonesia untuk, di atas kekuatan sendiri, menuju ke perwujudan masyarakat idamannya.

Sementara itu, kita harus pandai-pandai menggunakan dana dan daya yang terbatas itu seoptimum mungkin dan dalam koordinasi yang baik dengan melakukan pilihan teknologi yang setepat-tepatnya. Dana dan daya yang terbatas itu harus digunakan untuk mengalihkan dan mengembangkan teknologi di dalam proses nilai-tambah yang mempunyai dampak penggandaan (multiplier effect) yang paling besar dalam arti mengakibatkan dikembangkannya teknologi di sebanyak mungkin proses nilai tambah lainnya melalui kaitan-kaitan ke muka dan ke belakang.

Dengan perkataan lain, dana dan daya yang terbatas itu harus digunakan untuk mengalihkan teknologi di dalam proses nilai tambah yang memenuhi kedua persyaratan un- tuk menjadi suatu wahana bagi peningkatan lain kebutuhan suatu sektor tertentu, utamanya pertanian dan industri. Dana dan daya yang langka harus dimanfaatkan untuk mengalihkan dan mengembangkan teknologi proses nilai tambah di dalam mana dapat dilaksanakan rencana produksi progresif dan yang mempunyai dampak penggandaan besar sekaligus menghasilkan barang dan jasa yang langsung dapat dipasarkan di masyarakat, baik masyarakat da- lam negeri, masyarakat regional ataupun masyarakat dunia.

Cara pemilihan teknologi demikian itu akan menghasilkan penggunaan optimum dana dan daya yang terbatas, mempercepat proses pengalihan teknologi dan sekaligus akan mengalihkan dan menyebabkan dikembangkannya teknologi dalam komposisi yang sehat dan dalam jumlah yang wajar.

Karena komposisi tersebut tidak akan mengherankan jika kita banyak mencurahkan perhatian pada keterbatasan sumber daya manusia dan usaha peningkatan mutu sumber daya itu. Dalam hubungan ini, perlu kiranya diperhatikan bahwa pendidikan di universitas tidak hanya harus relevan dengan program yang diselenggarakan badan dan pusat penelitian dan pengembangan dan satuan-satuan usaha.

Di lain pihak, pendidikan dasar dan menengah harus relevan dengan kurikulum pendidikan tinggi. Keterkaitan kurikulum dan program tersebut harus berawal dari pemakai tenaga terdidik ke arah jenjang pendidikan yang semakin rendah. Karena pendidikan tenaga terdidik perlu sekali tidak berhenti selepas meninggalkan lembaga pendidikan, maka juga di dalam laboratorium dan satuan usaha harus diselenggarakan program kegiatan pemeliharaan dan peningkatan pengetahuan.

Telah menjadi pengetahuan kita bersama, bahwa akti- vitas ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi di Indonesia masih merupakan sebagian kecil saja dari seluruh porsi kehidupan kita. Kegiatan riset dan teknologi hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan kegiatan pemerintah. Penelitian dan pengembangan merupakan bagian yang sangat kecil dari proses produksi barang dan jasa di negeri ini.

Kendala (constraint) yang paling besar dalam pengem- bangan ilmu pengetahuan, riset dan teknologi bukanlah terutama terletak pada terbatasnya dana dan prasarana walaupun kedua hal itu memang merupakan faktor penghambat juga melainkan karena terbatasnya tenaga ilmiah dan penelitian yang terampil. Bukan saja tenaga-tenaga peneliti dan ahli-ahli teknologi, tetapi juga tenaga-tenaga penunjang penelitian dan pengembangan teknologi, seperti: tenaga pelaporan, tenaga dokumentasi, programmer dan sebagainya.

Karena itu, prioritas utama dalam segala usaha kita mengembangkan Iptek haruslah diletakkan pada pengembangan manusia sebagai modal utama kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia ilmuwan itulah modal utama kita. Pengembangannya harus kita utamakan.

Penilaian sebagai seorang ilmuwan yang berhasil, sebagai seorang ahli yang terkemuka dalam bidangnya, bukanlah dilihat berdasarkan banyaknya gelar kesarjanaan yang diperolehnya, bukanlah ditentukan oleh berapa banyak pelajaran yang dia peroleh, tetapi terutama ditentukan oleh keberhasilannya memecahkan problema yang sulit dan sekaligus mempunyai arti dari sudut kepentingan masyarakat. Penilaian seseorang sebagai ilmuwan didasarkan pada sumbangannya bagi kepentingan masyarakat.

Dalam upaya turut memecahkan problema masyarakat itu ada hal yang perlu diperhatikan, bahwa Probleemstellingen bagi ilmuwan-ilmuwan Indonesia harus berbeda dari ilmuwan-ilmuwan lainnya. Probleemstellingen ilmuwan-ilmuwan bangsa Indonesia harus berorientasi pada sasaran-sasaran Perjuangan Bangsa Indonesia.

Ini merupakan tantangan bagi para ilmuwan Indonesia, agar mereka mempunyai keterampilan yang sama mutunya dengan keterampilan ilmuwan-ilmuwan lain di dunia, dengan menunjukkan hasil-hasil karya yang tidak kalah bobotnya.

Peningkatan keterampilan ini dapat dicapai antara lain dengan mendorong mereka untuk secara konsisten dan terus-menerus memperdalam dirinya pada serangkaian masalah tertentu sesuai dengan program.

Hanya dengan cara tekun dan terus-menerus melaksanakan program yang sama secara konsisten dapatlah tercapai hasil yang lebih sempurna. Sebaliknya, mengubah-ubah cara pendekatan dan mengganti-ganti program justru bisa menggagalkan tercapainya aproksimasi sempurna.

Ini mempunyai implikasi tertentu baik bagi pimpinan nasional maupun bagi para pelaksana. Bagi pimpinan nasional ini berarti bahwa ia harus berani menentukan satu cara pendekatan, satu program yang dinilainya benar dan tidak lekas-lekas terlalu pagi mengubah cara pendekatannya jikalau cara itu tidak cepat-cepat menghasilkan jawaban yang mendekati eksak. Konsekuensi dari usaha menyelesaikan masalah atas dasar dana dan daya yang terbatas menuntut agar suatu cara pendekatan harus dilaksanakan secara konsekuen.

Sebaliknya, bagi para pelaksana hal inipun berarti bahwa mereka, di bidangnya masing-masing, harus pula semakin mendalam menguasai permasalahan yang dihadapinya dan secara metodik penyelesaiannya, serta harus dijaga agar tidak lekas-lekas berpindah dari satu problema ke problema yang lain. Hanya dengan cara semakin mendalam menguasai problema, hanya dengan cara semakin cermat mengikuti metodik dan sistematik, dapatlah dilahirkan kemahiran.

Lebih dari pada itu, sekalipun masalah yang dihadapi seolah-olah terselesaikan, masih ada gunanya untuk terus-menerus mengikutinya. Karena dengan demikian, keterampilan menyelesaikan masalah akan dapat diteruskan pada generasi peneliti dan ilmuwan berikutnya. Investasi seperti ini perlu dilakukan demi kelestarian keterampilan yang telah diperoleh melalui pelaksanaan program secara konsisten.

Selain perlu adanya ketekunan dan konsistensi program, teknologi hanya akan dapat dikuasai jika para ilmuwan terlibat secara kongkret dalam proses nilai tambah, dengan cara meneliti setiap detil bahkan sampai yang terkecil, meliputi seluruh tahap pemanfaatannya dalam proses transformasi industri.

Kita harus berpikir rinci mengenai bagaimana produk Indonesia dapat memenuhi persyaratan mutu, jadwal dan harga. Hanya dengan beranalisis secara sistematis dan mendetil dapat kita selesaikan masalah kita. Mutu keseluruhan kebijakan yang kita tetapkan ditentukan oleh mutu pemikiran kita mengenai detil-detil persoalan.
Kita juga harus terbiasa berfikir dengan berorientasi pada penyelesaian masalah. Sudah sejak lama kita seharusnya meninggalkan cara berfikir terkotak-kotak. Sudah terlalu lama kita berprasangka, bahwa mengenai masalah tertentu hanya para insinyur sajalah yang dapat berbicara, atau hanya para ekonom, atau para akuntan, atau para ahli hukum saja.

Kita harus berpadu. Kita harus berfikir secara integral. Kita harus mengkonvergensikan pandangan para insinyur dengan pandangan para ekonom, para ahli hukum, para akuntan, para ahli psikologi, para ahli komputer, dan seterusnya. Kita harus memperpadukan semuanya, baik swasta maupun pemerintah, baik yang terorganisasi maupun yang informal, baik yang memiliki gelar kesarjanaan maupun tidak.

Hanya dengan cara bekerjasama kita bisa mengoptimumkan segenap kemampuan kita untuk merebut kapabilitas nasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai faktor penentu dalam rangka menuju masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, dan modern, serta sejahtera lahir batin.

Bersambung

Sumber: Prof. B.J. Habibie
Foto oleh: Arip Nurahman
Lokasi: Desa Bangunharja
 "Melahirkan masyarakat yang hebat adalah tugas kita semua yang utama adalah mencari kedamaian dan kesejahteraan semua manusia"
~Arip~

Saturday, May 2, 2009

KEBIJAKAN UMUM RISET DAN TEKNOLOGI I




 
KEBIJAKAN UMUM RISET
DAN TEKNOLOGI 
 

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dikembangkan di Indonesia adalah Iptek yang dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat menghasilkan penyelesaian masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia. 
Mengingat langkanya sumberdaya, dan perlunya diambil keputusan pemilihan teknologi yang seoptimal mungkin, maka prioritas pengembangan riset dan teknologi akan diberikan pada ilmu pengetahuan terapan, sedangkan ilmu dasar akan dikembangkan sejauh berhubungan langsung dengan kepentingan Nasional.

 (B.J. Habibie) 

Dengan rencana strategis dan kerja keras, Pembangunan Nasional Indonesia akan berhasil tinggal landas dan dengan kekuatannya sendiri mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat maju, sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Mulai Repelita VI, dengan tetap berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Bangsa Indonesia secara sistematis dan tahap demi tahap akan mentransformasikan dirinya menjadi bangsa yang modern, bangsa yang menguasai teknologi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, menyediakan prasarana ekonomi, dan menghasilkan barang dan jasa lainnya dalam rangka semakin meningkatkan kualitas hidupnya. 

Dalam proses ini, tumpuan pembangunan nasional akan semakin berpindah dari pemanfaatan sumber daya alam ke pengandalan pada kekuatan yang terkandung dalam sumber daya yang selalu terbarukan, yaitu sumberdaya manusia Indonesia. 

Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kehidupan ekonomi, yang merupakan pusat perhatian upaya Pembangunan Nasional kita dewasa ini, pada dasarnya merupakan refleksi proses nilai tambah. Proses menghasilkan barang dan jasa pada dasarnya tidak lain merupakan "proses nilai tambah", yaitu proses menambah nilai kegunaan material tertentu dengan mengubahnya menjadi suatu barang atau jasa yang lebih bermanfaat, dan karena itu, mempunyai nilai dan harga yang lebih tinggi dari material asalnya. Meningkatkan nilai material memerlukan teknologi, baik yang se-derhana maupun yang canggih. 

Teknologi itu harus tepat dan berguna. Berguna dalam arti memang mampu menyelesaikan masalah kongkrit yang dihadapi. Mereka harus berguna dalam arti memang mampu menghasilkan barang dan jasa yang dipandang cukup bernilai oleh masyarakat sehingga masyarakat bersedia membelinya di pasar. Harus tepat dalam mutu dan biaya sehingga masyarakat mampu membeli barang dan jasa yang dihasilkan. Perlu disadari bahwa teknologi tersebut terkandung dalam diri manusia. Hanya manusia merupakan pembawa ilmu pengetahuan dan teknologi (traeger der technologic). 

Ilmu dan teknologi berpadu ke dalam sikap dan keterampilan manusia. Manusia mengandung, membawa dan memindahkan teknologi seperti virus atau bakteri mengandung dan membawa penyakit. Dan sebagaimana sebuah virus melalui berbagai permutasi dapat mengembangkan varian-varian penyakit dan penyakit-penyakit baru, demikian pula manusia mempunyai kemampuan untuk mengembangkan teknologi baru. 

Oleh karena itu, strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilaksanakan Pemerintah dewasa ini bertumpu pada pendirian bahwa kemajuan lestari suatu bangsa tidak terutama tergantung pada dimilikinya sumber kekayaan alam. 

Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada penguasaan teknologi serta ketangguhan, keuletan dan keterampilan sumberdaya manusia yang dimilikinya. Itu sebabnya pula, mengapa usaha menumbuhkan suatu masyarakat ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat dan bersemangat merupakan perhatian utama manajemen ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Bersambung 

Sumber: Prof. B.J. Habibie

Foto oleh: Arip Nurahman
Lokasi: Desa Bangunharja

"Pembangunan yang melestarikan alam sekitar adalah suatu Kebijaksanaan Agung"
~Arip~